Minggu, 22 Juli 2012

Pekan Jurnalistik Seminar 2012 Universitas Negeri Jakarta (part 2) : “Lanjutan ‘Sharing Articles’ Workshop Didaktika UNJ 6 Juli 2012”


Tatthathaaaa..... Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, sahabat blogger semuaaa :D Alhamdulillah yaa setelah cukup sukses berpuasa di hari ke-1 bulan Ramadhan ini, kini aku bisa kembali menuliskan catatan yang sempat aku tunda dalam postingan sharing articles dengan topik Pekan Jurnalistik Seminar Didaktika 2012 part 1. Sahabat blogger masih pada ingat kan? Ya ya ya... memenuhi keinginan dari sahabat blogger untuk menanti lanjutan artikel dari aku, kini aku lanjutkan ya di postingan ini. Hmm... pasti temen-temen udah gak sabaran yaa bacanya??? Hehehehe *ngarepbangetsiiin* :p

Okeei. Before we start to share better I wrote down the intermezzoes as usual (artinya apa juga aku gak tahu nih :p) hahahaha. Artinya, kita intermezzoan dulu yah seperti biasa dan ciri khasnya sang aku Wadah Bebas Jurnalismeku. Setuju??

Sahabat blogger bagaimanakah kesan puasa di hari pertama? Wah, pasti bermacam-macam yaa. Share di komentar juga yaa :) . Tetapi, kabar tak menyenangkan datang dari sahabat blogger kita yang bisa aku katakan cukup dedikatif dalam kegiatan blogwalkingnya. Yup betul, ia adalah blogger kita yang bernama Nufadillah (Nufa, atau NF) dengan blognya Welcome to My Zone. Ada apa dengan dirinya? Beberapa hari silam ia meminta izin kepada kita semua untuk “Hiatus” seengaknya selama bulan Ramadhan ini. Loh kenapa begitu kak Nufadillah??? Sebenarnya aku pun tak setuju dengan keputusan hiatusistan yang diambil oleh Nufa, tetapi apa boleh buat. Kita hanya bisa berharap agar Nufa bisa mencabut keinginan hiatusnya dan kembali kepada kita semua disini, para sahabat blogger. Aminn ^ ^

Baik. Sementara tanpa ada Nufa disisi kita semua aku lanjut yah mengenai sharing artikel jurnalistik yang aku dapat di Workshop Didaktika UNJ awal Juli lalu. Tertahan di hari ke-2 aku mau review lebih lanjut nih mengenai 9 elemen jurnalistik itu apa aja sih penjabarannya? Kenapa kok dipakai di begitu banyak belahan dunia jurnalisme?? Haruskah kita semua memahaminya??? Yap betul. Landasan utama seorang jurnalisan adalah ketika ia mengerti apa itu 9 elemen jurnalisme. Mari aku jabarkan secara sederhana yaa ...

