Rabu, 31 Oktober 2012

Hiatus ...

Dear Blogger ...


Hari ini, aku mau quick post saja yaah ...




Sehubungan dengan adanya Mid-test (Ujian Tengah Semester-UTS) di kampusku beberapa hari kedepan, tugas-tugas kampus yaitu berupa membuat resume Metodologi Penelitian Survey dan harus membuat riset analisis data skala perbandingan program televisi untuk dikumpulkan saat hari-H UTS tiba, serta yang terakhir membuat Newsletter sebagai tugas Calon Anggota Persma Orientasi UMB.

Untuk tugas intern rumah, aku harus beberes kamar lagi dan tmencuci beberapa pakaian yang menyebabkan pandangan tidak sedap pada istanaku tercinta ini. Hmm ....

Aku akan mengerjakan tugas-tugas ini, yang kulanjutkan dengan kegiatan belajar di rumah. Karena aku trauma ... mendapat nilai jelek di semester lalu.. Hehe


Oleh karena itu, aku sebagai pemegang saham terbesar di blog Catatan Indrayana ini ingin meminta izin kepada sahabat blogger semua untuk tidak blogging dulu seengaknya sampai satu minggu kedepan.

Sebenarnya ingin sekali ku bisa posting lagi, BW lagi, diskusi bareng dan bercanda-candaan lagi sama sahabat blogger semua. Aku bakal merindukan saat-saat diskusi kita kemarin. 


Kang Asep dengan bubur ayamnya, kang Zach dengan kelucuannya, mas Rudy Arra dengan kecerdasannya, dan semuanya.
Ocha Rhoshandha sama Nina Riska Amalia juga yang sering ikut berdiskusi ... Mari kita berdiskusi lagi esok-esok hari dengan topik yang berbeda, namun tetap hangat dan menyenangkan.


Pamit dulu yaa teman-teman. Assalammu'alaikum .... ^_^


IMPORTANT NOTE  :  Berhubung mas Rudy Arra sudah mengumumkan ada wadah diskusi dalam postingan sebelum ini, mohon maaf banget kalau aku tidak bisa nimbrung untuk berargumen dulu.
Tetapi, bagi yang ingin ikut berdiskusi dipersilakan untuk bergabung. Maaf sekali kalau dalam diskusinya aku gak nyediain kue kering, bolu potong, es teh manis sama bubur ayam yaa
#loh :D

Senin, 29 Oktober 2012

Inspiraturis … (Part 1) : Kuda Lumping Singoludro

Dear Blogger …



Assalammualaikum … Lagi-lagi si penulis kecil Indrayana menuliskan sebuah artikel kembali untuk sobat blogger. Lewat tiga hari saja rasanya dalam hati … seperti gimana gitu. Hehe … Kali ini aku akan mengulas sedikit cerita pelesiran singkatku mengenai sebuah tempat wisata yang tak kalah dengan yang lainnya. Sarat edukasi, namun penuh akan hal yang menyenangkan. Dimanakah itu? Hehe .. nanti dulu bung/mbak. Juga, pada point utama kali ini aku akan sedikit mengulik sebuah inspirasi yang datang dari grup yang sehari-harinya mencari nafkah demi menghidupi masing-masing dari mereka. Penasaran apa? Yuk kita simak yang berikut ini …

Okei. Langsung pada point intermezzo terlebih dahulu. Ketika sobat blogger lelah dalam beraktivitas dan merencanakan akan pergi ke suatu tempat yang menyenangkan dan menyegarkan pikiran sobat blogger semua, ada banyak tempat referensi yang tersedia untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Situs Museum Purbakala Sangiran yang pernah aku posting beberapa waktu lalu, dan yang kedua … inilah dia. Wisata Kota Tua. Jeng jeng jeennggg… *bunyikeyboard* :D





Bagi yang sudah cukup lama bermukim di DKI Jakarta pasti sudah mengenal lokasi wisata yang satu ini. Yap … tidak lain dan tidak bukan adalah Museum Fatahillah. Eitt … tunggu dulu. Tidak perlu berkecil hati mendengar kata ‘museum’ yang satu ini yaa. Meskipun namanya museum, namun tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi. Karena tak hanya berisi tempat bersejarah peninggalan jaman Belanda saja yang ada disini. Bila kita melihat seisi lapangan di sekitar Fatahillah ini, kita akan menemukan banyak jasa penyewaan Sepeda Onthel yang bisa kita sewakan, atraksi unik dari para komunitas atau grup, museum seni rupa, Pelabuhan Sunda Kelapa, hingga jajanan souvenir unik khas Jakarta.

Bicara tentang ongkos marongkos, pergi berwisata ke tempat yang sudah lama diresmikan oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin ini terbilang cukup terjangkau. Untuk berkeliling si sekitar lapangan dan sekadar foto-foto kita bisa dengan bebas melakukannya. Untuk masuk ke Museum Fatahillah kita cukup membayar Rp. 3000 per orang untuk tanda registrasi. Bila kita ingin merasakan uniknya naik sepeda zaman Batavia kita hanya mengambil kocek sekitar Rp. 10.000 per sepeda untuk satu jamnya. Terjangkau, bukan?



Sugeng, ketua Grup Komunitas di sebelah kiri
Kuda Lumping Singoludro dan aktivitasnya

Yup. Setelah berlebar panjang bicara mengenai Kota Tua tadi, kini saatnya mengulik tentang grup yang bisa dibilang sudah lama bermain di tempat wisata ini. Ada yang menarik bila kita mengunjungi kawasan ini setiap hari Jum’at, Sabtu dan Minggu. Siapakah mereka? Mereka adalah sekelompok ‘pengamen’ yang biasa mangkal di hari-hari weekend ini. Hmm … tunggu dulu. Bukan ‘pengamen’ seperti yang ada di sekitaran umum itu yaa.

Melainkan mereka adalah Grup Kuda Lumping Singoludro. Grup yang didirikan sejak tahun 1969 itu banyak menyuguhkan beragam atraksi atau debut yang sering ditampilkan di sini, diantaranya adalah Kuda Lumping dan Makan Beling. Kuda lumping itu sendiri diperankan oleh anak kecil berusia lima tahun, dibungkus pakai kain kaffan dengan panjang sekitar 50 meter dikafer dengan kain putih lagi. Selain itu, atraksi lainnya ada Manusia Makan Api, Manusia Akrobat Topang Harimau, Manusia masuk Tong dengan kuda lumping makan beling. Kurang lebih seperti ini atraksinya …


pembungkusan anak kecil berusia lima tahun dengan kain kaffan  -  Foto Catatan Indrayana

Foto Catatan Indrayana

Foto Catatan Indrayana

saat atraksi  -  Foto Catatan Indrayana


saat bersiap makan api.. Foto Catatan Indrayana

saat penyemburan api ... Hrrr. siapa yang mau coba? Haha ... Foto Catatan Indrayana
NOTE : DON'T TRY that at HOME !!!!

di zoom lebih dekat ... Foto Catatan Indrayana
NOTE : DON'T TRY that at HOME !!!!

Mereka tak hanya beraksi secara umum di hari minggu akhir saja lho sobat blogger, tetapi mereka memprioritaskan target pemenuhan undangan atau perkawinan, peresmian gedung, hajatan, peresmian kantor, dan lain-lain. Selebihnya, mereka berkeliling kampung untuk menunjukkan aksi kebolehan mereka. Jadi, setiap hari mereka tidak pernah diam di rumah saja.

Juga, prioriti utama dari grup yang dipegang oleh pria asal Surabaya, Jawa Timur ini adalah bagaimana mereka menarik mata para pengunjung dan banyaknya saweran yang mereka terima. “Kami murni mencari nafkah dengan cara ini, mas. Sebisa mungkin kami tunjukkan atraksi yang sekiranya bisa menghibur masyarakat,” ujar Sugeng, yang juga dimaksud dalam sapaan majemuk Pria asal Surabaya, Jawa Timur tadi.

