Rabu, 28 November 2012

Peranan Komunikasi … (Part 3) : Hanya pada Satu Jawaban …

Salam Blogger …

sumber : chumpysclipart.com



Waalaikumsalam warahmatulahi wabarakatuh … Kembali lagi bersama blog Catatan Indrayana. Kini, aku sedang berusaha untuk memperbaiki kembali jadwal rutin postingku dan kembali memosting seperti biasa. Hari ini, aku mendapat inspirasi yang sangat sangat luar biasa, karena aku diberikan sebuah pelajaran berharga akan satu buah jawaban yang menurutku sangat bisa memecahkan masalah. Apa itu? Yap. Peranan komunikasi dalam penyelesaian masalah.

Sebelumnya mari kita berintermezzo dulu. Bagi yang belum membaca Part 1 dan Part 2 nya silakan di klik saja linknya yaa. Pada posting lalu aku pernah memposting sebuah diskusi mengenai Sensitivalitas. Kini komennya sudah sampai 230 lebih lhoo. Haha (siapa yang nanya) :p . Dalam posting itu, seperti terlihat dengan jelas akar masalahnya berpaut pada kurangnya komunikasi. Alhamdulillah tidak ada pihak yang terpojok dan semua telah baik-baik saja seperti sediakala.

Disinilah arusnya. Aku kembali dihadapkan masalah yang sama ketika aku mencoba untuk menyelesaikan masalah ini terhadap anggota lain dalam UKM Pers Orientasi, Meruya, Jakarta Barat, tadi malam. Namun mengingat tingkat keresahan perasaan akan konsekuensi emosionalitas dari mereka, aku selalu urung niat untuk membicarkannya.

Malam tadi merupakan malam terakhir aku bertandang ke sekretariat Persma Orientasi. Pada awalnya, aku diinstruksikan untuk mengerjakan tugas yang cukup kompleks, yakni membuat majalah kecil atau dalam tradisi mereka sebut ‘newsletter’. Hampir 60 persen newsletter kami (Aku sebagai anggota dan satu lagi temanku) selesai. Hanya tinggal finishing pada layout dan penyelesaian berita yang datang untuk temanku yang satu tim juga denganku. Baru tadi juga aku diinstruksikan untuk mencari data dkembali atas beritaku yang dinilainya (seniorku –red) kurang layak untuk naik berita.


Tidak .. tidak. Bukan karena masalah itu. Disamping karena suruhan untuk mencari data lagi, karena pekerjaanku tidak hanya mereportasi, reportasi, dan reportasi saja. Aku berkutat dalam banyak tugas yang aku suka untuk aku kerjakan. Semisal, job freelance, layouting majalah dari LPM Inspirasi BSI, mengajar anak-anak kecil, dan lain-sebagainya. Belum lagi, jika aku diterima sebagai karyawan di PT. PKSS (Aminn yaa Rabb), aku akan menghabiskan banyak waktuku dikantor. Waktu nanti akan menjadi dilematis buat aku.

Itu adalah alasan pertama yang aku ungkapkan mengapa aku memilih untuk keluar dari organisasi ini. Alasan diatas bisa aku sebut sebagai ‘focusing’. Fokus pada pekerjaan yang menghasilkan uang, dan fokus pada kuliah yang sudah aku korbankan absensinya hampir lebih dari tiga kali. Ckckck … betapa nekatnya aku hanya untuk LPM Orientasi ini.

Sebagai bahan pertimbangan yang kedua, adalah karena tekanan yang cukup dalam yang membuat aku harus berpikir keras. Lebih lagi, tuntutan perfeksionis yang ada harus tergalakkan oleh anggota-anggotanya. Bukan sebuah pemikiran yang mudah, jika masuk ke dalam beberapa organisasi dan kita dituntut untuk mengikuti segala peraturan mereka. Ya memang benar, tetapi setiap pribadi manusia pasti pernah yang namanya merasakan ‘under-depressed’ dong? Kembali kepada individu masing-masing saja.

Namun demikian sayang demi sayang aku tidak memiliki keberanian yang kuat untuk menyatakan keluar dari sana. Rasa gugup dan takut akan konflik berkelanjutkan kerap menghantuiku sepanjang detik. Tetapi masalah akan terus menyelimutimu jika kamu tidak BERKOMUNIKASI!!!! Penting… ini pelajaran yang sangat berharga buat kita semua, kupikir. Apapun masalahmu, selesaikanlah dengan bicara. Betul sekali itu. Dampak sampingnya? Tidak terima? Terpojok? Marah? Kecewa? Itu lumrah terjadi sepanjang kita berbicara dengan baik-baik dan tidak menyinggung beberapa pihak yang kita tuju.

Pengalamanku tadi, ketika aku mencoba untuk berbicara baik-baik untuk keluar dari sini, dengan awalan mengucap Bismillahhirahmanirrahim, alhamdulillah tidak ada perlawanan dari mereka. Hanya rasa kecewa yang dilumerkan kepadaku karena aku sudah cukup lama mengabdi disini, yaitu hampir selama 7 bulan. Tetapi tetap saja ada yang kurang suka atas pengunduran diriku karena aku dinilai sebagai orang yang inkonsisten dan inkomitmen. But anyway … Things we’ll get done now. Semua pihak dapat menerima, dan usai sudah kegalauanku. Lapang terasa dada ini, karena masalah bathin sudah selesai.

Sekarang aku bisa kembali blogwalking dengan santai dan melakukan sesuatupun yang kusuka dengan tenang hati. Rasanya aku seperti digurui oleh diri aku sendiri, bahwasanya komunikasi memang jembatan yang bisa benar-benar menjalani kamu menuju pengertian. Tidak perlu kabur atau lari dari masalah, dengan komunikasi yang baik dan alasan yang kuat kamu akan semakin yakin untuk menyelesaikannya dengan jalur perdamaian.

Kesimpulan? Sudah cukup jelas kali yaa. Tapi untuk memperjelas kembali, selesaikan masalahmu dengan komunikasi. Tanpa dengan komunikasi, mereka tidak akan tahu apa mau kita. Oleh karena itu diskusi itu penting. Dapat membuka pikiran dan meleberkan cakrawala ilmu yang kita miliki kepada orang yang kita ajak diskusi ini.



Tapi sayangnya, aku terkadang masih suka belum berani untuk berkomunikasi … terlebih karena ingin menyampaikan aspirasi.
Kalau sahabat blogger bagaimana???