Salam Blogger …
![]() |
sumber : chumpysclipart.com |
Waalaikumsalam warahmatulahi wabarakatuh … Kembali lagi
bersama blog Catatan Indrayana. Kini, aku sedang berusaha untuk memperbaiki
kembali jadwal rutin postingku dan kembali memosting seperti biasa. Hari ini,
aku mendapat inspirasi yang sangat sangat luar biasa, karena aku diberikan
sebuah pelajaran berharga akan satu buah jawaban yang menurutku sangat bisa
memecahkan masalah. Apa itu? Yap. Peranan komunikasi dalam penyelesaian
masalah.
Sebelumnya mari kita berintermezzo dulu. Bagi yang belum
membaca Part 1 dan Part 2 nya silakan di klik saja linknya yaa. Pada posting
lalu aku pernah memposting sebuah diskusi mengenai Sensitivalitas. Kini
komennya sudah sampai 230 lebih lhoo. Haha (siapa yang nanya) :p . Dalam
posting itu, seperti terlihat dengan jelas akar masalahnya berpaut pada
kurangnya komunikasi. Alhamdulillah tidak ada pihak yang terpojok dan semua
telah baik-baik saja seperti sediakala.
Disinilah arusnya. Aku kembali dihadapkan masalah yang sama
ketika aku mencoba untuk menyelesaikan masalah ini terhadap anggota lain dalam
UKM Pers Orientasi, Meruya, Jakarta Barat, tadi malam. Namun mengingat tingkat
keresahan perasaan akan konsekuensi emosionalitas dari mereka, aku selalu urung
niat untuk membicarkannya.
Malam tadi merupakan malam terakhir aku bertandang ke
sekretariat Persma Orientasi. Pada awalnya, aku diinstruksikan untuk
mengerjakan tugas yang cukup kompleks, yakni membuat majalah kecil atau dalam
tradisi mereka sebut ‘newsletter’. Hampir 60 persen newsletter kami (Aku
sebagai anggota dan satu lagi temanku) selesai. Hanya tinggal finishing pada
layout dan penyelesaian berita yang datang untuk temanku yang satu tim juga
denganku. Baru tadi juga aku diinstruksikan untuk mencari data dkembali atas
beritaku yang dinilainya (seniorku –red) kurang layak untuk naik berita.
Tidak .. tidak. Bukan karena masalah itu. Disamping karena
suruhan untuk mencari data lagi, karena pekerjaanku tidak hanya mereportasi,
reportasi, dan reportasi saja. Aku berkutat dalam banyak tugas yang aku suka
untuk aku kerjakan. Semisal, job freelance, layouting majalah dari LPM
Inspirasi BSI, mengajar anak-anak kecil, dan lain-sebagainya. Belum lagi, jika
aku diterima sebagai karyawan di PT. PKSS (Aminn yaa Rabb), aku akan
menghabiskan banyak waktuku dikantor. Waktu nanti akan menjadi dilematis buat
aku.
Itu adalah alasan pertama yang aku ungkapkan mengapa aku
memilih untuk keluar dari organisasi ini. Alasan diatas bisa aku sebut sebagai ‘focusing’.
Fokus pada pekerjaan yang menghasilkan uang, dan fokus pada kuliah yang sudah
aku korbankan absensinya hampir lebih dari tiga kali. Ckckck … betapa nekatnya
aku hanya untuk LPM Orientasi ini.
Sebagai bahan pertimbangan yang kedua, adalah karena tekanan
yang cukup dalam yang membuat aku harus berpikir keras. Lebih lagi, tuntutan
perfeksionis yang ada harus tergalakkan oleh anggota-anggotanya. Bukan sebuah
pemikiran yang mudah, jika masuk ke dalam beberapa organisasi dan kita dituntut
untuk mengikuti segala peraturan mereka. Ya memang benar, tetapi setiap pribadi
manusia pasti pernah yang namanya merasakan ‘under-depressed’ dong? Kembali
kepada individu masing-masing saja.

Pengalamanku tadi, ketika aku mencoba untuk berbicara
baik-baik untuk keluar dari sini, dengan awalan mengucap
Bismillahhirahmanirrahim, alhamdulillah tidak ada perlawanan dari mereka. Hanya
rasa kecewa yang dilumerkan kepadaku karena aku sudah cukup lama mengabdi disini,
yaitu hampir selama 7 bulan. Tetapi tetap saja ada yang kurang suka atas
pengunduran diriku karena aku dinilai sebagai orang yang inkonsisten dan
inkomitmen. But anyway … Things we’ll get done now. Semua pihak dapat menerima,
dan usai sudah kegalauanku. Lapang terasa dada ini, karena masalah bathin sudah
selesai.
Sekarang aku bisa kembali blogwalking dengan santai dan
melakukan sesuatupun yang kusuka dengan tenang hati. Rasanya aku seperti
digurui oleh diri aku sendiri, bahwasanya komunikasi memang jembatan yang bisa
benar-benar menjalani kamu menuju pengertian. Tidak perlu kabur atau lari dari
masalah, dengan komunikasi yang baik dan alasan yang kuat kamu akan semakin
yakin untuk menyelesaikannya dengan jalur perdamaian.
Kesimpulan? Sudah cukup jelas kali yaa. Tapi untuk
memperjelas kembali, selesaikan masalahmu dengan komunikasi. Tanpa dengan
komunikasi, mereka tidak akan tahu apa mau kita. Oleh karena itu diskusi itu
penting. Dapat membuka pikiran dan meleberkan cakrawala ilmu yang kita miliki
kepada orang yang kita ajak diskusi ini.
Tapi sayangnya, aku terkadang masih suka belum berani untuk
berkomunikasi … terlebih karena ingin menyampaikan aspirasi.
Kalau sahabat blogger bagaimana???