Senin, 08 Juli 2013

Bumerang Emosi …

angga sudirman photography (internet)


(Catatan Indrayana)

Satu bulan lebih lamanya, aku tidak mengisi blog ini. Sepertinya debu dan sarang laba-laba udah cukup mengisi ruang biruku ini sejak lama. Tidak ada inspirasi? Bisa. Tetapi mau bagaimanapun juga blog ini sudah aku anggap sebagai dunia keduaku sendiri karena para pengkomennya berisi teman-temanku yang baik semua. Terimakasih, terima kasih, dan … terimakasih.


Tak banyak yang akan aku tuangkan kali ini, hanya secangkir penyesalan yang tumpah membekas ke dalam lubuk hati ini. Oke… aku mungkin menerima alasan yang logis akan ini, tetapi aku seperti sulit untuk mentolerin apa yang telah aku perbuat sedari sore. Mari mari aku ajak sahabat blogger untuk berintermezzo terlebih dahulu.

Yang pertama, terimakasih kepada teman-teman yang telah menyempatkan diri untuk berkunjung ke blog ini. Apa kabar para sahabat Komisi Penghancur Komen KPK Blogger? Kang Zachronisampurno, Kang Asep, mas Rudy Arra, mas Rawins, mas Reo Adam, mbak Ay Sagira, cak Budy Shinichi, mas Budi Os 19, bli Kstiawan, mbak Cii Yuniaty, mbak Dinie, dan yang terakhir kang Hadi Cilembu? Bagaimana kabar kalian semua? Aku harap kabar kalian sedang baik, tentram, damai dan bahagia tidak seperti aku yang sekarang ini. Sedih, merenung, menyesali apa yang telah terjadi.


Kedua, langsung kepada point intermezzonya saja yaa…

Bagi sebagian orang, emosi sudah biasa dilampiaskan dengan cara menada keras, memarahi, atau bahkan melakukan kekerasan. Namun tak sedikit orang yang melampiaskan emosi dengan cara berdiam saja, memendam kemarahan kemudian melampiaskannya pada benda-benda tertentu yang dilihatnya. Manusia memang heterogen, tidak ada yang sama. Ketika ada seseorang marah, mereka bisa melampiaskan kemarahannya dengan halus, atau bentakan. Tetapi disinilah implikasinya. Ketikapula ada seseorang yang merasa dimarahi oleh orang yang mengewakannya, kerapkala mereka (yang dimarahi) ikut memarahi balik, seakan tidak terima dirinya dibentak. Inilah yang dsebut juga dengan “konflik sosial”.

Atau ada juga, seperti yang aku jelaskan diatas. Mereka marah, dengan cara membanting atau merusak barang yang ada dan dilihatnya. Salah satunya adalah saudaraku, yang mengaku sering membanting handphone miliknya karena sedang marah dan kesal akan sesuatu hal. Ini sangat berbanding terbalik dengan aku (atau mungkin teman-teman) yang tidak tega membanting barang kesayangan kita hanya karena marah atas sesuatu hal.

Sekali lagi, emosi seseorang dilampiaskan dengan cara yang berbeda-beda. Namun perlu teman-teman ketahui, berhati-hatilah dan pikirlah dua kali jika ingin melampiaskan kemarahan dengan cara yang berdampak tidak sehat kepada orang yang telah mengecewakanmu itu. Bisa jadi, pelampiasan kemarahanmu bisa jadi ‘bumerang’ tersendiri bagi dirimu. Ingatlah penyesalan tidak datang di awal-awal kejadian perkara.

Salah satu temanku, pernah dua kali hampir mem-bully orang terdekatnya karena kesal aspirasinya tidakover-tempramen, tetapi tetap saja setidaknya itu menjadi catatan buruk bagi sejarah pertemanan di kampus kami. Yang pada akhirnya kami pun saling mengerti satu sama lain bahwa ada orang yang tidak dengan mudah diperlakukan semena-mena karena ia bisa marah dan menimbulkan preseden buruk bagi keharmonisan persahabatan kami semua.
didengar dan tidak diyakini. Okelah mungkin alasannya karena memang dari sifatnya yang

Kemudian yang satu, diduga karena tidak bisa menerima pertemanan baru seorang perempuan di kelasku, salah satu temanku kesal dan melampiaskan kemarahan lewat sepeda motornya dengan cara meninggikan kecepatan hingga hampir menabrak sebuah mobil Toyota Camry Putih di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ia bercerita padaku satu hari setelah insiden itu hampir menimpanya.

Dan atas referensi itu semua, aku menyadari satu hal. Berhati-hatilah dalam melampiaskan kemarahan. Jangan sampai kemarahanmu dapat menjadi gejolak buruk bagi orang yang kamu sasari. Itulah yang kini aku alami dan mungkin menjadi tamparan keras untukku bagaimana cara mengendalikan emosi dengan baik.

Teman-teman masih ingat siapa pacarku yang sampai sekarang masih aku cinta dan aku sayang? Ya. Alvionitha. Tepat 7 bulan 12 hari hingga hari ini usia pernikahan jadian kami. Hehehe. Beberapa kali, bahkan hampir tak terhitung berapa banyak konflik dan masalah yang harus kami hadapi. Tetapi masalah kami yang satu ini, seperti menjadi cambukan keras bagi kami berdua agar tidak mudah dalam memutuskan sebuah keputusan.

