Tatthathaaaa..... Assalammu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh, sahabat blogger semuaaa :D Alhamdulillah yaa setelah cukup sukses
berpuasa di hari ke-1 bulan Ramadhan ini, kini aku bisa kembali menuliskan
catatan yang sempat aku tunda dalam postingan sharing articles dengan topik Pekan Jurnalistik Seminar Didaktika 2012 part 1. Sahabat blogger masih pada ingat
kan? Ya ya ya... memenuhi keinginan dari sahabat blogger untuk menanti lanjutan
artikel dari aku, kini aku lanjutkan ya di postingan ini. Hmm... pasti
temen-temen udah gak sabaran yaa bacanya??? Hehehehe *ngarepbangetsiiin* :p
Okeei. Before we start to share better I wrote down the
intermezzoes as usual (artinya apa juga aku gak tahu nih :p) hahahaha. Artinya,
kita intermezzoan dulu yah seperti biasa dan ciri khasnya sang aku Wadah Bebas Jurnalismeku. Setuju??
Sahabat blogger bagaimanakah kesan puasa di hari pertama?
Wah, pasti bermacam-macam yaa. Share di komentar juga yaa :) . Tetapi, kabar
tak menyenangkan datang dari sahabat blogger kita yang bisa aku katakan
cukup dedikatif dalam kegiatan blogwalkingnya. Yup betul, ia adalah blogger
kita yang bernama Nufadillah (Nufa, atau NF) dengan blognya Welcome to My Zone. Ada apa dengan dirinya? Beberapa hari silam
ia meminta izin kepada kita semua untuk “Hiatus” seengaknya selama bulan
Ramadhan ini. Loh kenapa begitu kak Nufadillah??? Sebenarnya aku pun tak
setuju dengan keputusan hiatusistan yang diambil oleh Nufa, tetapi apa boleh
buat. Kita hanya bisa berharap agar Nufa bisa mencabut keinginan hiatusnya dan
kembali kepada kita semua disini, para sahabat blogger. Aminn ^ ^
Baik. Sementara tanpa ada Nufa disisi kita semua aku lanjut yah mengenai sharing artikel jurnalistik yang aku dapat di Workshop
Didaktika UNJ awal Juli lalu. Tertahan di hari ke-2 aku mau review lebih
lanjut nih mengenai 9 elemen jurnalistik itu apa aja sih penjabarannya? Kenapa
kok dipakai di begitu banyak belahan dunia jurnalisme?? Haruskah kita semua
memahaminya??? Yap betul. Landasan utama seorang jurnalisan adalah ketika ia
mengerti apa itu 9 elemen jurnalisme. Mari aku jabarkan secara sederhana
yaa ...
1. Kebenaran. Terus berinteraksi antara
peristiwa dengan narasumer, para saksi, publik, dan wartawan dalam jangka waktu
tertentu.
2. Loyalitas. Terapkan pada masing-masing
kita bahwasanya ketika kita jadi wartawan kelak nanti (Aminn), majikan kita
bukanlah Pemimpin Redaksi, Repel, atau pemilik perusahaan, melainkan kepada
Publik !!!! Karena hanya publik lah yang akhirnya menilai, seberapa jauh independensi
berita terhadap suatu peristiwa itu tersiar secara luas. Sebagai contoh, ketika
aku bekerja di Seputar Indonesia RCTI (Aminnnnnn ....), maka bos aku sesungguhnya bukanlah Arief Suditomo, Putra Nababan, atau bahkan Harry
Tanoesoedibjo, yang memang memegang kuasa di MNC Berjaringan itu.
3. Verifitas. Jangan tinggalkan yang satu
ini. Terus cek dan ricek kebenarannya. Carilah sumber yang jelas mengenai
tuduhannya.
4. Disiplin, namun berjarak. Wartawan
harus tahu segala sesuatunya, sumber informasi berikut rekonstruksi
peristiwanya. Plus, wartawan harus punya banyak relasi, namun tetap menjarak
diri demi menjaga independensi berita. Misalnya, kasus korupsi. Ketika teman
dekat kita terlibat kita harus tetap menuliskan berita dengan apa adanya dan
tidak memihak dengan alasan apapun, sekalipun ia teman dekat kita.
5. Independensi. Hmm... Lagi-lagi
independensi. Penekanan kembali, wartawan harus tetap independen, dengan gaya
kritis namun tetap proposional.
6. Penemu forum Publik. Berikanlah sedikit
ruang untuk publik agar bisa bertukar informasi, menyampaikan pendapat, dan
memberi masukan untuk kepentingan mereka.
7. Komprehensif dan Proposional. Kita
harus menyampaikan informasi yang menyeluruh dan tuntas. Jangan setengah-setengah,
demi menghindari kesalahpahaman.
8. Mendengarkan hati kecil penulis. Sahabat
blogger sebagai aku berita masa depan (Amminn yaa Rabbal’alaminnnn.............)
harus memiliki kepentingan dan keinginan pribadinya. Namun tetap, berita yang
baik tidak menggunakan opini pribadi kita. Itulah yang disebut dengan
keterbukaan :)
9. Tanggung jawab. Tidak berhenti sampai
di menulis dan mempublikasikan saja lho. Sahabat blogger juga harus mampu
bertanggung jawab terhadap konten yang kita buat agar kelak dikemudian hari
tulisan kita mampu membawa sebuah dampak bagi publik.
Aku mau ngasih contoh simpelnya nih. Hehe simak dulu yaa
(eitss ini hanya contoh lhoo :D).
