Kamis, 28 Juni 2012

Kisahku dengannya ... (part 2)



‘A long journey to meet her in Serang City, Banten’


Minggu ini dan minggu depan mungkin akan jadi minggu yang paling melelahkan buat aku. Bayangkan untuk minggu ini saja aku baru bisa tidur hanya dalam hitungan jam di dua hari ini, Selasa, Rabu dan Kamis (26-28/6). Itu semua tentu punya alasan mengapa aku diharuskan hanya bisa tidur kurang dari empat jam dan bukan di kamar sendiri (kamar aku biasa menuliskan postingan blog ini).

Betul, sahabat blogger. Gak mungkin kan kalau dalam perjalanan mengendarai motor tiba-tiba aku mengantuk dan tertidur? Wah, kepemilikan blog ini bisa aku wariskan kepada orang lain dong. Hahaha *ngaco**.  Agenda yang akan kutempuh itu adalah berangkat interview di tempat kolega aku yang bernama Pipit, lalu dilanjut dengan kewajiban disuruh ziarah ke makam almarhum kakek dan nenek di makam, yang mewajibkan aku juga untuk menginap di rumah orangtua di Depok, Jawa Barat. Sebenarnya hari itu aku bisa tidur dalam waktu 6 jam, hanya aku terbangun karena ingin menyaksikan sinetron religi Islam KTP yang tayang tengah malam. Hahaha :D

Nah, the day after Tuesday itulah aku langsung memberanikan diri untuk jalan dari Depok menuju kota Serang, Banten, jam 9 pagi, melewati jalur utara. Dalam perjalanan aku pun, banyak hal yang dapat aku rasakan, yang bisa lebih dari parahnya trafik di Jakarta. Hmm… tampaknya memang aku sudah harus terbiasa menghadapi beragam hal ketika ingin menobatkan diri sebagai ‘The Adventurer’. Hehehe…. Betul kan??

Okee… Demikianlah intermezzonya. Sekian dan terima kasih ***loh belum yah???***:p . Hahahaha…. Nanti dulu, tulisan belum berakhir. Oh iya sahabat blogger, cerita ini bisa jadi sekuel dari kisah romanku setelah bersambung dari postingan aku yang berjudul Kisahku DengannyaKarena aku menganggap nama judul ini yang paling tepat jadi aku putuskan inilah sekuel lanjutan dari perjuangan romanku (ceileeh… perjuangan :P)

Episode yang lalu aku memberi semangat kepada sahabat blogger melalui kata-kata “Sayangilah orang yang kamu sayangi, sebelum orang yang kamu sayangi itu berbalik menyayangi orang yang ia sayangi”, betul kan? Nah aku mau coba terapkan itu dalam aplikasi kedua tahap meraih ‘calon kekasih’ nih. Hehehe. Oke, cerita bermula dari sini.

Berawal kembali dari sebuah situs jejaring sosial berkonsonan F itu, aku kembali mengenal seorang gadis yang lucu, imut, dan cakep (menurut aku yak :D) Hehehe.  Aku mulai berkenalan padanya sekitar hari minggu di minggu ini. Namanya Ani, salah seorang saudara kandung dari kerabatnya kerabatnya kerabat saya (hayyah :p) yang bernama Ria.

Awal mula pengenalan, menjadi sedikit bingung buat aku karena ia pun mengaku tidak tahu asal usul dari mana bisa menge-add friend list padahal aku pun belum berteman sama Ria. Nah ketika Ani bertanya apakah aku mengenal siapa si Ria kemudian aku jawab ‘sudah tahu’. Ani pun kembali terheran. Loh kok bisa??