Sugeng menambahkan harapan utama dijalankannya kegiatan seperti ini agar budaya Kuda Lumping bisa terus maju, dan ada perhatian dari Pemerintah. “Kita memang kerjanya seperti ini. Menghibur dan menyenangkan orang,” tambah ketua grup Kuda Lumping Singoludro itu.



Bagaimana kawan. Tertarikkah sobat melihat atraksinya?

Jumat, 26 Oktober 2012

Teguran dari Mereka … (Part 2) : Menyikapi Arti Bahasa Tulisan

Dear Blogger …



Assalammualaikum .. Di malam takbiran yang sejuk ini indah terasa bila kita ikut mengumandangkan takbir menyambut Idul Adha yaa. Yap … Gema takbir malam ini tampak ramai mewarnai hiruk suara disekeliling kita. Malam ini, tepat beberapa jam menuju puncak Hari Raya Idul Adha, aku coba untuk memposting tulisan lagi nih. Nah, rencananya aku mau memposting tentang percintaan (hmmph … cinta lagi cinta lagi). Hehehe kali ini dipending dulu. Tapi aku mau berdiskusi mengenai sebuah fenomena di kalangan kita, blogger, yang cukup menjadi dilema ketika masalah ini bertambah besar dan dikhawatirkan menciprati kalangan lain yang sejatinya tak tersentuh oleh gigitan masalah itu. Yap … Bahasa Tulisan.

Tulisan ini merupakan tema sambungan dari posting pertama Teguran dari Mereka ...

Beberapa saat sebelum posting ini ada, aku sempatkan diriku untuk blogwalking dulu. Aku menemukan postingan baru dari Ocha Rhoshandha, Zachronisampurno, dan yang terakhir … Vpie Mahadhifa. Nah… yang terakhir inilah yang membuat kedua bola mataku terbelalak memantengi layar bening laptopku akan isi dari postingnya kali ini. Hmmph … bagi yang sudah melihat apa isi postingnya pasti sudah tahu lah yaa apa akar permasalahannya. Tetapi jika masalah ini sudah terungkit kedua kali, bagaimana? Haruskah kita menunggu masalah itu blowing untuk yang ketiga, keempat, sampai yang kelima kalinya? Tidak kan… ? Oleh karena itu … aku coba untuk berdiskusi mengenai hal ini karena aku nilai ini cukup serius. Dampaknya, bisa jadi kesenjangan pertemanan antar blogger, hingga yang paling parah … Permusuhan!!! Nauzubillahhi min Dzalik …

Yup. Ada diferensi pemaknaan diksi yang menjadi akar masalah disitu. Bagi beberapa orang, hal itu mungkin menjadi penilaian wajar atau bahkan sebuah kebiasaan. Tetapi untuk sebagian orang lagi, hal itu bisa jadi bahkan sangat sensitif. Betul gak sobat blogger?

Gak percaya? Aku coba referensikan pengalaman pribadiku yang kasusnya hampir menyerupai perseturuan antara Vpie Mahadhifa dengan Miz Tia di postingan terkininya yaa. Bukan dalam kehidupan blogger kawan, tetapi dalam status Facebook. Immanuel Laurens Morenzzo, demikianlah nama yang nanti akan aku samarkan menjadi kata ganti orang “dia” nanti.

Ceritanya begini. Ada salah satu status yang dibuat oleh si dia, beberapa waktu lalu. Kira-kira statusnya kayak menggalaui sesuatu gitu. Nah, karena dulu aku juga merasa dekat dengan dia, aku pun coba menimbrungkan diri komentar di status seorang mantan pengajar Taman Ceria Negeriku itu namun dengan maksud bercanda. Dan sobat blogger tahu apa yang terjadi selanjutnya??? Jawaban dari komentar balasan itu justru malah menghina aku dengan perkataan yang tidak sedap!! Kira-kira kurang lebih seperti ini lah :


Hei kau. Gak usah ikut campur urusan saya yaa. Pernah sekolah kan jangan kayak ***** (maaf sensor)


Aku yang melihat balasan komentar itu seketika langsung “JLEBB”. Aduuhhh … nusuknya tepat banget. Sakiiitttt …… padahal maksudku hanya bercanda, yaa semacam kalimat galau lah yaa. Maka seterusnya dari yang dulu kami sempat bersahabat sekarang saling menjauh karena perkataan demi perkataan dia yang aku nilai ‘kurang bersahabat lagi’.

Ada hikmah yang aku petik disini, dari kasusku dulu dengannya dan kasus perseturuan Dhifa dengan seorang blogger itu. Apa itu? Yap. Menyikapi Arti Bahasa Tulisan.

Sebuah tulisan, dalam faktanya hanya dapat diartikan sebagai satu lajur kesepahaman yang general sebenarnya. Kalau menilik pengalamanku yang tadi, aku menilai ada perbedaan tanggapan mengenai makna dari tulisanku itu. Dari hematku aku komentar sebagai tanda bercanda, dalam hematnya dia bisa jadi menganggap itu sebuah ejekan. Naahhh …. Sama kasusnya dengan Mbak Mahadhifa ini. Mungkin menurut ‘orang yang kini sedang berseteru dengannya’ ini, pemanggilan akrab nama tertentu masih dianggap wajar bahkan mungkin kebiasaan. Heitt tapi ingat … ada juga yang beranggapan itu menyinggung lho. Iya kan … ?

Jelas sekali sebenarnya ini ‘murni kesalahpahaman’. Oleh karena itu aku mengajak seluruh sahabat blogger apabila komentar yaa gunakan bahasa yang wajar-wajar sajalah, yang sopan secara umum dan dapat diterima masyarakat beretika. Pasti mengerti lah maksud harfiah yang aku katakan itu. Kalau kedua belah pihak masing-masing dapat menerima bahasa yang enak, yakinlah takkan ada ‘teguran dari mereka’ lagi. Setuju gak semua … ???

www.thecolor.com


Nah untuk sahabat bloggerku yang sangat aku nanti kedatangannya untuk komentar ini, Mbak Mahadhifa … maafkanlah dia. Maafkanlah orang-orang yang mungkin kamu nilai itu sebagai perendahan terhadap dirimu. Kita pun harus mengerti, mungkin itu sebuah kebiasaan dari mereka untuk menyambut teman barunya. Hmm … Bukan berarti aku membela dia juga lho. Tidak ada yang aku bela, karena aku yakin antara kamu dan dia sebenarnya tidak salah. Ini murni kesalahpahaman saja.

Dan untuk Miz Tia, mungkin coba untuk lebih bijaksana lagi menanggapi keadaan. Karena blogger itu sangat heterogan mbak. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus memahami perbedaan diantara kita dan jangan sampai perselisihan menjadi nuansa tidak sedap bagi blogger yang lain. Takutnya ada yang kecipratan pemahaman, akhirnya jadilah hal yang tidak diinginkan. Mungkin begitu saja diskusi hari ini. Semoga tali silaturahmi blogger bisa tetap baik dan jangan ada lagi perselisihan apapun alasannya.



Ohya, aku secara pribadi juga ingin mengucapkan :

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1433 HIJRIYAH sahabat blogger semua …

Selasa, 23 Oktober 2012

Berorganisasi, Peran Aktif dalam Mengasah Kemampuan …

Dear Blogger …


Aku dan teman-temanku dalam organisasi Lembaga Pers Mahasiswa BSI  -  Lokasi : Istora Senayan, Jakarta


Assalammualaikum wr. Wb… Sampurasun rampes. Alhamdulillah wasyukurillah, aku bisa kembali menitikkan jari-jari di depan laptop malam ini. Ada yang sedikit berbeda dari kalimat barusan? Yap. Laptop. Aku sudah menanggalkan menulis blog ataupun kegiatan di komputer agar melakukannya di laptop baruku. Jiahaha … laptop baruuu :D . Firstly, aku agak susah mengetikkan tulisan untuk aku posting di blog (karena udah terbiasa di keyboard komputer). Namun aku coba membiasakan diri dimulai dari sekarang. Pembiasaan itu harus, agar nanti tidak semakin lama tidak bisa. Betul?

