Minggu, 14 Oktober 2012

Sebuah Ekspektasi …

http://ourpax.com
Assalammualaikum…. Sampurasun Rampes. Belakangan jadi terus-terusan ngikutin kang Cilembu Thea nih gaya salamannya. Hehehehe. Tengah malam ini rasanya dalam hati ingin sekali untuk tiduurrr, tapi takut lupa kalau ditunda besok mosting lagi. Hadeuuhhh … maklumlah penyakit lupa. Haha … Kali ini, aku mau cerita sedikit mengenai arti sebuah skala prioritas dan keinginan terbesar dalam hidup seorang manusia. Okesip …

Yap. Tidak lain dan tidak bukan sebutan dari ’diksi’ itu adalah pengutamaan atau ‘Ekspektasi’. Seperti kita tahu, kita selama hidup di dunia ini pasti memiliki satu prioritas utama yang harus bisa kita capai dikemudian hari. Tiap pribadi hidup pasti memiliki ekspektasi yang berbeda. Ada yang dalam hidupnya memiliki ekspektasi dalam menguasai bidang Sains atau Elektronik, ada yang hidupnya memiliki ekspektasi menjadi pemimpin di salah satu lingkungan, dan banyak lagi. Semua itu tergantung di kita. Akan ke arah mana kita hidup nanti… ?

Hoke. Lepas dari intermezzo mari langsung saja kita meluncat ke pokok postingan. Mari tinggalkan masalah kegalauanku (pada posting sebelumnya) dan kembali menjalani hari seperti biasanya. Kalau kata Ocha Rhoshandha kemarin di komentarnya, galau terus gak ada habisnya. Hmmm ……. Ya sudahlah. Jika kamu menilai demikian.


Ekspektasi sebuah Pekerjaan …

http://koran-jakarta.com
Aku sudah cukup banyak mendengar dari beberapa narasumber yang sejatinya mereka adalah sahabat-sahabatku semua. Kini, hampir 90 persen seluruhnya teman-teman dekatku sudah bisa menikmati masa karyawannya (hingga sekarang) dan merasakan serunya memiliki gaji yang kemudian ekspektasi kedepannya bisa saling berbeda pandangan. Tetapi point utamanya disini adalah, bagaimanakah ekspektasimu terhadap pekerjaan yang kau dapatkan saat ini? Apakah sudah sesuai dengan keinginanmu? Ataukah kau hanya sekedar untuk mencari waktu atau kau punya ekspektasi berbeda? Semisal, ingin menjadi karyawan tetap atau ingin mencari pekerjaan yang jam kerjanya di hari senin sampai jum’at dan berjam kerja pagi hingga sore hari, layaknya orang kantoran disekitaran Sudirman dan Thamrin, Jakarta sana???

Naomi Stephanny Manuhuwa. Dialah sahabat aku yang pertama kali aku tanyakan mengenai ekspektasi kerja itu. Sahabatku yang juga teman satu pengajar di Taman Ceria Negeriku itu memberikan rekomendasi kepadaku agar memilih pekerjaan yang hanya aku bisa lakukan saja. Apabila ‘skill’ mu dan pekerjaanmu sudah saling relevan, maka bukan tidak mungkin … kau akan aman di dalam ekspektasimu sendiri.

“Begini, In. Tak ada salahnya jika kamu mencari pekerjaan dengan hampir disegala bidang yang kamu bisa. Tetapi jika kamu bisa mencari pekerjaan yang SUDAH menyatu dengan skill kamu, tentu itu alangkah yang sangat sangat sangat baik. Misalkan kamu sudah merasa ahli di bidang komputer, maka pekerjaan yang cocok untuk kamu adalah bagian perkomputeran,” ujar wanita yang akrab disapa dengan sebutan Efflin tersebut, saat berjalan bersamaku di International Trade Centre Roxy Mas, Grogol, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu. Meski begitu, Efflin merekomendasikanku untuk tidak ragu dalam memilih pekerjaan apapun selagi itu bisa aku rasa untuk dikerjakan secara maksimal.