Tapi mau bagaimana lagi… namanya juga kuasa Tuhan. Setuju gak sahabat blogger?? Hahaha. Nah dari hari itulah kami terus intensif saling mengenal satu sama lain. Awalnya dari chatting, kemudian berlanjut ke sms , dan berlanjut kembali ke jenjang telpon-telponan. Aciaaaahhhhhh Hahaaahaaayyyy:D

Satu hal yang nggak bisa kulupakan adalah ketika ia memintaku untuk membeli ‘coklat’ untuknya, dan mengirimnya dengan cara aku datang langsung ke kotanya ia tinggal, di Serang. Wah, kayaknya udah pengen tingkat tinggi yah, jadi aku keluarkan saja selembaran uang kertas bergambar Tuanku Imam Bonjol ini (berapa nominalnya, tebak sendiri aja yak, :D) dari dompetku, sekalian meminum seteguk Ultra Milk rasa coklat dingin di sela-sela perjalananku ketika aku berada di sekitaran Balaraja, Banten.

Sebelum dari Balaraja, aku berangkat dari Depok menuju Serang melalui jalur Jakarta-Tangerang. Rasa kantuk dan ingin tidur mewarnai awal perjalananku menuju kota tujuan. Setelah kantuk mulai teratasi dengan minum minuman yang menyegarkan, giliran faktor trafik yang membuatku terkadang kesal. Asap, debu, panas, truk, tronton, bis, angkot, jalanan yang gak rata, dan lain-lain, menjadi tantangan tersendiri bagi aku. Maklumlah jalanan Banten memang seperti itu, dan mau gak mau harus dilewati.

Setelah berjibaku di perjalanan selama kurang lebih 6 jam, akhirnya aku tiba di Serang. Di awal, Ria sempat kurang mengenaliku. Namun setelah ku coba mengingat masa lalu awal kamu berkenalan, ia langsung menyadarinya dan mempersilakanku masuk ke rumahnya. Maklumlah sudah 2 tahun lebih gak bertemu. Hahaha :D

Kami berdua akhirnya berbicara seputar perkenalan pribadi. Bayangkanlah, sahabat blogger. Hanya dengan tujuan ingin berkenalan dan bertemu wajahnya saja aku rela jalan jauh-jauh dan berlelah ria di aspalan jalan Provinsi Banten itu. Ehem.. Ciee ciee… :D

“Gak apa-apa An. Aku udah biasa jalan jauh kok,” ujarku saat bertemu dengannya. Sambil menyuguhkan pesanan lamanya yaitu sebuah coklat, kami berbicara lebih jauh mengenai kisah-kisah cinta kami berdua. Yap, dulu aku dengan dia pernah punya pengalaman disakiti hatinya.

Matahari pun tenggelam. Aku memutuskan untuk sanggah di rumahnya Indra dan Bayu, sahabatku yang juga sahabatnya Ria, yang letaknya hanya 20 kaki dari rumah Ria. Ketika malam itu, aku diajak mengelilingi kota Serang, tepatnya di alun-alunan kota bersama 6 temanku yang lainnya.

Tetapi aku mulai merasa sesuatu yang gak enak berawal  disini. Ani yang seharusnya jalan bersamaku memilih jalan bersama Bayu. Dalam perjalanan kami, terlihat Ani dan Bayu tampak dekat dan saling tertawa. Aku yang melihatnya, seperti nggak sanggup meratap mereka lama-lama. Sampai-sampai, Ria meneriakiku, “Kenapa In? Cemburu yah?? Ehem ehemm…”. Memang selama di Alun-alun kota Serang bersama mereka aku lebih banyak diam, terkadang sesekali nge-banyol bersama Indra dan Ria. Tetapi jika aku melihat Ani dan Bayu jalan bersama dalam waktu yang lama, sesekali pula berdua saja menjauh dari jangkauan kami, rasanya aku mulai merasa down dan bawaan ingin cepat pulang dari sini.