Saperto Biaso. Intermezzo daholo yoyoo. Haha .. maksudnya intermezzo lagi (tahulah kebiasaan si indrayana ini) :D . Permintaan maaf sekali lagi karena aku belakangan ini jarang BW oleh karena urusan organisasi yang membelet beberapa hari ini. Maaf maaf banget yaa kawan. Tapi tetep, aku usahakan sepenuhnya untuk BW karena BW itu udah seperti ‘agenda wajib’ buat aku pribadi. Tiga hari saja tanpa BW itu rasanya gimana gituu. Hahaha …

Nah, terkait dengan itu aku mau sharing sedikit nih mengenai pentingnya berorganisasi. Okei, bicara tentang organisasi pasti tak lepas dari keaktifan, kepemimpinan, dan ketanggungjawaban. Betul? Yap. Berorganisasi bisa jadi penting dalam masa (muda) kita mencari ilmu dan mempererat link kepada teman yang tak hanya dari satu lingkup kita saja. Bahkan tidak hanya itu, kita bisa menilai seberapa berat porsi kepemimpinan kita. Karena siapapun yang bernaung dalam organisasi pasti akan dilantik jadi pemimipin juga. Bisa jadi, pemimpin bagi bawahannya atau juga pemimpin bagi anggota baru yang hadir kelak nanti.

Okee. Sedikit cerita dari aku. Aku menerjunkan diri untuk berorganisasi sebenarnya sudah sejak tahun 2005. Saat itu aku bergabung sebagai anggota di Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) di sekolah SMA ku. Aku mulai diangkat jadi senior sekitar pertengahan tahun 2006. Kemudian setelah lulus dan aku masuk ke jenjang perkuliahan aku bergabung dalam organisasi yang tergerak sebagai Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) kampus Bina Sarana Informatika pada tahun 2009.

Selama dua tahun aku berkiprah di lembaga pers yang mencetak produk bernama Majalah Inspirasi tersebut, banyak sekali suka maupun duka yang aku temui … dari awal masuk jadi calon anggota hingga di akhir jabatanku sebagai Pemimpin Redaksi. Awal mula aku masuk ke sini … aku langsung ditugaskan untuk menulis sebuah artikel tentang Teknologi Komunikasi. Lalu sesaat sebelum pelantikan, aku ditugaskan untuk mencari sebuah berita, pada saat perjalanan menuju lokasi pelantikanku di Karawang, Jawa Barat, tepatnya di dalam kereta api jurusan Senen – Bekasi yang kami tumpangi.

Jadi anggota baru dalam berorganisasi itu rasanya seperti … diawasin tiga ekor singa di dalam hutan belantara!! Hahaha … :D . Dan itu ku rasakan juga sekarang aku yang masih menjadi calon anggota di LPM Pers Orientasi Universitas Mercu Buana, Kembangan, Jakarta Barat. Hemmhh … aku digembleng habis disini. Mentalitas… dan intelektualitasku terus diasah. Juga sama halnya saat aku masih di LPM Inspirasi BSI beberapa tahun lalu. Kesalahan sedikit saja dalam penyusunan publishing berita, aku bisa dipecer habis-habisan sama senior maupun alumni yang melihat hasil karyaku. Huupph…

saat bingung memutuskan keputusan dalam dilema orgnisasi.
Haha :D
Lokasi : 7-Eleven Salemba, Jakarta Pusat
Itu baru jadi anggota biasa, teman. Belum nanti kalau ketika kita diangkat jadi pengurus organisasi. Wuhh … ceceran sana-sini harus jadi makanan sehari-hari kamu deh kalau kamu gak menunjukkan kemampuan kepemimpinanmu yang terbaik. Aku pun pernah merasakan ketika aku dilantik jadi Redaktur Pelaksana sesaat sebelum aku jadi Pemimpin Redaksi. Hampir setiap minggunya aku terus dipertanyakan ‘report’ dari progress kerjaku. Berat rasanya … tapi yaa inilah yang namanya tanggungjawab. Bidikan memiliki rasa tanggung jawab memang harus ditumbuhkan sejak dini kan sobat blogger? Nah, mungkin di masa inilah aku coba untuk mengaplikasikannya. Karena disini, aku dirasa sudah menjadi bagian dari media. Meskipun bukan media komersil tetapi media yang pernah aku gandrungi ini seperti layaknya ‘miniatur’ dunia kerja yang akan aku sambangi nanti. Insya Allah …

Sebagai senior, kita juga harus bisa membidik anak-anak baru agar mereka bisa memimpin organisasi dengan sebaik-baiknya. Asahan kemampuan juga diperlukan agar mereka tak merasa sia-sia telah bergabung di organisasi yang mereka tujui. Banyak hal yang membuat anggota baru terkadang memilih untuk ‘lepas’ dari organisasi. Diantaranya adalah ketidakcocokan kemampuan, kemauan, atmosfir sumber daya manusia yang kurang sehat, hingga perasaan pesimistis. Itulah yang terjadi padaku ketika waktu angkatan aku menjabat sebagai senior di organisasi LPM Inspiras BSI ini, tiga dari tujuh (termasuk aku), adalah yang bertahan sampai alumni. Empat lainnya, angkat tangan. Dinamikanya, ada dua dari yang aku sebutkan tadi. Sehingga komitmensi dari keempat temanku yang lain itu sempat dipertanyakan sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk keluar sendiri dari organisasi ini.

Berat? Memang harus diakui berorganisasi itu dikatakan cukup berat, apalagi ini dilakukan secara sukarela alias tanpa mengharap bayaran. Namun dengan begitu kita sebenarnya sedang diasah kemampuan kita, kredibilitas kita, kepemimpinan kita, dan pertanggungjawaban kita dalam berorganisasi. Kesimpulan sederhananya, jika saat kita tidak dibayar kita bisa memimpin sebuah organisasi dengan baik, tentunya kita bisa memimpin perusahaan yang lingkupnya sudah memberikanmu keuntungan yang tinggi dong? Misalnya, diangkat jadi redaktur pelaksana di Harian Kompas, misalkan … *Amiinnn*. Dengan bekal kepemimpinan kita semasa berorganisasi dulu kita ‘tidak kaget’ lagi jika harus memimpin bawahan-bawahan kita. Betul gak? Nah … itulah pentingnya berorganisasi..


Menambah teman juga jadi alasan logis mengapa kita perlu masuk kedalam minat organisasi yang kita inginkan. Meskipun bukan pada tujuan utamanya, tetapi dengan membiasakan diri berorganisasi lama kelamaan rasa itu juga akn tumbuh.

Bagi yang suka olahraga bisa masuk jadi anggota basket misalnya. Musik, yaa … masuk unit kegiatan permusikan. Minat di kepemimpinan? Masuklah senat mahasiswa atau OSIS di sekolah/kampus kalian. Jika kita masih pelajar atau mahasiswa sambangilah ekstrakurikuler atau unit kegiatan mahasiswa yang kalian minati. Dalam berorganisasi, kalian akan mengerti caranya memimpin organisasi, mempelajari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi, yang juga berupa tatanan undang-undang bagi si organisasi itu, menambah link, menambah ilmu, dan juga menambah pengalaman. Kalau aku bernaung di Lembaga Pers Mahasiswa (hingga sekarang), aku sudah mencetak beberapa produk fisik yang nantinya Insya Allah bisa jadi referensiku kedepan saatku melamar kerja di media jurnalistik. Ammiinnn …

produk majalah inspirasi  -  dibawah manajemen kepemimpinan aku dan kawan-kawanku


Diluar organisasi kampus juga diperkenankan loh sobat blogger. Juliana Priscilla Dewi, anggota LPM Inspirasi yang dilantik dua tahun setelah aku ini banyak sekali aktif dalam dunia keorganisasian, salah satunya aktif di kegiatan pelestarian alam di bantaran sungai Ciliwung, Condet, Jakarta Timur. Aku pun ingin masuk kesana dan menjadi anggota, setelah yang ini aku sudah menjadi organisatoris di sekolah tebuka Taman Ceria Negeriku (Tomang) dan Komunitas Rumah Indonesia (Grogol). Karena yang kurasa, belumlah cukup jika aku hanya bergabung di satu organisasi saja. Apa yang aku minati … akan aku sambangi. Karena aku sudah tahu … apa pentingnya berorganisasi.