1.  Kebenaran. Terus berinteraksi antara peristiwa dengan narasumer, para saksi, publik, dan wartawan dalam jangka waktu tertentu.
2.  Loyalitas. Terapkan pada masing-masing kita bahwasanya ketika kita jadi wartawan kelak nanti (Aminn), majikan kita bukanlah Pemimpin Redaksi, Repel, atau pemilik perusahaan, melainkan kepada Publik !!!! Karena hanya publik lah yang akhirnya menilai, seberapa jauh independensi berita terhadap suatu peristiwa itu tersiar secara luas. Sebagai contoh, ketika aku bekerja di Seputar Indonesia RCTI (Aminnnnnn ....), maka bos aku sesungguhnya bukanlah Arief Suditomo, Putra Nababan, atau bahkan Harry Tanoesoedibjo, yang memang memegang kuasa di MNC Berjaringan itu.
3.  Verifitas. Jangan tinggalkan yang satu ini. Terus cek dan ricek kebenarannya. Carilah sumber yang jelas mengenai tuduhannya.
4.  Disiplin, namun berjarak. Wartawan harus tahu segala sesuatunya, sumber informasi berikut rekonstruksi peristiwanya. Plus, wartawan harus punya banyak relasi, namun tetap menjarak diri demi menjaga independensi berita. Misalnya, kasus korupsi. Ketika teman dekat kita terlibat kita harus tetap menuliskan berita dengan apa adanya dan tidak memihak dengan alasan apapun, sekalipun ia teman dekat kita.
5.  Independensi. Hmm... Lagi-lagi independensi. Penekanan kembali, wartawan harus tetap independen, dengan gaya kritis namun tetap proposional.
6.  Penemu forum Publik. Berikanlah sedikit ruang untuk publik agar bisa bertukar informasi, menyampaikan pendapat, dan memberi masukan untuk kepentingan mereka.
7.  Komprehensif dan Proposional. Kita harus menyampaikan informasi yang menyeluruh dan tuntas. Jangan setengah-setengah, demi menghindari kesalahpahaman.
8.  Mendengarkan hati kecil penulis. Sahabat blogger sebagai aku berita masa depan (Amminn yaa Rabbal’alaminnnn.............) harus memiliki kepentingan dan keinginan pribadinya. Namun tetap, berita yang baik tidak menggunakan opini pribadi kita. Itulah yang disebut dengan keterbukaan :)
9.  Tanggung jawab. Tidak berhenti sampai di menulis dan mempublikasikan saja lho. Sahabat blogger juga harus mampu bertanggung jawab terhadap konten yang kita buat agar kelak dikemudian hari tulisan kita mampu membawa sebuah dampak bagi publik.

Aku mau ngasih contoh simpelnya nih. Hehe simak dulu yaa (eitss ini hanya contoh lhoo :D).


“Sebuah rumah yang diketahui pemiliknya yang bernama Icha, dikabarkan tengah disusupi ular sepanjang enam puluh sentimeter. Diduga ular tersebut bersembunyi di pelataran taman atau di bagian belakang rumah. Santer kabar beredar oleh seorang sahabat dekat Icha yang berinisial SA, setelah akhirnya berhasil membuat geger warga sekitar. Diketahui, rumah yang berada di kota Magetan, Jawa Timur itu sedang dalam keadaan tidak rapih saat kabar beredar. Namun perempuan yang berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Jember, Jawa Timur itu, membantah adanya ular bergeliat didalam rumahnya. Warga setempat  juga belum dapat memastikan apakah ketidak rapihan tersebut disebabkan oleh ular yang memberantaki rumahnya. Dari Magetan, Jawa Timur. Abraham Yusuf Indrayana, melaporkan... “

Coba sahabat blogger amati berita diatas. Beritanya independen tidak? Benarkah ada ular di dalam rumah Icha? Darimana sumber jelasnya mengapa si SA menyatakan bahwa di rumah Icha ada ular? Bagaimana kalau itu bukan ular melainkan karena hal lain?? Hehehe.... Seharusnya, ada kalimat yang ditambah ketika kejelasan peristiwa itu belum terungkap atau sedang dalam tahap investigasi ...

“Saat ditemui wartawan di lokasi kejadian, Ketua Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berjanji akan menginvestigasi kejadian ini.”

Benar kan??? Artinya, kita masih menunggu apakah rumah Icha benar telah disusupi ular atau tidak. Hehehe..... :D

Hari ke-3
Kita berlanjut ke Hari ke-3 aku di LDPM yaa. Sedikit menambahkan yang kemarin tentang Bahasa Jurnalistik. Rumusan bahasa jurnalistik akan lebih lengkap jika ada kelima unsur  :
1.            Selalu menggunakan kalimat aktif
2.            S. P. O. K (hayoooo........ sahabat blogger masih pada inget kann :D)
3.            Hukum DM alias Diterangkan Menerangkan
4.            Memahami EYD
5.            Kalimatnya harus efektif

Okee. Next kita bahas di komentar yah jika masih ada yang belum mengerti...
Di hari ke-3, aku diajarkan mengenai teori dasar layout dan foto jurnalisme. Kita mulai dari foto jurnalisme dulu yaa. Definisi dari foto jurnalisme itu adalah ketika kita berfoto dan hasilnya dapat menceritakan isi dari foto tersebut. Kaitannya, seperti ‘Human Interest’. Sisi menarik dari mannusia yang sedang melakukan sesuatu untuk mencapai apa yang sedang diinginkannya.