“Bagaimana caranya untuk … agar kau mengerti bahwa … aku ingin berada didekatmu”

“Dra… gw pengen balik.” Itulah ucapanku kepada Indra ketika aku gak mau terus-menerus galau oleh karena kedekatan Ani dengan Bayu saat itu. Aku dibilang cemburu…. Mungkin…. Aku dibilang ingin emosi…. Mungkin. Aku kencangkan bunyi setir motorku sebagai ekspresi kesalku melihat kenyataan ini. Nguung….Nguuunngggg……… mengiringi noda hatiku yang sengaja kuluapkan di perjalanan pulang. Mengapa harus berkahir seperti ini? Apakah akunya yang kurang intensif mendekati dia, atau memang secara jarak Ani dan Bayu sudah saling dekat dan hal terburuk yang gak ingin aku lihat, ketika mereka beneran jadian dihadapan mataku. Aku merasa, mereka berdua sudah saling klop, dan siap jadian. Cukup sudah, aku gak mau melihat mereka berdua jalan bersama lagi.

Aku menyadari, tiba-tiba prioritas aku datang kesini telah berubah. Galau kembali melandaku. Seharusnya waktuku bersamanya bisa lebih lama namun kenyataannya ia lebih senang dan bahagia bila jalan bersama yang lain. Tapi kendati demikian, aku harus bisa merelakan kalau-kalau apa yang kuduga sebelumnya menjadi kenyataan. Perjuangan aku mengendarai motor dari Depok-Serang setidaknya gak memberi usaha yang sia-sia. Minimal bisa mengenal dia aku sudah senang sekali.

Janganlah menganggap sesuatu perjuangan menjadi sia-sia. Ambillah sisi positif dari perjuanganmu karena sesungguhnya tidak ada yang sia-sia dalam sebuah perjuangan. Quote itulah yang sedikit demi sedikit mulai aku terima oleh Indra saat perjalanan pulang dari Serang menuju Jakarta keesokan harinya. Aku mungkin belum mendapatkan hatinya, tapi siapa yang tahu nanti… apakah aku atau dia… yang dipilihnya.

To Ani  :   Makasih ya udah mau berkenalan denganku. Senang banget aku bisa mengenalmu. Aku akan memohon kepada Tuhan, untuk memberikan petunjuk-Nya. Jika kita dipertemukan untuk bersatu, maka persatukan kami ya Tuhan… :’)

Jumat, 22 Juni 2012

HUT 485 DKI Jakarta ‘Menyikapi beragam permasalahan di Jakarta’


Lagi lagi… lagi lagi… lagi lagi… dan lagiiiiii….. harus terlambat menulis artikel untuk mengisi forum blog ini. Setelah lagi-lagi terbengkalai hampir lewat 7 hari (alias 1 minggu) oleh karena sesuatu hal, aku coba mengharuskan diriku menulis postingan lagi di blog ku ini. Untuk tetap eksis di dunia per-blogan, tentunya kontribusi dan dedikasi itu tetap patut diutamakan yah :D

Yap. Minggu ini memang sedang banyak waktu bersama sepilah-pilah kelompok dalam beberapa hari. Kalau dalam postinganku sebelum yang ini, Menatap Kekecewaan Timnas Pada Babak Awal, aku menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan dan mensorak-soraikan tim Indonesia di Istora Senayan, keesokan harinya aku menghabiskan waktu di rumah teman di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, semalam suntuk, karena harus menyelesaikan project dari kawan terdekatku, Mauludi Rismoyo. Wah sesampainya di rumah, badan remuk rasanya… Werrrr…..

Heitttt… belum berhenti. Hari sabtunya aku berangkat bertamasya bersama adik-adik kecil yang mungil dan imut-imut ke Seaworld, Ancol. Yap, aku dan tim sekawanku Taman Ceria Negeriku berliburan dan bersenang-senang disana. Wah betapa cerianya anak-anakku disana (anakku, bukan ‘anak kandungku’ lho :p). Pagi hingga sore hari yang begitu mengesankan yang takkan pernah kulupakan begitu saja di dalam ingatanku. Dan tahukah kamu… salah satu dari anak-anakku yang ikut kesana terus-terusan pengen nempeeellll aja denganku. Hehehe… Namanya Suci Ramadini, gadis kecil kelas 2 SD Tomang yang saat dalam tamasya selalu minta gendong diatas punggungku.