Siang tadi, aku yang masih berada di kampus pada jam 12 siang memutuskan untuk mengajaknya jalan ke suatu tempat di Jakarta Pusat. Aku kasih clue, letaknya didekat Monas, bila berkendara ke arah kanan kalian akan menuju Bundaran HI, dan bila berkendara ke arah kiri, kalian akan lari menuju bilangan Megaria dan RSCM. Aku tak akan mengatakan dimana lokasi yang sesungguhnya karena aku memutuskan ini harus menjadi privasi tersendiri bagi aku dengan pacarku.

Sejak disitulah masalah dimulai. Kami bercerita mengenai apapun yang bisa diceritakan (lagi-lagi, privasi tersendiri.. maaf) selama hampir satu setengah jam lebih. Namun siapa yang sangka, beberapa obrolan kami semakin lama semakin ngelantur yang membuat aku menjadi kesal dan marah tak ampun. Rasanya naik darah seperti gunung berapi yang hendak meletuskan lava pijarnya ke hilir permukiman.

Karena aku kesal, aku emosi, aku tak mungkin langsung melampiaskan emosiku pada dirinya. Karena kalau itu terjadi, akan muncul konflik yang belih besar lagi dari ini. Walhasil, aku lampiaskan kemarahanku dengan meninggikan kecepatan sepeda motorku saat perjalanan pulang hingga menjadi tak terkendali.

Dalam insiden ini, dirinya sempat mengatakan kepadaku agar aku menurunkan kecepatan motorku. Tapi aku tak bergumam. Aku makin kencangkan motorku. Lama-kelamaan dirinya semakin memohon-mohon kepadaku agar aku memelankan kecepatan ini. Kepala pusing dan badan tidak enak menjadi keluhannya dengan cara meneriakiku saat aku sampai di bilangan Kembangan, Jakarta Barat.

Ternyata apa yang telah kuperbuat ini berdampak buruk bagi dirinya. Kini pacarku terbaring lemas di tempat tidur, mengeluh kepala pusing gak kuat menahannya. Ditambah kondisi badannya yang melemah membuat dirinya harus tidur cepat malam ini. Terakhir ia sms ke nomor handphoneku, ia mengeluh kesakitan di kepada dan beberapa di sekujur tubuhnya. Rupanya, ia tak kuat menerjang angin yang besar saat aku kemudian kecepatan motorku di atas 60 km per jam. Astaghfirullahalazim…

Pesan terakhir yang kuterima dari dirinya, ia meminta maaf atas semua yang telah terjadi siang tadi. Hingga posting ini diturunkan, pacarku masih terbaring sangat lemas di atas kasur tidur dirumahnya. Tiga kali aku sms balik mulai pukul 21.11 WIB, ia tak balas smsku lagi. Sepertinya sudah tertidur sangat pulas. Yang terakhir, ia sempat mengatakan padaku lewat sms yang mengungkapkan bahwa ia trauma dan tidak ingin naik motor lagi. Ya Allah, ampunilah segala kesalahanku…

Sudah tahu kan sekarang? Melampiaskan kemarahan dengan cara yang tidak sehat dapat berakibat fatal bagi siapapun yang terlibat dalam urusan itu. Aku bukan orang yang terang dan blak-blakkan kalau akau marah dengan seseorang, tetapi lebih banyak memendamnya. Satu lagi kawan blogger, jangan suka memendam perasaan apapun kepada siapapun yang kamu tuju ya. Takutnya kalau udah numpuk banget, bisa jadi meledak perasaan nantinya.

Malam ini yang aku lakukan sekarang hanyalah termenung memikirkan apa yang sudah terjadi. Yap. Semua sudah terjadi, dan tak ada yang bisa mengulangnya. Biarlah ini menjadi pelajaranku secara pribadi. Bagi teman-teman blogger, khususnya para pemangku KPK, aku mohon dengan sangat doa dari semuanya agar pacarku tercinta cepat sembuh baik dari fisik utuh maupun traumatisnya. Aku merasa sangat bersalah sekali karena ia masih terbaring kaku di kasur tidurnya gara-gara aku yang terlampau kesal meninggikan kecepatan motorku.


Sekali lagi, aku berharap agar Alvionitha cepat pulih dari kondisinya yang sekarang ini.
Ya Allah, hilangkanlah traumatisnya dan pulihkanlah fisik kesehatannya. Hindarkanlah dirinya dari hal-hal buruk yang kemungkinan terjadi padanya.
Ya Allah, ampunilah kesalahanku. Ampuni semua khilafku yang pernah aku perbuat padanya.



Ohya, sahabat blogger semua..
Jelang bulan suci Ramadhan, Abraham Yusuf Indrayana, mewakili Alvionitha dan keluargaku sekalian memohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Marhaban Yaa Ramadhan yaa semua….

6 komentar:

  1. Mas Indra gimana kabarnya?

    Komunitas KPK sekarang punya Web sendiri Mas. kalau ada waktu ikutan meramaikan ya Mas. sebagai sesepuh KPK harus ikut meramaikan loh...

    kalau tidak tar saya bilangi sama Kang Hadi biar di jewer..xixixi

    BalasHapus
  2. tenang, om...
    blognya masih cakep kaya yang punya kok
    mas ks juga masih baik baik saja

    semoga cepet sehat ya...

    BalasHapus
  3. marhaban ya ramadhan juga yaa...
    semoga langgeng ya, sampai ke jenjang pernikahan, punya anak, punya cucu, dan sehidup semati...
    titip salam buat alvionita ya...

    BalasHapus
  4. semoga alvionitha cepat sehat kembali ya ...salam :-)

    BalasHapus
  5. wah samaan kita mas Indra..

    BalasHapus
  6. mana yg punya rumah nih? ditunggu dari tadi nggak muncul-muncul.. mana kehausan dan kelaparan lagi.. HUH!

    BalasHapus