(Catatan Indrayana)
Satu bulan lebih lamanya, aku
tidak mengisi blog ini. Sepertinya debu dan sarang laba-laba udah cukup mengisi
ruang biruku ini sejak lama. Tidak ada inspirasi? Bisa. Tetapi mau bagaimanapun
juga blog ini sudah aku anggap sebagai dunia keduaku sendiri karena para
pengkomennya berisi teman-temanku yang baik semua. Terimakasih, terima kasih,
dan … terimakasih.
Tak banyak yang akan aku tuangkan
kali ini, hanya secangkir penyesalan yang tumpah membekas ke dalam lubuk hati
ini. Oke… aku mungkin menerima alasan yang logis akan ini, tetapi aku seperti
sulit untuk mentolerin apa yang telah aku perbuat sedari sore. Mari mari aku
ajak sahabat blogger untuk berintermezzo terlebih dahulu.
Yang pertama, terimakasih kepada
teman-teman yang telah menyempatkan diri untuk berkunjung ke blog ini. Apa
kabar para sahabat Komisi Penghancur Komen KPK Blogger? Kang Zachronisampurno,
Kang Asep, mas Rudy Arra, mas Rawins, mas Reo Adam, mbak Ay Sagira, cak Budy
Shinichi, mas Budi Os 19, bli Kstiawan, mbak Cii Yuniaty, mbak Dinie, dan yang
terakhir kang Hadi Cilembu? Bagaimana kabar kalian semua? Aku harap kabar
kalian sedang baik, tentram, damai dan bahagia tidak seperti aku yang sekarang
ini. Sedih, merenung, menyesali apa yang telah terjadi.
Kedua, langsung kepada point
intermezzonya saja yaa…
Bagi sebagian orang, emosi sudah
biasa dilampiaskan dengan cara menada keras, memarahi, atau bahkan melakukan
kekerasan. Namun tak sedikit orang yang melampiaskan emosi dengan cara berdiam
saja, memendam kemarahan kemudian melampiaskannya pada benda-benda tertentu
yang dilihatnya. Manusia memang heterogen, tidak ada yang sama. Ketika ada
seseorang marah, mereka bisa melampiaskan kemarahannya dengan halus, atau
bentakan. Tetapi disinilah implikasinya. Ketikapula ada seseorang yang merasa
dimarahi oleh orang yang mengewakannya, kerapkala mereka (yang dimarahi) ikut
memarahi balik, seakan tidak terima dirinya dibentak. Inilah yang dsebut juga
dengan “konflik sosial”.
Atau ada juga, seperti yang aku
jelaskan diatas. Mereka marah, dengan cara membanting atau merusak barang yang
ada dan dilihatnya. Salah satunya adalah saudaraku, yang mengaku sering
membanting handphone miliknya karena sedang marah dan kesal akan sesuatu hal.
Ini sangat berbanding terbalik dengan aku (atau mungkin teman-teman) yang tidak
tega membanting barang kesayangan kita hanya karena marah atas sesuatu hal.
Sekali lagi, emosi seseorang
dilampiaskan dengan cara yang berbeda-beda. Namun perlu teman-teman ketahui,
berhati-hatilah dan pikirlah dua kali jika ingin melampiaskan kemarahan dengan
cara yang berdampak tidak sehat kepada orang yang telah mengecewakanmu itu.
Bisa jadi, pelampiasan kemarahanmu bisa jadi ‘bumerang’ tersendiri bagi dirimu.
Ingatlah penyesalan tidak datang di awal-awal kejadian perkara.
Salah satu temanku, pernah dua
kali hampir mem-bully orang terdekatnya karena kesal aspirasinya tidakover-tempramen, tetapi tetap saja
setidaknya itu menjadi catatan buruk bagi sejarah pertemanan di kampus kami.
Yang pada akhirnya kami pun saling mengerti satu sama lain bahwa ada orang yang
tidak dengan mudah diperlakukan semena-mena karena ia bisa marah dan
menimbulkan preseden buruk bagi keharmonisan persahabatan kami semua.
didengar dan tidak diyakini. Okelah mungkin alasannya karena memang dari sifatnya yang
didengar dan tidak diyakini. Okelah mungkin alasannya karena memang dari sifatnya yang
Kemudian yang satu, diduga karena
tidak bisa menerima pertemanan baru seorang perempuan di kelasku, salah satu
temanku kesal dan melampiaskan kemarahan lewat sepeda motornya dengan cara
meninggikan kecepatan hingga hampir menabrak sebuah mobil Toyota Camry Putih di
bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ia bercerita padaku satu hari setelah
insiden itu hampir menimpanya.
Dan atas referensi itu semua, aku
menyadari satu hal. Berhati-hatilah dalam melampiaskan kemarahan. Jangan sampai
kemarahanmu dapat menjadi gejolak buruk bagi orang yang kamu sasari. Itulah
yang kini aku alami dan mungkin menjadi tamparan keras untukku bagaimana cara
mengendalikan emosi dengan baik.
Teman-teman masih ingat siapa
pacarku yang sampai sekarang masih aku cinta dan aku sayang? Ya. Alvionitha.
Tepat 7 bulan 12 hari hingga hari ini usia pernikahan jadian kami. Hehehe.
Beberapa kali, bahkan hampir tak terhitung berapa banyak konflik dan masalah
yang harus kami hadapi. Tetapi masalah kami yang satu ini, seperti menjadi
cambukan keras bagi kami berdua agar tidak mudah dalam memutuskan sebuah
keputusan.