aku (kiri), suci ramadini (kanan)





Hahahahah. Sudahan ah Intermezzonya :D. Itu semua karena aku ingin berbagi pengalaman kebahagiaan bersama sahabat blogger. Tapi tema sebenarnya dalam postingan ini bukan itu lho. Sekarang, aku mau berbagi tulisan mengenai kota Jakarta. Nah, siapakah sahabat blogger disini yang pernah atau memang bertempat tinggal di Jakarta? Share lebih jauh disini yuk :)

Tepat tertanggal pada tanggal ini, 22 Juni 2012, kota Jakarta memperingati HUT nya yang ke 485. Mulai dari ucapan selamat, pameran, pesta, ondel-ondel, sampai live performance dari Ancol oleh stasiun TV RCTI dan SCTV yang tayang secara bersamaan. Ya, meskipun aku hanya menyaksikannya di TV, namun perayaan HUT Jakarta kali ini bisa dikatakan berlangsung cukup antusias oleh kalangan Jakartanese.

Hmm… Ikut mencoba meramaikan Hari Ulang Tahun Kota Jakarta 485, aku akan meleberkan sedikit nih mengenai kondisi Jakarta yang bisa dikatakan sudah di ‘ambang kehancuran’. Wah kenapa begitu? Jakarta, sebenarnya sudah dalam tahap ‘sudden death’, karena lingkungan dan tata ruangnya yang sudah kian tak memadai. Lihat saja di sisi-sisi pusat Ibukota yang selalu macet dan tak teratur. Belum lagi ketika pagi atau malam menjelang, ditambah lagi jika cuaca sedang hujan. Uuuhhh…. Jangan harap sahabat blogger bisa pulang dari lokasi A ke lokasi B dalam waktu kurang dari satu jam!! Hahahaha …

Kawasan-kawasan itu diantaranya Sudirman, Thamrin, Gatot Subroto, Matraman, Cengkareng, Tomang (tempat ku mengajar), Ciledug, dan sampai ke daerah Ancol. Bahkan, yang ada di pinggiran Jakarta pun juga udah mulai kena kerasanya. Daerah itu adalah Rawamangun, Jatinegara, Kalimalang (daerah terparah yang pernah ada), Kelapa Gading, Cawang, Lenteng Agung, Lebak Bulus, dan semua pinggiran-pinggirannya. Jadi kesimpulannya adalah, Jakarta sudah nggak ada area bebas lagi. Semua daerah pasti bakal berhenti secara serentak dan di waktu yang sama. Utara, selatan, barat, timur, 85% jakarta sudah pasti dinyatakan lumpuh…

Yang kedua, asap kebul dan polusi udara mendera dimana-mana. Terutama saat aku sedang naik motor dan berada tepat dibelakang bis kota yang kadang berhenti kadang pula jalan. Bruum bum bum bummm…. Asapnya begitu hitam mengenai wajahku. Reflek saja aku langsung tutup hidung dan mengendalikan setir motor hanya dengan satu tangan. Tapi tentu saja seketika aku langsung membuka hidung kembali, karena sahabat blogger tahu… berbahaya mengendarai motor hanya dengan satu tangan. Betul kan itu?? :D

Yang ketiga, Banjir. Namun demikian alhamdulillah rumah tempat tinggal aku mengisi blog ini berada di geografis yang cukup bebas dari ancaman ini. Kendati dari itu yang aku selalu hindari adalah ketika banjir jalanan melanda dengan ketinggian diatas 20 cm, karena saat itulah motor aku pasti mogok. Disamping gak bisa berbalik arah karena macet, aku mau gak mau menerobos ‘jalur berbahaya’ itu karena gak ada pilihan lain. Benar-benar sebuah nasib yang harus diderita buat warga Jakarta yah…

Kudengar lagi, situs berita CNN telah merilis dan mengabarkan tentang 10 kota yang paling dibenci di dunia dalam situs resminya. Dan kalian tahu salah satu dari kota itu apa? Jakarta!!! Yap, Jakarta dinilai sebagai kota polutan tertinggi, tata kota yang tidak teratur dan kemacetan yang sudah bikin para pengendara kendaraan bermotor naik darah. Wajar saja jika para wisatawan asing merasa muak akan lingkungan ini dan memilih untuk berkunjung ke Bali sebagai kota yang adem, menurut mereka.

