Senin, 29 Oktober 2012

Inspiraturis … (Part 1) : Kuda Lumping Singoludro

Dear Blogger …



Assalammualaikum … Lagi-lagi si penulis kecil Indrayana menuliskan sebuah artikel kembali untuk sobat blogger. Lewat tiga hari saja rasanya dalam hati … seperti gimana gitu. Hehe … Kali ini aku akan mengulas sedikit cerita pelesiran singkatku mengenai sebuah tempat wisata yang tak kalah dengan yang lainnya. Sarat edukasi, namun penuh akan hal yang menyenangkan. Dimanakah itu? Hehe .. nanti dulu bung/mbak. Juga, pada point utama kali ini aku akan sedikit mengulik sebuah inspirasi yang datang dari grup yang sehari-harinya mencari nafkah demi menghidupi masing-masing dari mereka. Penasaran apa? Yuk kita simak yang berikut ini …

Okei. Langsung pada point intermezzo terlebih dahulu. Ketika sobat blogger lelah dalam beraktivitas dan merencanakan akan pergi ke suatu tempat yang menyenangkan dan menyegarkan pikiran sobat blogger semua, ada banyak tempat referensi yang tersedia untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Situs Museum Purbakala Sangiran yang pernah aku posting beberapa waktu lalu, dan yang kedua … inilah dia. Wisata Kota Tua. Jeng jeng jeennggg… *bunyikeyboard* :D





Bagi yang sudah cukup lama bermukim di DKI Jakarta pasti sudah mengenal lokasi wisata yang satu ini. Yap … tidak lain dan tidak bukan adalah Museum Fatahillah. Eitt … tunggu dulu. Tidak perlu berkecil hati mendengar kata ‘museum’ yang satu ini yaa. Meskipun namanya museum, namun tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi. Karena tak hanya berisi tempat bersejarah peninggalan jaman Belanda saja yang ada disini. Bila kita melihat seisi lapangan di sekitar Fatahillah ini, kita akan menemukan banyak jasa penyewaan Sepeda Onthel yang bisa kita sewakan, atraksi unik dari para komunitas atau grup, museum seni rupa, Pelabuhan Sunda Kelapa, hingga jajanan souvenir unik khas Jakarta.

Bicara tentang ongkos marongkos, pergi berwisata ke tempat yang sudah lama diresmikan oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin ini terbilang cukup terjangkau. Untuk berkeliling si sekitar lapangan dan sekadar foto-foto kita bisa dengan bebas melakukannya. Untuk masuk ke Museum Fatahillah kita cukup membayar Rp. 3000 per orang untuk tanda registrasi. Bila kita ingin merasakan uniknya naik sepeda zaman Batavia kita hanya mengambil kocek sekitar Rp. 10.000 per sepeda untuk satu jamnya. Terjangkau, bukan?



Sugeng, ketua Grup Komunitas di sebelah kiri
Kuda Lumping Singoludro dan aktivitasnya

Yup. Setelah berlebar panjang bicara mengenai Kota Tua tadi, kini saatnya mengulik tentang grup yang bisa dibilang sudah lama bermain di tempat wisata ini. Ada yang menarik bila kita mengunjungi kawasan ini setiap hari Jum’at, Sabtu dan Minggu. Siapakah mereka? Mereka adalah sekelompok ‘pengamen’ yang biasa mangkal di hari-hari weekend ini. Hmm … tunggu dulu. Bukan ‘pengamen’ seperti yang ada di sekitaran umum itu yaa.

Melainkan mereka adalah Grup Kuda Lumping Singoludro. Grup yang didirikan sejak tahun 1969 itu banyak menyuguhkan beragam atraksi atau debut yang sering ditampilkan di sini, diantaranya adalah Kuda Lumping dan Makan Beling. Kuda lumping itu sendiri diperankan oleh anak kecil berusia lima tahun, dibungkus pakai kain kaffan dengan panjang sekitar 50 meter dikafer dengan kain putih lagi. Selain itu, atraksi lainnya ada Manusia Makan Api, Manusia Akrobat Topang Harimau, Manusia masuk Tong dengan kuda lumping makan beling. Kurang lebih seperti ini atraksinya …


pembungkusan anak kecil berusia lima tahun dengan kain kaffan  -  Foto Catatan Indrayana

Foto Catatan Indrayana

Foto Catatan Indrayana

saat atraksi  -  Foto Catatan Indrayana


saat bersiap makan api.. Foto Catatan Indrayana

saat penyemburan api ... Hrrr. siapa yang mau coba? Haha ... Foto Catatan Indrayana
NOTE : DON'T TRY that at HOME !!!!

di zoom lebih dekat ... Foto Catatan Indrayana
NOTE : DON'T TRY that at HOME !!!!

Mereka tak hanya beraksi secara umum di hari minggu akhir saja lho sobat blogger, tetapi mereka memprioritaskan target pemenuhan undangan atau perkawinan, peresmian gedung, hajatan, peresmian kantor, dan lain-lain. Selebihnya, mereka berkeliling kampung untuk menunjukkan aksi kebolehan mereka. Jadi, setiap hari mereka tidak pernah diam di rumah saja.

Juga, prioriti utama dari grup yang dipegang oleh pria asal Surabaya, Jawa Timur ini adalah bagaimana mereka menarik mata para pengunjung dan banyaknya saweran yang mereka terima. “Kami murni mencari nafkah dengan cara ini, mas. Sebisa mungkin kami tunjukkan atraksi yang sekiranya bisa menghibur masyarakat,” ujar Sugeng, yang juga dimaksud dalam sapaan majemuk Pria asal Surabaya, Jawa Timur tadi.

Sugeng menambahkan harapan utama dijalankannya kegiatan seperti ini agar budaya Kuda Lumping bisa terus maju, dan ada perhatian dari Pemerintah. “Kita memang kerjanya seperti ini. Menghibur dan menyenangkan orang,” tambah ketua grup Kuda Lumping Singoludro itu.



Bagaimana kawan. Tertarikkah sobat melihat atraksinya?