Pandai berorganisasi juga membuatmu pandai dalam memanajemen waktu lho. Karena di setiap waktunya kamu akan dituntut untuk berada di suatu tempat di jam yang terkadang tak kamu duga. Jadi.... bagi kamu yang masih aktif di urusan akademik, tertarikkah kamu dengan tantangan berorganisasi itu???

Rabu, 17 Oktober 2012

Teguran dari Mereka ...

sumber  :   www.cartoonstock.com
Dear Blogger …


Assalammu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh… Sampurasun Rampes. Yap. Kembali lagi di catatan indrayana, dengan jurnal pribadinya yang (insya Allah) dapat menginspirasi sahabat blogger semua. Hehehe … Amminn. Belum akan berbeda dari posting sebelumnya ‘Sebuah Ekspektasi’, posting kali ini sebenarnya lebih kepada curhatan pribadi. Hehehe … Ya gak apa-apa lah yaa… Mungkin memang hasratku lagi ingin menuangkan ini saja..

Intermezzo :  Sebelumnya aku mohon maaf kepada sahabat blogger semua karena belakangan ini aku jarang BW. Yap… aku jarang BW yah? Maaf yaa … maaf…. Kesalahan bukan pada layar laptop anda #loh? Haha. Tetapi memang beberapa hari ini aku sedang dihadapkan pada hal yang tak bisa kuhindari. Salah satunya adalah hadapan interview dan psikotes yang belakangan muncul panggilan satu demi satu dalam rentetan hari yang hampir bersamaan. Namun demikian kendati, aku akan tetap berusaha untuk BW di setiap menitnya. Mumpung masih diam dirumah. Hehee…

Masih pada pautan tema pekerjaan, aku kini sedang intens banget sama yang namanya mencari kerja. Hampir banyak perusahaan berwadah outsourcing yang aku hampiri, salah satunya di bilangan Harmoni, Jakarta Pusat; Bintaro, Tangerang; dan baru-baru ini aku menghadapi tes yang aku nilai cukup memusingkanku. Perusahaan outsourcing PT. PKSS dua hari belakangan ini. Ya … aku sangat berkomitmen tinggi agar bisa bekerja dan dapat memenuhi ekspektasiku hingga dalam waktu jangka panjang.

Sedikit banyak ada kisah yang kurang mengenakkan saat aku dan kedua temanku datang menyambangi gedung yang diklaim milik Bank Rakyat Indonesia itu. Yap. Gedung yang beralamatkan di sekitar kawasan Warung Buncit, Mampang, Jakarta Selatan itu sejatinya akan merekrut para calon karyawan untuk dikontrak dan ditempatkan di berbagai cabang di Jabodetabek. Jika aku ditanya demikian… “Mas, apakah mas siap ditempatkan di mana aja?”, dengan lantang aku akan menjawab “Siap, Buu…”. Karena memang sudah positioningnya seperti itu. Jadi, jika kami lulus dalam tes ini, kami harus siap dalam hal apapun, termasuk dalam hal jarak itu sendiri.

Haha. Tapi sayang sekali pemirsa … pertanyaannya bukan seperti itu.



Kemarin, tepatnya satu hari sebelum aku posting untuk hari ini, aku dan kedua temanku bersiap gegas menuju lokasi perkara kejadian TKP dan siap diinterview. Irah Rohati, berusia 29 tahun dan Umi Sangadah, berusia 22 tahun (sama sepertiku), adalah dua orang teman yang aku sebutkan tadi. Sebelum kami bersiap gegas sebenarnya aku secara fisik dan penampilan belum siap secara total. Pada pukul 9:00 pagi aku dibangunkan secara paksa oleh temanku, yang datang kerumahku dan menggebrak pintu kamarku secara sadis. “Denn … Denniissss!!!!! Banguuunnn …. ”

Woow… si Irah datang menggedor pintu kamarku dan membuka secara paksa sehingga cahaya matahari tampak lancar menyikaukan diri di depan kedua bola mataku. Mmmhhh … udah jiwa belum nyatu, tu orang teriak-teriak kayak kagak tahu kalau aku sebenernya baru aja bangun tidur.


“mmmhhh…. Paan sih Ra? Aaarrghh…” dumelku padanya saat dia membuka paksa pintu kamarku.
“Ayo kita jalan. Yah lu masih bangun tidur…” jawab Ira.
“Bentar dulu!! Elu teriak-teriak dah kayak orang kesurupan aja lu dah…” dumelku lagi sambil melambaikan tangan kekanan guna mengusir dia secara halus keluar kamar karena aku akan bergegas untuk mandi.


Dan ternyata … setelah aku ricek pada handphoneku, dia sudah sms sekitar jam setengah 8 an tadi!!! Yasallam … ini nada deringnya apa kurang keras yak? Ah yasudahlah… Bergegas aku mandi, pakai pakaian (yang rapih), dan siapkan CV untuk aku ikut melamar nanti.

Berangkatlah kami ke daerah Mampang. Seperti biasa karena baru pertama kali insiden umum pasti sering kami temui. Apa itu? Nyasar. Haha …

http://www.panoramio.com
Nah, point utamanya ada disini. Rupa-rupanya, sangking aku terburu-buru tadi, aku sampai salah mengenakan pakaian dalam dan salah pula menggunakan jenis sepatu. Udah gitu, aku pakai kemeja yang belum sempat aku seterika!! Adadaddaaahhh ….. ampun-ampun Ya Gusti. Next time aku akan memakai pakaian yang lebih tertata rapi lagi deh! Hehehe. Dan ternyata benar adanya, aku dimarahi dua kali samapi di lokasi kejadian. Yang pertama, aku dimarahi karena aku menggunakan sepatu cat, bukan sepatu pantofel. Yang kedua, aku memakai pakaian dalam berwarna, sehingga kerahnya terlihat dan tidak menutup. Hmmph … lengkap sudah omelanku untuk hari kemarin.



Mas… tolong lain kali pakai sepatu ket dan kerahnya ditutup yah kalau mau pakai dalaman berwarna” cekit salah satu orang HRD di PT. PKSS itu kepadaku. Dan aku hanya berkata ,

Iya bu. Terimakasih atas masukannya.” Tanpa berbantah hati aku ucapkan apa yang seharusnya saja.


Itu saja sih ingatan terburukku di hari pertama interview dengan user di PKSS. Tapi tanpa terduga sobat blogger, dari sekian banyak yang melamar disana, aku salah satunya yang bisa melaju ke tahap Psikotes!! Dua temanku yang lain, Umi dan Ira, sama-sama ditolak oleh pihak PKSS. Ya Allah Gusti… terimakasih atas rahmat-Mu. Aku diberi kesempatan kedua dalam menjalani serangkaian tes masuk calon karyawan ini. Aku pribadi bahkan kurang mengerti mengapa dari aku bertiga hanya aku yang diterima melangkah ke tahap Psikotes sedangkan mereka tidak? Apa mungkin waktu presentasi perkenalan pribadi kepada user itu yah? Karena apa? Aku sudah dua kali kena teguran perihal masalah penampilan. Ah sudahlah … biar Gusti Tuhan yang mengatur semua ini. Aku jelas harus bersyukur banget atas keadaan ini. Awalnya sempat pesimistik, namun kemudian aku jadi optimistik kembali.