Huffttt…. Kalau udah teriak-teriakan mengenai kota Jakarta, sudah gak akan ada endingnya dah. Makanya disini, aku dan mungkin mewakili sahabat blogger yang lain yang tinggal atau pernah berada di Jakarta berharap penuh kepada seluruh elemen Jakartanese (pemerintah, DPRD, sampai rakyatnya) untuk membuat Jakarta lebih baik dari sebelumnya. aku pun berharap penuh kepada para calon pemimpin DKI kelak nanti (mau Foke, Jokowi, Hidayat, Faisal, ataupun Alex) agar lebih memperhatikan tata kota dan pengaturan trafik jalanan di Jakarta. Jakarta harus meminimalisir kemacetan agar tahun depan nantinya tidak semakin parah.

Kendati seperti itu, aku tetap betah kok tinggal di Jakarta. Alasannya simpel, karena Jakarta tempatnya alat-alat komputer dan hardware terbesar kedua setelah Batam. Jadi kalau aku mau beli-beli alat komputer, gak perlu jauh-jauh dong. Hehehehe :D

Sukseslah untuk Jakarta, baik semua elemen pemimpinannya maupun manajemen kotanya :)




Akhir kalimat, aku mengucapkan..

Selamat Ulang Tahun ke-485 Kota Jakarta yaa …. Semoga kedepannya Jakarta bisa lebih baik lagi kedepan ^ ^


Jumat, 15 Juni 2012

Menatap Kekecewaan Tim Indonesia pada Babak Awal 'Ayo Indonesia Bisa!!!!'


Alhamdulillah.... Akhirnya jari-jari ini bisa kembali mengetikkan beberapa kalimat demi kalimat di keyboard ini. Setelah lagi-lagi harus 'mencampakkan' blog ini oleh karena pekerjaan di sana-sini, saya kembali untuk sahabat blogger yang ingin share-share pengalaman dan ilmunya di dunia perblogan. Hehehe :D. Yap, inspirasi memang harus tetap berjalan dikarenakan tuntutan pembaca yang pastinya akan semakin banyak. Betul tidak kawan?

Inspirasi aku kali ini datang dari dua orang kerabat saya yang kini ikut andil dalam ajang mengharumkan nama bangsa. Wah siapakah itu? Apakah para pemain bola? Atau para kontestan ilmu science di luar negeri? (hehehe *ngarep:p). Ooh bukan bukan... Ini cerita tentang dua atlit perwakilan timnas Indonesia yang berjuang dalam ajang Djarum Indonesia Open 2012 yang digelar di Istora Senayan beberapa waktu lalu. Mereka berdua adalah Riestya Nugraheny dan Febriani Endar Kusumawati, yang tampil pada menit-menit akhir pertandingan pada hari Rabu, 13 Juni 2012 lalu. Namun sayang, perjuangan 'duo pair' pada akhir malam itu kurang memberikan sumbangsih hasil yang memuaskan.

