Jakarta, 28 Januari 2010
Tanggal tersebut adalah hari kejadian yang cukup
membuatku trauma akan proteksi barang kesayangan. Jika sekarang (tanggal
posting ini) sudah tanggal 1 April 2014, berarti kejadiannya sudah 4 tahun yang
lalu ya. Hehe … Maaf baru posting yaa. Yap. Tanggal itu semoga menjadi yang
pertama dan yang terakhir aku mengalami aksi kriminalitas yang pernah terjadi
di pusat kota di Jakarta.
Mari kita berintermezzo dulu. Tangan-tangan jahil, selalu
berkeliaran mulai di keramaian, di pasar, di bis, dan lainnya. Seolah-olah si ‘manusia
jahil’ ini tak memperdulikan akibatnya bagi dirinya sendiri. Jika ia
tertangkap, ia akan dihakimi oleh massa sekitar atau jika ia tidak tertangkap,
ia akan merasakan balasannya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Itu pula yang dialami
oleh aku sendiri, seorang mahasiswa Komunikasi jurusan Broadcasting pada saat
aku menginjak di semester 4. Aku telah menjadi korban si tangan kancil
tersebut. Yap itu dia. Aku pernah kehilangan sebuah telepon genggam atau yang
kita kenal handphone.
Sebut saja Firman. Kejadiannya terjadi pada saat aku dan
temanku (selanjutnya disebut P-Men = dia) sedang melakukan peliputan untuk mata
kuliah Teknik Reportase, ketika itu dia sedang duduk dibangku kuliah semester
4, dimana dia dan temannya sedang meliput sebuah peristiwa “100 Hari
Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono”
pada tanggal 28 Januari 2010. Saat peristiwa “100 Hari Kepemimpinan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono” terjadi aksi demo
besar-besaran oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia di Indonesia mulai dari
para organisasi islam, para mahasiswa dari seluruh Indonesia yang berkumpul
menjadi satu kesatuan, dan lainnya yang saat itu menuntut agar kepemimpinan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono untuk
diberhentikan.
Massa yang berjumlah banyak melakukan longmarch dari
Bundaran Hotel Indonesia sampai ke Istana
Negara. Aku dan temanku berada dalam
kumpulan massa tersebut. Dan peristiwa hilangnya handphoneku terjadi di Monumen
Nasional (MONAS) saat dia dan temannya berisitirahat. Saat mereka berdua
istirahat tiba-tiba terjadi kericuhan. Lalu, bergegas lah semua massa yang
berada di daerah itu dan banyak juga para wartawan yang langsung ke tempat
kejadian kericuhan tersebut. Aku yang saat itu bertugas sebagai cameraman dalam
mengerjakan tugasnya langsung bergegas kesana juga. Disaat aku sedang mengambil
gambar kericuhan tersebut dengan cara high angle tiba-tiba ada yang merogoh
kantung celanaku dan satu dua tiga... hilanglah handphone Ana. Kerugian kini
kualami sekitar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah). Namun jangan salah,
bukan uang Rp. 200.000 nya yang aku permasalahkan, tapi ada banyak
kontak-kontak penting ada didalamnya, mulai dari teman lama, mantan, kerabat,
saudara jauh, dan banyak banget. Dan dengan demikian, akhirnya ku pasrahkan
saja HP itu melayang di tangan orang itu...
“Hal yang di luar dugaan apa yang dialami oleh saya. Saya
mengira yang berada di sekitar kerumunan kericuhan tersebut adalah wartawan
semuanya, jadi saya tak terlalu menghiraukan orang-orang yang berada di samping
saya ketika saya sedang mengambil gambar kericuhan tersebut. Tapi dugaan saya
salah dan memang sebelumnya tidak ada antisipasi dini yang dilakukan oleh
saya.” Ucapku saat ada seorang temen sekomunitasku tertarik untuk mewawancaraiku
bakal bahan tugas matakuliahnya beberapa minggu setelahnya.
Di akhir wawancaraku, sekalian ingin berbagi kehidupan
dengan teman-teman. Boleh nih sedikit tips untuk menghindari apabila anda
sedang melakukan sebuah peliputan atau apa aja dalam keadaan ramai. “Selalu
waspada terhadap lingkungan sekitar anda, menyimpan barang bawaan yang dianggap
anda penting ke dalam tas, kalau punya kantong yang dalam selalu cek berkala
dengan meraba-raba setiap beberapa menit sekali, dan tentunya selalu
berhati-hati.”
Kini pengalaman pahit itu aku jadiin pelajaran banget.
Selalu jaga barang bawaan kita. Kalau pencuri sekarang mau mengambil barang tak
berharga sekalipun, bagaimana barang2 kita yang paling berharga (misal : uang,
dompet, atau mungkin ... gadget kita)????
kelengahan dan kesembronoan yang jadi faktor utama ya mas,
BalasHapussemoga dapat ganti yang lebih baik ya
aamiin. dapet ganti yang asyik
Hapusjuga dapat ganti yg lebih bagus dan mahal
HapusJuga dapat ganti yang lebih berkelas dan bonafide
Hapuspokoknya berganti-ganti deh
Hapusorang paling egois di dunia ya pencuri itu namanya Mas. dia nggak peduli barang yang dicuri didapat dengan pengorbanan yang besar dan waktu yang lama dalam mengumpulkannya. makanya saya setuju untuk hukum potong jari tangan buat si pencuri.
BalasHapusklo yg mencuri hatinya mas Indra apa ya harus dipotong jari juga, kang?
HapusKalau yang mencuri hatinya Mas Rawins. pastilah anak Magang, atau pramugari
HapusHihihihihihi
penyiar Metro TV tepatnya. sayangnya nggak bisa terbang
Hapuscari kesempatan di dalem kesempitan. hmm
BalasHapus..emang hal gitu bukan cuma di jakarta aja. ya mas
padahal hukuman jalanan sering buat muka mereka penyok babak belur ga karuan bentuknya..
pi herannya ndak pernah bikin jera..
jera memang payah ya
Hapuspernah saya sekali kecopetan di angkutan umum, semoga tidak terulang lagi
BalasHapusaamiin
Hapusaamiin
HapusAminnnnnnnnn
BalasHapusikhlaskan mas, biasanya bakalan dapat penggantinya yang lebih baik...
BalasHapus