Dan oleh karena itu pula, aku bersedia mengganti penampilanku secara utuh dan keseluruhan, selayaknya seperti ini …



Hahaha. Masih muda kan *huu*? :D . Okelah cukup sekian curhatanku kali ini. 


Kesimpulan :  Selalu berpakaianlah rapi saat hendak melamar pekerjaan. Baik itu interview, atau bertemu dengan HRD. Karena user tidak hanya akan melihat skill kamu, tetapi mereka juga memantau pakaianmu. Pakaian cukup berdampak pada kesukesanmu mendapatkan pekerjaan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

Artinya begini. Setiap perusahaan sebenarnya juga menentukan regulasi etika berpakaian yang berbeda-beda. Namun tetap pada prinsipnya sama. Tampillah percaya diri dan tetap memukau didepan banyak orang..  ^ ^



Semoga aku bisa meraih pekerjaanku. Doakan yaa sobat blogger semua. Ammiinnn ....

Minggu, 14 Oktober 2012

Sebuah Ekspektasi …

http://ourpax.com
Assalammualaikum…. Sampurasun Rampes. Belakangan jadi terus-terusan ngikutin kang Cilembu Thea nih gaya salamannya. Hehehehe. Tengah malam ini rasanya dalam hati ingin sekali untuk tiduurrr, tapi takut lupa kalau ditunda besok mosting lagi. Hadeuuhhh … maklumlah penyakit lupa. Haha … Kali ini, aku mau cerita sedikit mengenai arti sebuah skala prioritas dan keinginan terbesar dalam hidup seorang manusia. Okesip …

Yap. Tidak lain dan tidak bukan sebutan dari ’diksi’ itu adalah pengutamaan atau ‘Ekspektasi’. Seperti kita tahu, kita selama hidup di dunia ini pasti memiliki satu prioritas utama yang harus bisa kita capai dikemudian hari. Tiap pribadi hidup pasti memiliki ekspektasi yang berbeda. Ada yang dalam hidupnya memiliki ekspektasi dalam menguasai bidang Sains atau Elektronik, ada yang hidupnya memiliki ekspektasi menjadi pemimpin di salah satu lingkungan, dan banyak lagi. Semua itu tergantung di kita. Akan ke arah mana kita hidup nanti… ?

Hoke. Lepas dari intermezzo mari langsung saja kita meluncat ke pokok postingan. Mari tinggalkan masalah kegalauanku (pada posting sebelumnya) dan kembali menjalani hari seperti biasanya. Kalau kata Ocha Rhoshandha kemarin di komentarnya, galau terus gak ada habisnya. Hmmm ……. Ya sudahlah. Jika kamu menilai demikian.


Ekspektasi sebuah Pekerjaan …

http://koran-jakarta.com
Aku sudah cukup banyak mendengar dari beberapa narasumber yang sejatinya mereka adalah sahabat-sahabatku semua. Kini, hampir 90 persen seluruhnya teman-teman dekatku sudah bisa menikmati masa karyawannya (hingga sekarang) dan merasakan serunya memiliki gaji yang kemudian ekspektasi kedepannya bisa saling berbeda pandangan. Tetapi point utamanya disini adalah, bagaimanakah ekspektasimu terhadap pekerjaan yang kau dapatkan saat ini? Apakah sudah sesuai dengan keinginanmu? Ataukah kau hanya sekedar untuk mencari waktu atau kau punya ekspektasi berbeda? Semisal, ingin menjadi karyawan tetap atau ingin mencari pekerjaan yang jam kerjanya di hari senin sampai jum’at dan berjam kerja pagi hingga sore hari, layaknya orang kantoran disekitaran Sudirman dan Thamrin, Jakarta sana???

Naomi Stephanny Manuhuwa. Dialah sahabat aku yang pertama kali aku tanyakan mengenai ekspektasi kerja itu. Sahabatku yang juga teman satu pengajar di Taman Ceria Negeriku itu memberikan rekomendasi kepadaku agar memilih pekerjaan yang hanya aku bisa lakukan saja. Apabila ‘skill’ mu dan pekerjaanmu sudah saling relevan, maka bukan tidak mungkin … kau akan aman di dalam ekspektasimu sendiri.

“Begini, In. Tak ada salahnya jika kamu mencari pekerjaan dengan hampir disegala bidang yang kamu bisa. Tetapi jika kamu bisa mencari pekerjaan yang SUDAH menyatu dengan skill kamu, tentu itu alangkah yang sangat sangat sangat baik. Misalkan kamu sudah merasa ahli di bidang komputer, maka pekerjaan yang cocok untuk kamu adalah bagian perkomputeran,” ujar wanita yang akrab disapa dengan sebutan Efflin tersebut, saat berjalan bersamaku di International Trade Centre Roxy Mas, Grogol, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu. Meski begitu, Efflin merekomendasikanku untuk tidak ragu dalam memilih pekerjaan apapun selagi itu bisa aku rasa untuk dikerjakan secara maksimal.

Karena ‘ekspektasi’ aku pribadi hanya menginginkan pekerjaan yang bernaung di kegiatan media jurnalisme, maka aku fokuskan saat ini untuk menambah referensi kewartawananku dan abilitas penulisan beritaku untuk kemudian dikemas dan dijadikan portofolio pribadi. Yap, sekali lagi. Ekspektasi utamaku dalam bidang pekerjaan, adalah agar aku bisa kerja di media. Titik dan Ammiinnn.

Hal senada juga diungkapkan dua sahabat FAFAY ku yang lain dalam relevansinya menyangkut komentar Efflin tadi. Yakub dan Febriansyah Rahmat, demikianlah dua dari yang aku sebut sebagai kata sapaan ‘dua sahabat’ FAFAY ku tadi. “Gak apa-apa Den. Selama lu masih bisa melakukannya coba lu jalani aja. Contohnya gue. Kuliah di jurusan Brodcasting, kerjanya di perbankan. Semua itu tergantung dari apa yang kita fokuskan…,” ujar pria yang akrab disapa Febri tersebut. Namun tampaknya ada ketidaksetujuan pendapat oleh sahabatku yang satu ini dalam relevansinya mengenai komentar Efflin tadi.

“Tergantung, Den. Karena sekarang ini susah mencari pekerjaan. Dan jika elu udah nge-klop di satu perusahaan, ya elu udah … begitulah. Tapi kalau elu (aku) yang akan menyelesaikan studi untuk Sarjana Strata 1, gue berharap banget buat elu bisa masuk media yang besaarrr… Wuedeeehhhh…. Abraham Yusuf Indrayana, Sarjana Komunikasi. Hehehe,” tambah sambil canda Yakub saat diskusi santai bersama bertiga, beberapa waktu lalu.

Dulunya memang iya, aku punya ekspektasi bisa bekerja di bidang teknik komputer. Tapi seiring waktu berjalan, ekspektasiku kini berubah. Hanya kerja di media dan usai sudah ekspektasiku dalam bidang pekerjaan. Mengenai gaji, ekspektasi orang-orangpun bisa berbeda-beda. Ada temanku yang memiliki ekspektasi untuk keluarga terlebih dahulu, ekspektasi untuk tabungan masa depan, bahkan ada pula temanku yang memiliki ekspektasi memiliki motor gede (moge) dan mobil!!! Wow … kita do’akan saja yaa sobat blogger agar teman-temanku bisa meraih ekspektasinya itu. Hehehe … Ammiinnn.