Tapi sebelum kita beranjak lebih jauh ke wawancara duo pair itu saya ingin berbagi kesenangan terlebih dahulu ni buat sahabat blogger semua. Perjalanan bermula dari kediaman saya di daerah Pesanggrahan, Jakarta Barat bersama kedua teman dekat saya, Indra dan Bayu yang rela datang jauh-jauh dari Serang, Banten ke Jakarta. Sebenarnya kondisi aku saat itu sedang capek-capeknya, karena aku juga baru pulang dari Rawamangun, Jakarta Timur, sorenya. Jadi aku disuruh pulang kerumah dan langsung bergegas kembali jalan ke Istora untuk liputan. Ya aku harus melakukan ini karena memang mau liputan agar diserahkan sama pemred saya di Persma Orientasi UMB. Tanggungjawab itu penting *halah :p

Rasa capek badan tidak jadi penghalang semangat kami untuk menyaksikan sekaligus liputan ringan mengenai acara Djarum Indonesia Open itu. Selepas sholat maghrib kami bertiga menaiki bis kota, menuju Blok M dan kemudian disambung naik Busway Transjakarta. Behhh.... Macet gila sepanjang Sudirman. Ditambah, bis kota yang saat itu sedang sesak-sesaknya. Haduuhhh.... Betapa kejamnya Jakarta.

Nah dari sinilah kesenangan bermula. Di awal kami masuk melalui pintu utama tiba-tiba kami disuguhkan para SPG-SPG cantik mengajak kami untuk mendukung Indonesia melalui kata-kata di Facebook kami (Ehemm... Ehemm... SPG :D). aku melontarkan kalimat semangat untuk Indonesia pada gambar berikut ini :


(screenshot)





Setelah selesai kami disambangi para SPG-SPG itu (dengan wajah riang gembira), kami mulai memasuki arena Press Media (dalam bahasa festival sering disebut Media Center) sebelum akhirnya ditolak sama mbak yang berjaga disana. Alasannya, karena nama-nama kami nggak terdaftar di daftar wartawan itu. Hik Hik... Hik...

Eitss.. belum berhanti. Reporting must go on. Kami memutuskan untuk menonton langsung pertandingan dengan merogoh kocek sekitar Rp. 30.000 per orang. Gak apa-apa lah. Semakin esok hari semakin mahal, katanya.

Suasana memanas saat pertandingan sengit antara Timnas Indonesia melawan Timnas Thailand di awal kami masuk arena tontonan. Semua supporter disana begitu keras dan lantang berteriak 'IN-DO-NE-SIA' !!!! Dung dung dung dung dung.... Riuh penonton disana seakan memprovokasi kami untuk ikut berteriak mendukung Indonesia. Setiap pukulan dan smash dari tim kita menjadi pemicu semangat kami untuk terus berteriak, berteriak, dan berteriak. Samapi-sampai aku mulai kehabisan suara saat pertandingan berakhir dan mulai pergantian pertandingan baru.

Nah kita kembali kepada kisah duo pair dari atletikal Indonesia yang aku sebutkan di awal tadi. Sayangnya, atlit yang datang dari Sleman, Yogyakarta dan dari Solo, Jawa Tengah itu kurang maksimal dalam memperoleh angka saat bertanding melawan pemain-pemain senior dari China. Ketika kami coba ke belakang ruangan dan inisiatif bertemu dengan keduanya untuk wawancara, kami coba mencari tahu informasi mengenai jalannya pertandingan ini dan seputar permainan mereka.

Gimana perasaannya setelah mengikuti acara yang bergengsi ini? Apakah ini kali pertama kalian ikut kompetisi seperti ini?
Tya : Ya senang banget mas. Ini sebuah pengalaman kami yang sangat berharga. Terang saja ini baru sekali sudah dihadapkan sama pemain-pemain yang sudah berpengalaman. Jadi ya... ini bisa jadi pengalaman kami banget untuk lebih baik lagi kedepannya.

Apa sih yang menjadi keistimewaan saat kalian mengikuti kompetisi ini?
Any : Ya... bisa dikatakan dari poinnya, berikut pengalamannya. Ini benar-benar menjadi kebangaan tersendiri bagi kami semuanya.

Awal mula kalian bisa mengikuti kompetisi ini dari apa sih?
Any : Haha. Sebenarnya sih dari kerabat kami. Kami juga sering menyambangi teman-teman kami. Nah kebetulan dari klub sendiri kita bisa tahu bagaimana kualifikasi mereka, apa yang sedang mereka ikuti... Jadi kita bisa dibawa ke sini.

