Minggu, 09 September 2012

To Love A Children (Mencintai Anak-Anak Dalam Kehidupan) …


Happy Birthday … Happy Birthday … Happy Birthday … To Yoouuuu ………… Hehehe. Baru tadi sore aku dan sekeluargaku dan kerabat lain mengucapkan kalimat yang hampir dipakai di seluruh penjuru dunia ketika mengetahui seseorang terdekatnya tengah berulang tahun. Hehe (Loh.. Bukan aku. Aku kan udah lewat.. :P) Haha. Ya… Kemeriahan pesta ulangtahun ‘orang terdekatku’ tadi sore terjadi di sebuah rumah di bilangan Kramat Pela Benda III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dan berakhir pada pukul 17.00 WIB tadi.

Thalula Almadhira (kiri), Aku (kanan)
Thalula Almadhira. Begitulah nama cantiknya yang aku katakan ‘orang terdekatku’ di paragraf  pembuka tadi. Berumur 4 tahun, dan ia adalah keponakan kedua aku setelah yang pertama lahir beberapa tahun silam. Wajah imut dan tingkah polahnya yang lucu membuat aku dan beberapa anggota keluarga aku lainnya suka tertawa sendiri melihat apa saja yang ia lakukan. Termasuk juga dalam acara yang tadi. Hehe … :D

Banyak yang hadir dalam acara itu. Terutama kehadiran dari anak-anak panti asuhan yang diundang oleh yang punya hajat tadi. Juga dimeriahkan oleh pemandu acara sekaligus penghibur anak-anak juga tampil disini. Meriahnya lagi, penghibur acara yang aku maksud itu adalah seorang pesulap untuk pesta anak-anak. Hehe … Aku yang sedari tadi hanya menunggu tamu-tamu lainnya yang datang bisa melihat langsung atraksi sulap kecil-kecilan yang bertujuan untuk menghibur para undangan yang berada disana.

Oke Indra. Sudah intermezzonya??? Sekarang intinya apa??? Hahaha … Pada nanya pengen tahu apa inti dari postingan ini yak?? Whahaha *koplak :D

Haha. Inti posting sebenarnya bukan pada pesulap itu. Tetapi impian aku yang sempat cukup lama terkubur oleh karena faktor pesimistas dan pengalaman yang belum mumpuni, yaitu menjadi ‘Sang Penghibur Anak’. Oh ya? Yap. Sobat blogger pasti pernah baca posting aku tentang ‘Mimpi Jadi Guru’ kan? Nah, itu adalah salah satu bagian dalam program khusus aku dalam rangka mendekatkan diri kepada anak-anak. Baik itu mengetahui emosi anak dan apa yang mereka ketahui. Oleh karena itu, bentuk realisasinya berupa keikutsertaan aku dalam komunitas Taman Ceria Negeriku dan Rumah Indonesia. Tapi yang kadang aku galaukan, sudah cukupkah aku hanya mengoleksi pengalaman dari bidang non-formal seperti itu?

Ya memang benar. Skill khusus untuk menghibur anak-anak itu pasti harus ada dan dibutuhkan pengetahuan segalanya mengenai anak-anak. Semakin rendah tingkatan, semakin sulit untuk dipahami (misalnya : anak-anak usia pra-sekolah). Tetapi entah kenapa rasanya belum cukup bagi aku untuk bisa langsung ‘interaksi’ di depan anak-anak yang notabene diundang untuk dihibur. Dan kegundahanku ini juga sempat dirasakan oleh si ’dia’ saat perform pertama kali untuk memoderasi anak-anak undangan ulang tahun di sebuah restoran cepat saji di Jakarta.

Febri, yang sedang memegang bungkus kado kuning
Febri. Demikianlah nama dari kata pengganti ‘dia’ tersebut, yang juga perform untuk menghibur anak-anak undangan pada pesta ulangtahun keponakanku tadi. Saat perkenalan pertama aku dengannya, ketika ditemui di teras rumah adik sepupuku (Ibunda Thalula) tersebut, ia mengaku saat pertama kali perform di tempat dimana ia bekerja itu, ia sempat gugup. Tetapi lama kelamaan seiring dengan tumbuhnya rasa cinta kepada anak-anak, ia jadi semakin bisa menguasai alur emosi anak-anak itu.

Mmm … Ternyata hal inti yang sangat dibutuhkan untuk mengambil pekerjaan sebagai sang penghibur anak itu adalah seberapa jauh kau mencintai anak-anak. Karena kalau sudah cinta, kita akan enak dalam mengikuti apa yang mereka bahagiakan. Betul bukan? Hehe. Untuk selanjutnya, kita bisa berimproviasi mengenai candaan yang bisa membuat mereka tertawa dan menjadi betah kepada kita.

Sisi plusnya lagi, pekerjaan ‘penghibur anak’ ini tidak hanya diterapkan pada saat kita diundang jadi MC atau pembawa acara pada acara anak-anak saja. Dalam dunia pendidikan pun ilmu ini juga dipakai lho. Cobalah mendidik anak dengan cinta dan kasih sayang, pasti mereka juga akan menjadi sayang kepada kita. Namun tetap, ketegasan untuk berdisiplin itu harus ada. Hanya tinggal mem-balancing saja. Hehe …

Aku pun mengakui, aku sangat menyukai anak-anak. Dan sebagai pembelajaran pertama, cintailah mereka terlebih dahulu. Kemudian pahami karakter berikut masing-masing tingkatannya. Dan … kau bisa jadi teman bagi anak-anak. Tidak ada yang lebih indah selain bisa menghibur anak-anak kecil apalagi saat mereka dalam keadaan susah dan membutuhkan kegembiraan yang datang dari orang disekitarnya. Betul kan .. #betul gaak?!!! Eh :P

Yah … Semoga aku bisa mengikatkan diri kepada mereka (anak-anak kecil) suatu saat. Karena untuk menjadi guru atau pengajar terutama pada taraf anak-anak kecil yang masih labil, mengatur emosi mereka bukanlah semudah seperti melepas baterai handphone kita. Tetapi banyak-banyaklah pengalaman dalam bidang yang mendekatkanmu pada anak-anak (kecil), dan yang terpenting … biasakanlah dirimu ketika tengah berada di hadapan mereka semua. Jangan terlalu tegang karena ketegangan dapat membuat pikiranmu berantakan kemana-mana.

Okelah. Aku berharap, aku bisa menjadi seperti seorang ‘Febri’ dikemudian hari. Tips dan trik diatas akan aku coba resapi untuk kemudian dieksekusi di kehidupan nyata nanti. Hehe …
Hadiah dari Thalula :D


Teringat kalimat emas dari Nufa

“Jangan menunggu kebahagiaan kalau kamu belum memberikan kebahagiaan itu, maka bahagiakanlah orang disekitarmu maka kebahagiaan akan datang kepadamu”
Hehe …
Maaf yaa Nufa .. Sebenarnya kalimat itu aku karang sendiri :D
*piss