Ekspektasi sebuah Keinginan …

Untuk aku pribadi, aku punya ekspektasi bisa memiliki alat-alat yang canggih. Aku ingin punya komputer berpentium Quad, berwindows delapan, dan ingin punya gadget Android. Hehehe… Ammiinnn. Yaa meskipun bisa berubah suatu hari nanti kalau kata ayahku setidaknya kamu sudah memiliki keinginan mau meraih apa di masa nanti. Hehehe …

Ada Apple, yang (kini) terus menggodaku untuk membelinya, namun itu dia sobat blogger masalahnya. MAHAL. Oleh karena itu aku coba untuk mengharap sesuatu yang semi-mewah terlebih dahulu, biar aku ada semangat untuk meraihnya. Nah siapa tahu Tuhan kasih rejeki yang lebih … Yah apa yang akan kau beli lagi nanti??? Hahaha …

Bicara mengenai ekspektasi keinginan, kedua teman Fafay ku tadi juga memiliki ekspektasi yang berbeda pula. Yang pertama, fokus pada kemaslahatan keluarga. Kedua, menata ulang tempat tinggal. Nah yang ketiga … untuk dihambur-hamburkan deh. Hahaha :D . Lalu untuk aku apa? Tentunya sih, bisa membahagiakan kedua orangtuaku dengan gaji-gaji yang akan aku dapat kelak aku sudah bekerja nanti (kebahagiaan, bukan kebaha-GIA-an yaa … Haha).

Persempit lagi yuk ruang judul yang ada disini. Semisal mengenai ‘gadget’. Ada beberapa penilaian mengenai ketiga gadget yang diakui di dunia sangat menjadi rival satu sama lainnya. Yap. Apple, Android, dan Blackberry. Temanku yang ini, Febri, sepertinya akan memilih salah satu dari ketiga jenis gadget ini dikarenakan kebanyakan teman-teman kantornya memiliki tipe yang sama. Begitupun dengan Yakub, yang hanya saja berbeda pilihan dengan yang (mungkin) akan dipilih Febri nanti. Aku??? Heemmm ……. Pengen dua dari salah ketiga gadget yang ditawarkan diatas. Soalnya aku pun belum tega untuk meninggalkan gadget kesayanganku yang satu ini. Teman-teman di kontak masih banyak, dan satu-satunya fungsional yang tidak ada di tipe gadget yang lain membuatku semakin tidak tega untuk melepas handphoneku yang satu ini. Dan kalian tahu itu apa?? Yap. Blackberry. Hehehehe …. :D


Demikianlah diskusi santai dari A. Y. Indrayana mengenai sebuah Ekspektasi.

Tadi aku sudah menceritakannya. Kamu semua sudah tahu akan ekspektasiku. Ini ekspektasiku, mana ekspektasimu????

Jumat, 12 Oktober 2012

Rasa Ini ....

http://sadjunu.ye.ro

Malam kawan blogger ...

Hari ini tiba-tiba aku ingin quick post aja ... mengingat perasaan yang terus-menerus galau oleh karena cinta .....

Sebenarnya bukan cinta juga, tapi semacam rasa suka yang (sampai sekarang ini) belum juga bisa kuceritakan padanya ....

Ini lagu Vierra - Rasa Ini ......


Rasa Ini


Ku tak percaya ... Kau ada di sini
Menemaniku ... 
Di saat dia pergi
Sungguh bahagia ...  Kau ada di sini
Menghapus semua .... sakit yang kurasa

Mungkinkah kau merasakan
Semua yang ku pasrahkan
Kenanglah kasih..


Ku suka dirinya, 
Mungkin aku sayang
Namun apakah mungkin, kau menjadi milikku .... ??
Kau pernah menjadi , 
Menjadi miliknya
Namun salahlah aku, bila ku pendam rasa ini ..... ????


Mungkinkah kau merasakan
Semua yang ku pasrahkan
Kenanglah kasih..

Ku suka dirinya, 
Mungkin aku sayang
Namun apakah mungkin, kau menjadi milikku .... ??
Kau pernah menjadi , 
Menjadi miliknya
Namun salahlah aku, bila ku pendam rasa ini ..... ????



Kutujukan lirik ini kepada seseorang yang kini bertempat tinggal disekitaran Semper, Jakarta Utara. 
Aku ingin berkenalan lebih dekat denganmu, tapi tak kunjung ada balas...

Dan aku pun gak ingin terlalu banyak berharap.
Karena semakin kita berharap akan sesuatu yang belum pasti, kita akan sakit ketika harapan itu ternyata sirna dan musnah.
Maka dari itu ... Aku gak mau berharap banyak akan ini semua ........


Sekali lagi, aku tak ingin terlalu berharap untuk ini ...

Rabu, 10 Oktober 2012

KPK Vs. Polri - Pahlawan atau Rivalan?

Assalammualaikum… Sampurasun Rampes…. (salam rutin kang CilembuThea.. hehe). Balik lagi nih di blog catatan indrayana, blog yang tak hanya memuat curahan tulisan pribadi tetapi juga headline-headline yang cukup menarik untuk diperbincangkan di publik. Hehehehe …. Apa kabarnya semua? Tentu baik-baik saja. Tetapi mungkin kabar baik ini tidak sedang berhembus kepada kedua institusi negara yang mungkin dua-duanya kita bisa sebut sebagai ‘pahlawan’ kali yaa. Hehehe. Ya, mereka berdua adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI). Pasti sobat blogger udah cukup tahu dong bagaimana mereka dan apa sepak terjangnya …

Hmm… Seperti biasa lagi nih. Mau intermezzo dulu. Haha … Emang nih si Indra, lagi-lagi begitu. Hahaha :D . Tapi gak akan panjang kok. Aku hanya mau promosi dikit mengenai blog kedua aku nih. Namanya Desain Indrayana – Wadah Bebas Desainanku. Dalam kontennya, aku memprioritaskan hasil portofolio desainku baik berupa gambar diam maupun gambar video. Ada video liputan dan ada video dokumentarian. Yang ingin buka dan memfollow barangkali, mumunggu … diklik aja linknya. Desain Indrayana (ada juga di tab sidebar atas – disamping Tentang Indrayana)  ^ ^

Okesip. Kembali ke tema…

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Komisi yang berkonsentrasi penuh terhadap penanganan kasus korupsi ini didirikan di tahun 2003 yang memang secara tugas sudah pasti pada pusat permasalahan pemalingan uang negara. Sepanjang masa tugasnya, KPK telah mampu menyingkap beragam masalah korupsi (dan tentunya hingga sekarang) bahkan dengan cara yang beragam pula. Pantaslah jika KPK bisa disebut sebagai ‘pahlawan’ negara.

Nah, Polri, atau kepanjangannya Polisi Republik Indonesia juga berkonsentrasi dalam penanganan sejumlah masalah global yang umumnya sangat meresahkan masyarakat, yakni penegakan hukum, pemberantasan teroris, pelayan masyarakat dan lain sebagainya. Kita ambil contoh saja, gembong teroris yang paling dinanti penangkapannya, Noordin M Top, akhirnya bisa ditangkap juga oleh tangan-tangan tangguh Tim Densus 88 yang saat itu kepemimpinan polri dibawah naungan Jendral Bambang Hendarso Danuri. Waaw …. Apresiasi penuhlah terhadap kau semua, Polri!! Wehehe …  :D


Artinya apa? Kedua institusi independen negara ini pada dasarnya memiliki satu tugas kan sobat blogger? Yap. PENEGAKAN HUKUM. Lalu, apa yang salah sehingga masalah di kedua institusi ini seakan saling menjauh?

Terkesan ‘justru itu’. KPK dan Polri kini saling bersitegang dalam menegakkan proses hukum yang sesungguhnya dalam hematku itu kurang perlu untuk diperributkan saat ini. Tengahlah dalam kasus Hambalang Sport Center di Bogor, Jawa Barat, Korupsi PLTS, kasus Century, dan yang sekarang sedang menjadi ‘trending topic’ banget adalah kasus Simulator SIM. Selalu ada saja halangan dari KPK untuk mencoba menyidik di internal tubuh Polri. Contoh pada saat awal-awal kasus, mobil KPK pernah dihadang keluar saat selesai membawa berkas hasil sidikan korupsi beberapa waktu lalu.