Siang tadi, aku yang masih berada
di kampus pada jam 12 siang memutuskan untuk mengajaknya jalan ke suatu tempat
di Jakarta Pusat. Aku kasih clue,
letaknya didekat Monas, bila berkendara ke arah kanan kalian akan menuju
Bundaran HI, dan bila berkendara ke arah kiri, kalian akan lari menuju bilangan
Megaria dan RSCM. Aku tak akan mengatakan dimana lokasi yang sesungguhnya
karena aku memutuskan ini harus menjadi privasi tersendiri bagi aku dengan
pacarku.
Sejak disitulah masalah dimulai.
Kami bercerita mengenai apapun yang bisa diceritakan (lagi-lagi, privasi
tersendiri.. maaf) selama hampir satu setengah jam lebih. Namun siapa yang
sangka, beberapa obrolan kami semakin lama semakin ngelantur yang membuat aku
menjadi kesal dan marah tak ampun. Rasanya naik darah seperti gunung berapi
yang hendak meletuskan lava pijarnya ke hilir permukiman.
Karena aku kesal, aku emosi, aku
tak mungkin langsung melampiaskan emosiku pada dirinya. Karena kalau itu
terjadi, akan muncul konflik yang belih besar lagi dari ini. Walhasil, aku
lampiaskan kemarahanku dengan meninggikan kecepatan sepeda motorku saat
perjalanan pulang hingga menjadi tak terkendali.
Dalam insiden ini, dirinya sempat
mengatakan kepadaku agar aku menurunkan kecepatan motorku. Tapi aku tak
bergumam. Aku makin kencangkan motorku. Lama-kelamaan dirinya semakin
memohon-mohon kepadaku agar aku memelankan kecepatan ini. Kepala pusing dan
badan tidak enak menjadi keluhannya dengan cara meneriakiku saat aku sampai di
bilangan Kembangan, Jakarta Barat.
Ternyata apa yang telah kuperbuat
ini berdampak buruk bagi dirinya. Kini pacarku terbaring lemas di tempat tidur,
mengeluh kepala pusing gak kuat menahannya. Ditambah kondisi badannya yang
melemah membuat dirinya harus tidur cepat malam ini. Terakhir ia sms ke nomor
handphoneku, ia mengeluh kesakitan di kepada dan beberapa di sekujur tubuhnya.
Rupanya, ia tak kuat menerjang angin yang besar saat aku kemudian kecepatan
motorku di atas 60 km per jam. Astaghfirullahalazim…
Pesan terakhir yang kuterima dari
dirinya, ia meminta maaf atas semua yang telah terjadi siang tadi. Hingga posting
ini diturunkan, pacarku masih terbaring sangat lemas di atas kasur tidur
dirumahnya. Tiga kali aku sms balik mulai pukul 21.11 WIB, ia tak balas smsku
lagi. Sepertinya sudah tertidur sangat pulas. Yang terakhir, ia sempat mengatakan
padaku lewat sms yang mengungkapkan bahwa ia trauma dan tidak ingin naik motor
lagi. Ya Allah, ampunilah segala kesalahanku…
Sudah tahu kan sekarang?
Melampiaskan kemarahan dengan cara yang tidak sehat dapat berakibat fatal bagi
siapapun yang terlibat dalam urusan itu. Aku bukan orang yang terang dan
blak-blakkan kalau akau marah dengan seseorang, tetapi lebih banyak
memendamnya. Satu lagi kawan blogger, jangan suka memendam perasaan apapun
kepada siapapun yang kamu tuju ya. Takutnya kalau udah numpuk banget, bisa jadi
meledak perasaan nantinya.
Malam ini yang aku lakukan
sekarang hanyalah termenung memikirkan apa yang sudah terjadi. Yap. Semua sudah
terjadi, dan tak ada yang bisa mengulangnya. Biarlah ini menjadi pelajaranku
secara pribadi. Bagi teman-teman blogger, khususnya para pemangku KPK, aku
mohon dengan sangat doa dari semuanya agar pacarku tercinta cepat sembuh baik
dari fisik utuh maupun traumatisnya. Aku merasa sangat bersalah sekali karena
ia masih terbaring kaku di kasur tidurnya gara-gara aku yang terlampau kesal
meninggikan kecepatan motorku.
Sekali lagi, aku berharap agar
Alvionitha cepat pulih dari kondisinya yang sekarang ini.
Ya Allah, hilangkanlah
traumatisnya dan pulihkanlah fisik kesehatannya. Hindarkanlah dirinya dari
hal-hal buruk yang kemungkinan terjadi padanya.
Ya Allah, ampunilah kesalahanku.
Ampuni semua khilafku yang pernah aku perbuat padanya.
Ohya, sahabat blogger semua..
Jelang bulan suci Ramadhan,
Abraham Yusuf Indrayana, mewakili Alvionitha dan keluargaku sekalian memohon
maaf apabila ada salah-salah kata.
Marhaban Yaa Ramadhan yaa semua….
Mas Indra gimana kabarnya?
BalasHapusKomunitas KPK sekarang punya Web sendiri Mas. kalau ada waktu ikutan meramaikan ya Mas. sebagai sesepuh KPK harus ikut meramaikan loh...
kalau tidak tar saya bilangi sama Kang Hadi biar di jewer..xixixi
tenang, om...
BalasHapusblognya masih cakep kaya yang punya kok
mas ks juga masih baik baik saja
semoga cepet sehat ya...
marhaban ya ramadhan juga yaa...
BalasHapussemoga langgeng ya, sampai ke jenjang pernikahan, punya anak, punya cucu, dan sehidup semati...
titip salam buat alvionita ya...
semoga alvionitha cepat sehat kembali ya ...salam :-)
BalasHapuswah samaan kita mas Indra..
BalasHapusmana yg punya rumah nih? ditunggu dari tadi nggak muncul-muncul.. mana kehausan dan kelaparan lagi.. HUH!
BalasHapus