Bagaimana sih kalian menilai kekuatan lawan saat pertandingan tadi?
Tya : Yang kami harus akui adalah mereka lebih istimewa dan paling dibanggakan, karena sudah pernah merambah tingkat satu dunia... Jadi ya... buat kami itu bukan masalah lah.

Adakah kesulitan tersendiri dalam menghadapi lawan saat pertandingan tadi?
Tya : Hanya bisa berkata, TANGGUH.... Hahaha. Kuat banget lah yang pasti. Mungkin faktor mental kami yang kerapkali 'fluktuatif', dan kita juga masih kalah permainan,  dan pengalaman pastinya. Kita ini kan masih belum terlalu menguasai luar negeri juga, nah kan mereka udah kelas satu dunia. Jadi ya... begitulah. Hehehe

Adakah harapan untuk kalian bisa menyambangi kompetisi yang lebih tinggi lagi?
Tya : Ya pastinya ada. Cuman kita harus terus lebih berusaha aja. Makasih ya atas dukungannya...



(screenshot)

Tya (kiri), Any (kanan)

Ya mungkin tidak hari ini mereka bisa berkontribusi lebih jauh lagi untuk kemenangan kita. Tetapi yang perlu diambil hikmah dari dan bagi seluruh umat manusia khsusunya atlit-atlit kita, perbanyaklah pengalamanmu. Karena pengalaman pasti akan menjadikan kita pribadi yang lebih baik lagi kedepan. Betul bukan sahabat blogger?

Tetap dukung atlit kita Indonesia melangkah maju ke kemenangan tertinggi dan harumkanlah nama bangsa Indonesia. Indonesia Bisa!!! Indones-Yeah !!!!!


*To Tya dan Any : Tetap semangat yah. Jangan pantang menyerah. Masih banyak kesempatan lain yang bisa jadi pengalamanmu kedepan. Kami, warga Indonesia akan terus selalu mendukungmu :)

Minggu, 10 Juni 2012

Peranan Komunikasi ... (Part 1) : Bentuk Penyelesaian Masalah

Wah, tanpa terasa sudah ada 10 hari saya sedikit 'mencampakkan' dunia per-blogan. Hehehe... Sebenarnya dari kemarin sudah ada bayangan mau menulis apa tetapi bingung mau menuangkan melalui kata-kata apa. Dan sekarang, saya mencoba untuk membuka kembali aksi 'tulis-menulis' tulisan di wadah bebasku ini, Catatan Indrayana. Sebagai tema dari tulisan yang aku tuangkan ini, saya coba mengangkat peranan komunikasi dalam pemecahan masalah. Ya, betul. Karena beragam masalah 'pelik' yang kita hadapi baik itu kecil ataupun besar tidak akan selesai secara tuntas tanpa adanya komunikasi berjalan. Benarkah begitu?

Inspirasi aku kali ini muncul dari seorang sahabat saya yang bernama Manda. Ia adalah teman dekat saya di tempat mengajar Taman Ceria Negeriku yang kebetulan sempat bertatap muka empat mata bersama aku, beberapa jam sebelum tulisan ini aku buat. Pada perbincangan kami itu, Manda menceritakan keluh kesahnya ketika ia tengah dilanda masalah yang berat dan kegalauan berlebih. Aku memperhatikan... dan aku mencoba untuk memberikan secercah motivasi untuknya agar ia bisa menghadapi masalah ini dengan pikiran dingin dan tindakan yang nyata.

"Gue bingung banget In... Apa yang harus musti gue lakuin sekarang???" kesalnya saat Manda mencoba mengeluarkan unek-uneknya kepadaku.