Sekarang lagi… Kasusnya Novel Baswedan. Mantan Kompol kota Bengkulu yang saat ini menjabat sebagai ‘big boss’ nya kasus Simulator SIM di Korlantas Polri dituduh menganiaya seseorang saat masih menjabat di Polda Bengkulu tahun 2004 hingga tewas. Uuuuhhh …. Bagi pihak Polri, dalam prioritas utamanya yang disebut penegakkan hukum mempunyai perspektif pribadi mengapa tetap ingin menangkap pria yang terduga itu. Namun, di hemat banyak pihak, kasus ini tak ubahnya seperti konspirasi upaya Polri untuk melemahkan kerja KPK dalam menyidik kasus Simulator SIM. Wah… wah .. waahhh …

Jika memang benar Novel Baswedan bersalah dalam hal ini, mengapa tidak dari dulu disidik? Mengapa Polri baru menguak ini TEPAT pada sedang blowing-blowingnya kasus Simulator SIM? Apakah ini semacam upaya penghindaran dari Polri untuk menutupi internalitasnya???

Jelas publik tidak akan percaya pada Polri. Ketiga pertanyaan tersebut sudah menjadi dasar penilaian rakyat terhadap dua institusi yang saling merival ini. Bahkan sampai Presiden SBY membuka suara kepada Pers bahwa penanganan kasus Novel saat ini tidak tepat, dan beliau meminta agar kasus Simulator SIM hanya dipegang oleh KPK, dan bukan Polri. Then … what’s up? Interpretasi apa lagi yang akan dikatakan oleh Polri dalam menanggapi pernyataan tersebut?

Upaya kriminalisasi ini memang bukan kali pertama terjadi, dan bukan hanya dari satu institusi saja. Sekarang ini, masih hangat di berita media mengenai dugaan upaya mengkriminalisasi KPK oleh badan perwakilan yang kita sebut sebagai DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Yap, DPR kini masih dalam perencanaan merevisi Undang-Undang KPK. Sebenarnya kalau revisi ke arah yang lebih baik sih, kita mah santai aja. Tapi kalau revisi yang mengkhawatirkan? Contoh satu saja, DPR tengah merencanakan pengubahan hak pribadi KPK untuk menyadap sebuah suara telepon. Masak untuk menyadap telepon KPK harus izin terlebih dahulu ke pengadilan tinggi? Walah walah walah …

source : www.seruu.com

Sekarang ini, KPK memang tengah dihadapkan pada cobaan yang cukup dahsyat bila ditimbang dari segi tugas. Pemberantasan korupsi harus tetap ditegakkan di negeri ini, dan tidak boleh ada yang menghalang-halangi. Bagaimanapun, korupsi harus ditindak. Saat ini banyak mengalir dukungan bagi KPK dari banyak kalangan, juga ikut serta para pengamat, artis dan seniman. Bahkan di Profile Picture FB dan avatar Twitter banyak memakai gambar “Save KPK”. Ini artinya rakyat memang sangat mengharapkan penuh KPK bisa kembali memberantas korupsi, dan tidak terhalang-halangi oleh apapun juga, bahkan dari institusi tertinggi sekalipun. Hukum harus ditegakkan. Betul gak sobat blogger?


KPK menegakkan hukum dengan tugasnya memberantas korupsi, Polri menegakkan hukum dengan tugasnya mengayomi masyarakat.



Jadi menurut kalian, KPK dan Polri … Pahlawan atau Rivalan?? 

Sabtu, 06 Oktober 2012

Memanajemen Waktu …

foto : http://koran-jakarta.com

“Kak … kak … kak Indra …… kenapa telat sampai sini kak?”
“In … kenapa elu telat? Kelas udah keisi semua…”
“Sebentar dulu in… Ini ada materi jurnalistik penting banget”
“Sorry yaa In. Gue emang lagi dideadline kerjaan jadi kagak bisa dateng ke Tomang”
“Sorry In … Biasalah gue ada kerjaan”


Kalimat-kalimat itu seakan akrab di telingaku saat menjelang atau berada tepat di hari H setiap hari Sabtu. Pada konversasi yang pertama, itu pertanyaan yang sering diucapkan oleh anak didikku di Taman Ceria Negeriku, sore tadi. Yang kedua, pertanyaan dari rekan pengajar di TCN juga. Yang ketiga, saat aku dicegah keluar dari sekretariat LPM Pers Orientasi Mercu Buana sesaat sebelum TCN memulai aktivitasnya. Nah, dua kalimat terakhir, itu kalimat penolakan karena tidak bisa hadir untuk mengajar anak-anak Tomang, yang biasa mereka ucapkan.

aku dan teman-teman di LPM Orientasi Mercu Buana
Semua pertanyaan itu sebenarnya muncul oleh karena desakan pihak luar yang mengharuskan mereka (termasuk aku) terlambat atau bahkan tidak hadir di TCN ini. Kini setiap sabtu yang penuh dengan kegiatan di luar. Mulai dari kegiatan perkuliahan, pengumpulan anggota baru di LPM Orientasi, hingga jam mengajar di TCN memang sudah tertata rapi dan jam-jamnya sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. Dan kebetulan, beberapa hari lalu aku banyak sekali dipanggil interview oleh tiga PT yang diantaranya di sekitaran Cempaka Putih, Jakpus; Pluit, Jakut; dan di Permai Harmoni, Jakpus. Dan saat interview di Harmoni kamis lalu, itupun harus bentur dengan jam kumpul bersama teman-teman untuk bersama-sama menghadiri kondangan kakak senior di daerah Bogor, Jawa Barat. Oleh karena itu, akupun belum sempat BW untuk minggu ini.

di TCN ...
Kita berintermezzo dulu. Aku jadi teringat posting yang dirilis oleh kakanda yang sering banget komen dimari, dan komennya nongol dimana-mana (hehehe *ampun kang* :D), kang Zachronisampurno, dengan tulisan yang berjudul gila kerja. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang berjudul Decent Work Indonesia, jumlah pekerja di Indonesia yang bekerja lebih dari 48 jam per minggu semakin meningkat tiap tahun. Gambaran singkat yang cukup menyeramkan jika ini terus-terusan berulang, karena di setiap minggunya mereka harus berangkat kerja, bermacet-macet, dan berbanting tulang dari pagi hingga malam. Lalu paginya tentu berangkat kerja lagi. Hmm… Lalu adakah mereka memiliki waktu sekunder dan tersier yang mumpuni? Jika selain hari Minggu, berapa jam waktu yang dapat mereka habiskan untuk hal-hal yang lainnya?

saat kumpul bersama kawan-kawan pengajar TCN
Aspek lainnya, yang tidak perlu ditilik jauh-jauh. Teman-teman blogger kita yang dulunya sering banget komentar dan membuat posting, satu demi satu seakan seperti berguguran. Ada yang ingin hiatus karena mau persiapan UN, ada yang menghilang karena pekerjaannya, ada juga yang menghilang tanpa sebab. Gia Sitti Ghaliyah juga terus disibukkan sama kuliah fisikanya. Yasallam …

Kedua aspek tadi adalah berkaitan dengan manajemen waktu. Bagaimanakah si individu itu mengatur waktunya? Bagaimana supaya balance, atau ‘cukup’ adil dalam beberapa hal. Misalnya waktu kerja dan waktu untuk blogging. Gambaran singkatnya, jika waktu kerja paling banter sampai petanghari, mungkin bisalah malamnya sebelum tidur blogwalking dulu atau menulis posting. Atau dalam hal lain, misalnya perhatian kepada orang kedua, pacar, teman karib, dan waktu keluarga setidaknya jangan sampai menyempit atau bahkan hilang total.