Sebagai contoh nih... Seorang bapak yang berjuang keras menarik getek dan menyebrangi sungai demi menyekolahkan anaknya. Dalam foto itu, menggambarkan betapa perjuangan si bapak demi menyekolahkan anaknya. Obyeknya, bisa bapak yang sedang menarik getek dengan anaknya yang duduk termenung. Maaf yaa sahabat blogger jika fotonya aku gak punya. Itu hanya gambaran saja hehehehe :)

Oh iya. Tak lupa aku juga mau bilang ketika kita ingin berfoto jurnalisme kita tidak perlu kamera bertingkat tinggi atau semacam DSLR lho. Bahkan, dengan modal kamera handphone pun, asalkan jelas itu bisa jadi foto berita. Menyenangkan bukan?

Hari ke-4
Terakhir, kita bahas disini mengenai teknik dasar layout. Sahabat blogger pasti juga gemar membaca majalah atau tabloid kan? Nah, kalau sahabat blogger pernah perhatikan bagian depan/covernya, terlihat indah sekali bukan? Ada garis-garis, warna beraneka ragam, ilustrasi sketsa dsb. Yap, itu adalah perpaduan antara dua elemen gambar yang kemudian dipersatukan sehingga membentuk estetis yang indah. Yuk kita simak sedikit yang dibawah ini ....

Dalam tipe gambar itu sendiri memiliki dua macam, yakni gambar berbitmap dan gambar bervektor. Gambar berbitmap adalah gambar yang berlandaskan sekumpulan pori-pori kecil dengan beraneka ragam warna, menyatu dan akhirnya menajdi sebuah obyek gambar, misalnya Foto.

Sedangkan gambar bervektor adalah gambar yang hanya berasal dari garis-garis yang lurus dan melengkung menjadi sebuah bentuk saja. Kecendrungan tipe gambar ini diapaki ketika kita ingin menggambar batik, pernak-pernik, bebungaan, dan lain-lain.

Lalu apa perbedaannya? Gambar bervektor cenderung lebih ringan dalam hal ukuran dibanding gambar berbitmap, karena ia memakai sedikit warna. Sahabat blogger coba kita simak gambar di bawah ini ....








Nah jika kita menggunakan kedua elemen itu menyatu dalam satu desain majalah atau cover, pasti akan jadi lebih indah. Sahabat blogger bisa mencobanya ketika sahabat blogger mampu mengoperasikan software berbitmap seperti Adobe Photoshop dan software bervektor seperti Corel Draw.

Uuuhhh..... pegeeellll mengetik sekian banyak tulisan disini yah. Hehe... tapi tak mengapa. Memang kewajiban aku untuk menyambung artikel ini bukan?? Nah, aku sudah berbagi ilmu nih kepada sahabat blogger semua.... Sekarang aku tunggu sharing balik dari sahabat blogger semua yaa. And ... jangan lupa tinggalkan komentar di bawah sini :)

Semoga bermanfaat bagi semuaaa ^ ^ and selamat berpuasa buat semua insan yang menjalankannya...

28 komentar:

  1. wah saya gk ada bakat nih sobs di dunia jurnalistik..

    oya S.P.O.K itu kykx uda dihafal mati deh... hahahaha
    ya iyalah scara di SD, SMP, SMA bahkan skrng kuliah msih smpat dpat tuh SPOK.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha .... itu jadi bahan wajib ya sepertinya :D


      Ngabuburit by blogwalking ^ ^

      Hapus
  2. gambar berbitmap itu sama ngga sich dengan raster?
    terima kasih ya sob dah berbagi hasil seminar jurnalistiknya di sini, jadi saya yg gak pernah ikutan jadi tahu ilmunya juga hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali mbak haya ...
      Kumpulan raster yang bervariasi warna akan membentuk menjadi satu obyek. Nah dalam raster itu sendiri disebut sebagai efek kotak atau jagged ...

