Sabtu, 06 Oktober 2012

Memanajemen Waktu …

foto : http://koran-jakarta.com

“Kak … kak … kak Indra …… kenapa telat sampai sini kak?”
“In … kenapa elu telat? Kelas udah keisi semua…”
“Sebentar dulu in… Ini ada materi jurnalistik penting banget”
“Sorry yaa In. Gue emang lagi dideadline kerjaan jadi kagak bisa dateng ke Tomang”
“Sorry In … Biasalah gue ada kerjaan”


Kalimat-kalimat itu seakan akrab di telingaku saat menjelang atau berada tepat di hari H setiap hari Sabtu. Pada konversasi yang pertama, itu pertanyaan yang sering diucapkan oleh anak didikku di Taman Ceria Negeriku, sore tadi. Yang kedua, pertanyaan dari rekan pengajar di TCN juga. Yang ketiga, saat aku dicegah keluar dari sekretariat LPM Pers Orientasi Mercu Buana sesaat sebelum TCN memulai aktivitasnya. Nah, dua kalimat terakhir, itu kalimat penolakan karena tidak bisa hadir untuk mengajar anak-anak Tomang, yang biasa mereka ucapkan.

aku dan teman-teman di LPM Orientasi Mercu Buana
Semua pertanyaan itu sebenarnya muncul oleh karena desakan pihak luar yang mengharuskan mereka (termasuk aku) terlambat atau bahkan tidak hadir di TCN ini. Kini setiap sabtu yang penuh dengan kegiatan di luar. Mulai dari kegiatan perkuliahan, pengumpulan anggota baru di LPM Orientasi, hingga jam mengajar di TCN memang sudah tertata rapi dan jam-jamnya sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. Dan kebetulan, beberapa hari lalu aku banyak sekali dipanggil interview oleh tiga PT yang diantaranya di sekitaran Cempaka Putih, Jakpus; Pluit, Jakut; dan di Permai Harmoni, Jakpus. Dan saat interview di Harmoni kamis lalu, itupun harus bentur dengan jam kumpul bersama teman-teman untuk bersama-sama menghadiri kondangan kakak senior di daerah Bogor, Jawa Barat. Oleh karena itu, akupun belum sempat BW untuk minggu ini.

di TCN ...
Kita berintermezzo dulu. Aku jadi teringat posting yang dirilis oleh kakanda yang sering banget komen dimari, dan komennya nongol dimana-mana (hehehe *ampun kang* :D), kang Zachronisampurno, dengan tulisan yang berjudul gila kerja. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang berjudul Decent Work Indonesia, jumlah pekerja di Indonesia yang bekerja lebih dari 48 jam per minggu semakin meningkat tiap tahun. Gambaran singkat yang cukup menyeramkan jika ini terus-terusan berulang, karena di setiap minggunya mereka harus berangkat kerja, bermacet-macet, dan berbanting tulang dari pagi hingga malam. Lalu paginya tentu berangkat kerja lagi. Hmm… Lalu adakah mereka memiliki waktu sekunder dan tersier yang mumpuni? Jika selain hari Minggu, berapa jam waktu yang dapat mereka habiskan untuk hal-hal yang lainnya?

saat kumpul bersama kawan-kawan pengajar TCN
Aspek lainnya, yang tidak perlu ditilik jauh-jauh. Teman-teman blogger kita yang dulunya sering banget komentar dan membuat posting, satu demi satu seakan seperti berguguran. Ada yang ingin hiatus karena mau persiapan UN, ada yang menghilang karena pekerjaannya, ada juga yang menghilang tanpa sebab. Gia Sitti Ghaliyah juga terus disibukkan sama kuliah fisikanya. Yasallam …

Kedua aspek tadi adalah berkaitan dengan manajemen waktu. Bagaimanakah si individu itu mengatur waktunya? Bagaimana supaya balance, atau ‘cukup’ adil dalam beberapa hal. Misalnya waktu kerja dan waktu untuk blogging. Gambaran singkatnya, jika waktu kerja paling banter sampai petanghari, mungkin bisalah malamnya sebelum tidur blogwalking dulu atau menulis posting. Atau dalam hal lain, misalnya perhatian kepada orang kedua, pacar, teman karib, dan waktu keluarga setidaknya jangan sampai menyempit atau bahkan hilang total.

Seperti yang terjadi belakangan ini kepadaku. Waktu luang untuk TCN seperti sedikit demi sedikit terkikis oleh karena pekerjaan. Alvin William, salah satu sahabat aku di TCN mengaku kini makin sulit memanajemen waktu bahkan di hari Sabtu. “Sekarang setiap sabtu gue kerja sampai jam tiga, In. Jadi waktu gue buat dateng kesini, jadi sering telat. Maaf yaa Inn …”, demikianlah kata pria yang berdomisili di Bekasi, Jawa Barat itu.
nah kalau yang ini, bersama anak-anakku di TCN ...
Hal senada juga pernah ditorehkan oleh blogger akrab kita Asep Haryono, 12 September lalu, dalam komentar di posting Pasang Gigi Tiruan. “Iya nih maklum lah kesibukan di kantor yang luar biasa yakni mengurus portal website perusahaan dan juga klien.” Demikian jawaban atas pertanyaan (bukan teguran ya kang :D) dariku kepada sahabat karib kita yang tinggal di kota Pontianak, Kalimantan Barat itu. Yaa, aku sih selalu maklum … Pokoknya apapun aktivitas kalian (sahabat blogger) semoga tidak menjadi putus tali silaturahmi sesama blogger oleh karena pekerjaan. Hehe …

(baju kotak : Yakub, baju hitam :Febriansyah)
Kita memang harus memaklumi, jika tuntutan pekerjaan dan serentetan tugas dari pihak pertama adalah sebuah kewajiban yang patut kita selesaikan. Tetapi jika kita merenung sejenak, masih ada hal yang tak kalah penting yang bisa kita lakukan. Jika pekerjaan adalah satu-satunya cara bertahan hidup, maka ingatlah hal yang bisa membangkitkan semangat bekerjamu. Tentunya masing-masing pribadi memiliki caranya sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri dalam bekerja. Tetapi motivasi itu pasti tidak akan pernah lepas dari keterlibatan pihak yang lainnya. Misalnya kebersamaan keluarga, kumpul teman, belajar, bahkan kalau bisa berorganisasi selagi masih muda (seperti saya … *huu #lempar panci :D)

Aku sendiri pun berpikir, jika aku nanti diterima kerja di suatu perusahaan (Ammiinnn), apakah aku juga akan menyita kegiatanku yang lain? Berarti aku harus selalu siaga memanajemen waktu.

Karenanya, aturlah waktumu antara pekerjaan dengan hal yang lain, agar dayungan hidupmu teratur dan balance. Jangan terlalu gila kerja kalau kata kang Zachronisampurno. Hehehe … Dan satu lagi. Kesehatan. Jangan lupakan yang namanya istirahat yang cukup. Karena semakin banyak kegiatanmu, semakin harus juga kamu merenggangkan tubuhmu. Kemudian yang juga penting, jangan sampai sakit! Hehe …


Semangat memanajemen waktu ya teman-teman .. ^ ^