Seperti yang terjadi belakangan ini kepadaku. Waktu luang untuk TCN seperti sedikit demi sedikit terkikis oleh karena pekerjaan. Alvin William, salah satu sahabat aku di TCN mengaku kini makin sulit memanajemen waktu bahkan di hari Sabtu. “Sekarang setiap sabtu gue kerja sampai jam tiga, In. Jadi waktu gue buat dateng kesini, jadi sering telat. Maaf yaa Inn …”, demikianlah kata pria yang berdomisili di Bekasi, Jawa Barat itu.
nah kalau yang ini, bersama anak-anakku di TCN ...
Hal senada juga pernah ditorehkan oleh blogger akrab kita Asep Haryono, 12 September lalu, dalam komentar di posting Pasang Gigi Tiruan. “Iya nih maklum lah kesibukan di kantor yang luar biasa yakni mengurus portal website perusahaan dan juga klien.” Demikian jawaban atas pertanyaan (bukan teguran ya kang :D) dariku kepada sahabat karib kita yang tinggal di kota Pontianak, Kalimantan Barat itu. Yaa, aku sih selalu maklum … Pokoknya apapun aktivitas kalian (sahabat blogger) semoga tidak menjadi putus tali silaturahmi sesama blogger oleh karena pekerjaan. Hehe …

(baju kotak : Yakub, baju hitam :Febriansyah)
Kita memang harus memaklumi, jika tuntutan pekerjaan dan serentetan tugas dari pihak pertama adalah sebuah kewajiban yang patut kita selesaikan. Tetapi jika kita merenung sejenak, masih ada hal yang tak kalah penting yang bisa kita lakukan. Jika pekerjaan adalah satu-satunya cara bertahan hidup, maka ingatlah hal yang bisa membangkitkan semangat bekerjamu. Tentunya masing-masing pribadi memiliki caranya sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri dalam bekerja. Tetapi motivasi itu pasti tidak akan pernah lepas dari keterlibatan pihak yang lainnya. Misalnya kebersamaan keluarga, kumpul teman, belajar, bahkan kalau bisa berorganisasi selagi masih muda (seperti saya … *huu #lempar panci :D)

Aku sendiri pun berpikir, jika aku nanti diterima kerja di suatu perusahaan (Ammiinnn), apakah aku juga akan menyita kegiatanku yang lain? Berarti aku harus selalu siaga memanajemen waktu.

Karenanya, aturlah waktumu antara pekerjaan dengan hal yang lain, agar dayungan hidupmu teratur dan balance. Jangan terlalu gila kerja kalau kata kang Zachronisampurno. Hehehe … Dan satu lagi. Kesehatan. Jangan lupakan yang namanya istirahat yang cukup. Karena semakin banyak kegiatanmu, semakin harus juga kamu merenggangkan tubuhmu. Kemudian yang juga penting, jangan sampai sakit! Hehe …


Semangat memanajemen waktu ya teman-teman .. ^ ^

Senin, 01 Oktober 2012

Journey to the Sangiran site …

Assalammu’alaikum … Samparsun Rampes … (adaptasi lagi salam dari kang Cilembu Thea. Hehe). Gimana kabarnya sahabat blogger semua… Pembuka Oktober pasti juga jadi pembuka semangat baru bagi sobat blogger dalam menjalani aktivitasnya. Iya kan? Nah untuk posting kali ini, ada baiknya kalau kita jalan-jalan sejenak ke sebuah lokasi museum yang berada di pertengahan ujung timur Jawa Tengah ini. Yap, tempat ini dinamakan Museum Situs Purbakala Sangiran. Penasaran ada apa aja didalamnya? Yuk kita jalan-jalan bersama …

Setelah sebelumnya menemukan dua sobat blogger yang aku kunjungi beberapa waktu tadi, membuat aku jadi terinspirasi untuk menulis postingan sejenis laporan reportase. Tak ingin kalah dari kang Zachronisampurno, sahabat blogger yang sekarang merangkap posisi sebagai seorang wartawan. Dan, mengikuti posting demi posting dari si Gia Sitti Ghaliyah, yang ingin sekali pergi ke museum-museum, menarik minat aku untuk memposting tulisan spesial edisi jalan-jalan untuk kali ini.


Sebenarnya kunjungan aku ke museum ini sudah dari satu tahun yang lalu, tepatnya saat keluarga besar aku tengah mudik, dan menyelesaikan rangkaian agenda wajib yang dicanangkan keluarga aku selama aku berada di kampung tercinta, di Solo, Jawa Tengah. Tapi gak apa-apa yah kalau aku posting sekarang.... ^ ^

Perjalanan ‘start’ bermula dari kediaman keluargaku di Kampung Nirbitan, Tipes, Solo, Jawa Tengah pada pukul 08.00 pagi. Bersama satu rombongan menaiki bus mini berangkatlah kami ke tempat tujuan. Lokasinya pun bisa dikatakan lumayan jauh, bisa memakan waktu hingga dua jam lamanya. Tak ada yang dapat dilihat, selain rerumputan sawah, para ilalang, dan rumah-rumah ala gubuk dalam jarak yang ada hingga hitungan 100 meter satu sama lain.

Sampai di Sangiran, situs yang berlokasi di Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu, kami disambut sapa oleh sebuah batu besar hitam berada tak jauh di depan aku. Ini fotonya …



Okee. Mari kita masuk ke dalam sekarang. Dengan biaya seribu rupiah kita sudah bisa melihat situs yang isinya, benda-benda peninggalan masa kuno pada zaman manusia purba. Woow… Kita akan menemukan temuan sisa-sisa kehidupan masa lampau yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari.

Salah satunya ini. Homo Erectus. Hal yang sangat menarik adalah berdasarkan penelitian bahwa manusia purba jenis Homo Erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran sekitar lebih dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Dan ternyata jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di dunia.(Widianto,et.al.,1996). Namun tidak hanya itu, kandungan batu yang pernah digunakan oleh manusia purba itu pun sangat banyak, sehingga kita bisa secara jelas mengetahui ataupun mengungkap kehidupan manusia purba beserta budaya yang berkembang saat itu.

manusia purba sangiran


ALAT-ALAT HOMO ERECTUS ....

Koenigswald, pertama kali menemukan alat-alat batu Sangiran di Perbukitan Ngebung. Namun alat-alat batu ini sulit ditentukan usianya karena merupakan temuan permukaan, sehingga hilanglah sudah konteks sebenarnya. Pada tahun 1990 diadakan penggalian secara sistematis di Ngebung untuk mengetahui usia pasti kebudayaan Homo Erectus di Sangiran. Ekskavasi ini menghasilkan temuan spektakuler berupa sisa manusia, sisa fauna, dan artefak batu secara in-situ, yang memiliki suatu kesamaan dengan temuan Koenigswald. Semua temuan ini berada pada lapisan fluviovolkanik anggota Formasi Kabuh yang berusia sekitar 700.000 tahun yang lalu. Huuu….woow. Penggalian di Dayu menyingkap temuan alat-alat batu pada lapisan grenzbank berusia tidak kurang dari 800.000 tahun yang lalu. Setelah dilakukan penggalian yang lebih dalam lagi, pada lapisan lempung hitam Formasi Pucangan yang berusia 1,2 juta tahun yang lalu ditemukan konsentrasi alat-alat serpih dalam jumlah yang banyak.




itulah himpunan alat-alat Homo Erectus paling tua di Indonesia




FAUNA PURBA KALA PLESTOSEN

Selain potensi akan kandungan fosil manusia dan artefaknya, di Sangiran juga sangat banyak menyimpan fosil-fosil fauna. Fosil-fosil ini berada pada seluruh tingkatan stratigrafi tanah Sangiran sehingga cukup berbeda dengan fosil-fosil manusia dan alat-alatnya yang ditemukan pada lapisan tanah tertentu. Eksistensinya dapat ditemukan kembali pada tingkatan stratigrafi dari Formasi, Kalibeng, Pucangan, grenzbank, kabuh, dan Notopuro.

Crocodilus (Buaya)

Gavialus Bengawanensis (Buaya Sungai)



gading gajah

kepala kerbau purba




Sayang saja foto-foto yang lainnya telah hilang oleh karena proses installasi Windows beberapa waktu silam. Hmm....

Demikianlah cerita pelesiran ala Indrayana. Muga kiranya dapat menjadi inspirasi jalan-jalan buat sobat blogger semua ... ^ ^


Ingin lain waktu ke sana lagi ... rasanya  ^ ^