“Sebuah rumah yang
diketahui pemiliknya yang bernama Icha, dikabarkan tengah disusupi
ular sepanjang enam puluh sentimeter. Diduga ular tersebut bersembunyi di pelataran
taman atau di bagian belakang rumah. Santer kabar beredar oleh seorang sahabat
dekat Icha yang berinisial SA, setelah akhirnya berhasil membuat geger warga
sekitar. Diketahui, rumah yang berada di kota Magetan, Jawa Timur itu sedang
dalam keadaan tidak rapih saat kabar beredar. Namun perempuan yang berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Jember, Jawa Timur itu, membantah adanya ular bergeliat didalam
rumahnya. Warga setempat juga belum
dapat memastikan apakah ketidak rapihan tersebut disebabkan oleh ular yang
memberantaki rumahnya. Dari Magetan, Jawa Timur. Abraham Yusuf Indrayana,
melaporkan... “
Coba sahabat blogger amati berita diatas. Beritanya
independen tidak? Benarkah ada ular di dalam rumah Icha? Darimana sumber jelasnya
mengapa si SA menyatakan bahwa di rumah Icha ada ular? Bagaimana kalau itu
bukan ular melainkan karena hal lain?? Hehehe.... Seharusnya, ada kalimat yang
ditambah ketika kejelasan peristiwa itu belum terungkap atau sedang dalam tahap
investigasi ...
“Saat ditemui wartawan
di lokasi kejadian, Ketua Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berjanji
akan menginvestigasi kejadian ini.”
Benar kan??? Artinya, kita masih menunggu apakah rumah Icha
benar telah disusupi ular atau tidak. Hehehe..... :D
Hari ke-3
Kita berlanjut ke Hari ke-3 aku di LDPM yaa. Sedikit
menambahkan yang kemarin tentang Bahasa Jurnalistik. Rumusan bahasa jurnalistik
akan lebih lengkap jika ada kelima unsur
:
1. Selalu
menggunakan kalimat aktif
2. S. P. O.
K (hayoooo........ sahabat blogger masih pada inget kann :D)
3. Hukum DM
alias Diterangkan Menerangkan
4. Memahami
EYD
5. Kalimatnya
harus efektif
Okee. Next kita bahas di komentar yah jika masih ada yang
belum mengerti...
Di hari ke-3, aku diajarkan mengenai teori dasar layout
dan foto jurnalisme. Kita mulai dari foto jurnalisme dulu yaa. Definisi dari
foto jurnalisme itu adalah ketika kita berfoto dan hasilnya dapat menceritakan
isi dari foto tersebut. Kaitannya, seperti ‘Human Interest’. Sisi menarik dari
mannusia yang sedang melakukan sesuatu untuk mencapai apa yang sedang
diinginkannya.
Sebagai contoh nih... Seorang bapak yang berjuang keras
menarik getek dan menyebrangi sungai demi menyekolahkan anaknya. Dalam foto
itu, menggambarkan betapa perjuangan si bapak demi menyekolahkan anaknya.
Obyeknya, bisa bapak yang sedang menarik getek dengan anaknya yang duduk
termenung. Maaf yaa sahabat blogger jika fotonya aku gak punya. Itu hanya
gambaran saja hehehehe :)
Oh iya. Tak lupa aku juga mau bilang ketika kita ingin
berfoto jurnalisme kita tidak perlu kamera bertingkat tinggi atau semacam DSLR
lho. Bahkan, dengan modal kamera handphone pun, asalkan jelas itu bisa jadi
foto berita. Menyenangkan bukan?
Hari ke-4
Terakhir, kita bahas disini mengenai teknik dasar layout.
Sahabat blogger pasti juga gemar membaca majalah atau tabloid kan? Nah, kalau
sahabat blogger pernah perhatikan bagian depan/covernya, terlihat indah sekali
bukan? Ada garis-garis, warna beraneka ragam, ilustrasi sketsa dsb. Yap, itu
adalah perpaduan antara dua elemen gambar yang kemudian dipersatukan sehingga
membentuk estetis yang indah. Yuk kita simak sedikit yang dibawah ini ....
Dalam tipe gambar itu sendiri memiliki dua macam, yakni
gambar berbitmap dan gambar bervektor. Gambar berbitmap adalah gambar yang
berlandaskan sekumpulan pori-pori kecil dengan beraneka ragam warna, menyatu
dan akhirnya menajdi sebuah obyek gambar, misalnya Foto.
Sedangkan gambar bervektor adalah gambar yang hanya berasal
dari garis-garis yang lurus dan melengkung menjadi sebuah bentuk saja. Kecendrungan
tipe gambar ini diapaki ketika kita ingin menggambar batik, pernak-pernik,
bebungaan, dan lain-lain.
Lalu apa perbedaannya? Gambar bervektor cenderung lebih
ringan dalam hal ukuran dibanding gambar berbitmap, karena ia memakai sedikit
warna. Sahabat blogger coba kita simak gambar di bawah ini ....
Nah jika kita menggunakan kedua elemen itu menyatu dalam
satu desain majalah atau cover, pasti akan jadi lebih indah. Sahabat blogger
bisa mencobanya ketika sahabat blogger mampu mengoperasikan software berbitmap
seperti Adobe Photoshop dan software bervektor seperti Corel Draw.
Uuuhhh..... pegeeellll mengetik sekian banyak tulisan disini
yah. Hehe... tapi tak mengapa. Memang kewajiban aku untuk menyambung
artikel ini bukan?? Nah, aku sudah berbagi ilmu nih kepada sahabat blogger
semua.... Sekarang aku tunggu sharing balik dari sahabat blogger semua yaa.
And ... jangan lupa tinggalkan komentar di bawah sini :)
Semoga bermanfaat bagi semuaaa ^ ^ and selamat berpuasa buat
semua insan yang menjalankannya...