      Hehe ... Sama-sama. Ngabuburit by blogwalking ^ ^

      Hapus
  3. beda ya kalau nulis jurnal diusahakan pakai kalimat pasif soalnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup ... jika menulis jurnali memang diusahakan memakai kalimat pasif Annesya. Namun ada kalanya berita juga memakai kalimat pasif dalam pemberitaannya kok ........

      Ngabuburit by blogwalking ^ ^

      Hapus
    2. terus kapan kudu pasif kapan harus aktif, timing? dikasih tahu ngga?

      Hapus
    3. Itu tergantung oleh penulisnya...
      Misalnya nih, "Sejumlah menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 rabu malam, dimarahi Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut salah satu staff kepresidenan dalam negeri, presiden marah lantaran beberapa menteri yang diketahui tengah asyik mengobrol ketika rapat terbatas berlangsung"

      Jadi kapan harus aktif dan pasif itu pada keinginan si penulisnya. Timing pun bisa di awal tulisan bisa di pertengahan tulisan.

      Hapus
  4. pernah ada niat masuk menjadi jurnalistik dulu saya,,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm ... Mudah-mudahan niat itu bisa kembali tertanam di keinginan mas Gopar yaa...

      Ngabuburit by blogwalking ^ ^

      Hapus
  5. Ilmu jurnalistik yang sangat bermanfaat :)
    Terima kasih atas sharing ilmunya, kalau boleh, saya mau men"comot" ilmu2 ttg jurnalistik tersebut ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasiihhh ....... *terbangpakebalon* :D

      Aduh jadi tersanjung nih. Ini kali pertama aku sharing dengan tulisan penuh......

      Mungguhmungguh silakan ........
      Ngabuburit by blogwalkig. Cara unik menahan lapar dan haus saat berpuasa ^^

      Hapus
  6. satu ma 5 uda jarang di media gan, ya mungkin formalitas perlu di ajarkan lah, tapi sepertinya sudah jarang. :D pendapat ane si ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mungkin belum lepas kalau yang no. 1 lah ya mas Drieant...
      Cuman mungkin yang no. 5 yang sudah mulai ditanggalkan para media kita sekarang ini #kepentingan-tertentu


      Ngabuburit by blogwalking ^ ^

      Hapus
  7. jadi inget ketika diklat juga yang sama di adakan di UGM dulu sekali.. :)
    sebentar, ini jurnalistik media apa ya..? cetak/tertulis? atau media visual..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara contoh, ada yang menggambarkan ini di media visual. Tetapi dari contoh desain, itu untuk media cetak Affanibnu ....
      jadi intinya sih, seluruh elemen jurnalistik itu berlaku untuk semua media jurnalisme ...#mutermuterajanih :D

      Ngabuburit by blogwalking ^ ^

      Hapus
  8. wah anak UNJ ya mas, teman saya hampir kebanyakan abis dari sma ke UNJ semua hehehe xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan, saya anak Mercu Buana. Hehehehe XD


      Ngabuburit by blogwalking ^ ^

      Hapus
  9. apa kabar AY? lama ngga jumpa :D
    penerapan yg nomor 5 itu susah poll, lebih seringnya kebanyakan katakata, mutermuter kemanamana dulu sebelum sampai ke intinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kabar baik TI ... Bagaimana dengan dirimu :D
      benar sekali, yang nomor 5 itu sudah semakin melenyap oleh karena kepentingan tertentu, jadi ya ... maklumilah


      Syukron kita bisa bertemu lagi ^ ^

      Hapus
  10. postingan'nya mantabs.... :)"

    BalasHapus
  11. ehcieh udah siap ini jadi jurnalis sejati... icikiciuww

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah ... Annesya ikut aku yah jadi jurnalis hehehehehe ^ ^

      Hapus
  12. Bakat jadi jurnalis bener nih, ... buruan beraksi.

    BalasHapus