Manda mengutarakan suasana hatinya kepadaku betapa ia sedang dilanda galau besar. Ya. Ternyata ia tengah berkonflik kepada ayahnya mengenai peristiwa yang nggak pernah Manda duga. Pasalnya, ayahnya Manda pernah memarahi Amanda secara berkoar-koar didepan kerumunan orang-orang yang tengah berbelanja. Terang saja hal itu membuat perasaan Amanda sakit dan sedih. Bagaimana mungkin seorang ayah mau berkoar-koar memarahi anaknya didepan khalayak umum? Apakah sangking sebegitu fatalnya kesalahan Amanda sehingga orangtuanya tidak lagi memikirkan perasaan hati karena psikis diri dikuasai oleh emosi sesaat yang merugikan?

Semenjak saat itu, Amanda menjadi pemurung dan tidak banyak memasang rias gembira di raut wajahnya. Setiap malam dan setiap ia berada di kasur tidurnya, Manda mengaku sering mengurung diri dan menangis-nangis mengapa konflik ini bisa terjadi. Aku yang mendengarkan curahan hatinya pun merasa terangsang. Betul sekali. Gadis mungil yang satu ini memang butuh motivasi dari kawan dekatnya, ya dalam hal ini aku. Dan aku coba berikan ia secercah kalimat motivasi, dan sebuah perkataan penyelesaian. "Ndha, hanya satu yang bisa menjadikan masalah kamu dan ayah kamu selesai."

"Berkomunikasilah !!!!"

Hanya dengan berkomunikasi hubungan antara individu satu dengan yang lainnya saling terikat. Tanpa komunikasi, kita tentu tidak bisa mengungkapkan isi hati kita kepada seseorang, karena kita adalah makhluk sosial (makhluk yang saling membantu). Kamu bisa menceritakan apa yang kamu suka dan apa yang kamu tidak suka kepada teman kamu, saudara kamu, atau bahkan ayah ibu kamu. Dengan lapang hati dan perasaan saling memaafkan tanpa dibumbui rasa ego dalam diri, serta dibubuhi kecap komunikasi hasilnya akan terasa manis dan tidak ada lagi perselisihan yang terjadi.

Memang terkadang, ego bisa jadi penghambat seseorang untuk melakukan sesuatu, apalagi meminta maaf. Jangankan meminta maaf, berkata sepatah katapun terkadang kita tidak mau. Aku juga pernah mengalami masalah yang sama seperti Manda, dan ini terjadi kepada aku dan temanku juga, Immanuel. Disaat kami tengah 'sleek' soal postingan di Facebook yang bisa membuat kami saling besar ego, kami sempat vakum berkomunikasi dua minggu lebih. Tapi daripada konflik ini berlanjut dan kesenjangan diantara kami kian membesar, akhirnya aku memberanikan diri untuk berkomunikasi, meminta maaf terlebih dahulu dan akhirnya kami pun berbaikan kembali.

Dari sekian banyak cerita masalah Amanda kepadaku memang cuma satu itu yang paling membuat dia galau. Untuk menenangkan hatinya, aku hibur saja dia dengan kalimat-kalimat motivasiku. Dan anjuran terbaik yang aku berikan kepadanya adalah cobalah untuk berkomunikasi. Peranan komunikasi ternyata cukup andil dalam pemecahan masalah juga, dimana seseorang yang berkonflik butuh yang namanya 'klarifikasi', atau pernyataan yang nantinya akan jadi koreksi bagi si pengkonflik itu.

Cerita Amanda tadi benar-benar bisa dipetik sebuah pelajaran dan inspirasi bagi kita semua. Kita perlu mengutarakan segala sesuatu dengan berkomunikasi. Ketika komunikasi itu terjadi, dalam sebuah masalah apapun mari kita hilangkan sejenak ego dalam diri kita dan memberaikan diri untuk mencoba mendamaikan suasana. Bisa dalam hal meminta maaf atau mengklarifikasi apa yang sudah terjadi. Komunikasi itu perlu, dan harus. Semangat hidup manusia sosial untuk saling membantu dan bekerjasama satu sama lain.

Mulailah rajin berkomunikasi kepada sesama agar tali hubungan kita dan yang lainnya tetap terjaga!!!  ^ ^