Karena ‘ekspektasi’ aku pribadi hanya menginginkan pekerjaan yang bernaung di kegiatan media jurnalisme, maka aku fokuskan saat ini untuk menambah referensi kewartawananku dan abilitas penulisan beritaku untuk kemudian dikemas dan dijadikan portofolio pribadi. Yap, sekali lagi. Ekspektasi utamaku dalam bidang pekerjaan, adalah agar aku bisa kerja di media. Titik dan Ammiinnn.

Hal senada juga diungkapkan dua sahabat FAFAY ku yang lain dalam relevansinya menyangkut komentar Efflin tadi. Yakub dan Febriansyah Rahmat, demikianlah dua dari yang aku sebut sebagai kata sapaan ‘dua sahabat’ FAFAY ku tadi. “Gak apa-apa Den. Selama lu masih bisa melakukannya coba lu jalani aja. Contohnya gue. Kuliah di jurusan Brodcasting, kerjanya di perbankan. Semua itu tergantung dari apa yang kita fokuskan…,” ujar pria yang akrab disapa Febri tersebut. Namun tampaknya ada ketidaksetujuan pendapat oleh sahabatku yang satu ini dalam relevansinya mengenai komentar Efflin tadi.

“Tergantung, Den. Karena sekarang ini susah mencari pekerjaan. Dan jika elu udah nge-klop di satu perusahaan, ya elu udah … begitulah. Tapi kalau elu (aku) yang akan menyelesaikan studi untuk Sarjana Strata 1, gue berharap banget buat elu bisa masuk media yang besaarrr… Wuedeeehhhh…. Abraham Yusuf Indrayana, Sarjana Komunikasi. Hehehe,” tambah sambil canda Yakub saat diskusi santai bersama bertiga, beberapa waktu lalu.

Dulunya memang iya, aku punya ekspektasi bisa bekerja di bidang teknik komputer. Tapi seiring waktu berjalan, ekspektasiku kini berubah. Hanya kerja di media dan usai sudah ekspektasiku dalam bidang pekerjaan. Mengenai gaji, ekspektasi orang-orangpun bisa berbeda-beda. Ada temanku yang memiliki ekspektasi untuk keluarga terlebih dahulu, ekspektasi untuk tabungan masa depan, bahkan ada pula temanku yang memiliki ekspektasi memiliki motor gede (moge) dan mobil!!! Wow … kita do’akan saja yaa sobat blogger agar teman-temanku bisa meraih ekspektasinya itu. Hehehe … Ammiinnn.


Ekspektasi sebuah Keinginan …

Untuk aku pribadi, aku punya ekspektasi bisa memiliki alat-alat yang canggih. Aku ingin punya komputer berpentium Quad, berwindows delapan, dan ingin punya gadget Android. Hehehe… Ammiinnn. Yaa meskipun bisa berubah suatu hari nanti kalau kata ayahku setidaknya kamu sudah memiliki keinginan mau meraih apa di masa nanti. Hehehe …

Ada Apple, yang (kini) terus menggodaku untuk membelinya, namun itu dia sobat blogger masalahnya. MAHAL. Oleh karena itu aku coba untuk mengharap sesuatu yang semi-mewah terlebih dahulu, biar aku ada semangat untuk meraihnya. Nah siapa tahu Tuhan kasih rejeki yang lebih … Yah apa yang akan kau beli lagi nanti??? Hahaha …

Bicara mengenai ekspektasi keinginan, kedua teman Fafay ku tadi juga memiliki ekspektasi yang berbeda pula. Yang pertama, fokus pada kemaslahatan keluarga. Kedua, menata ulang tempat tinggal. Nah yang ketiga … untuk dihambur-hamburkan deh. Hahaha :D . Lalu untuk aku apa? Tentunya sih, bisa membahagiakan kedua orangtuaku dengan gaji-gaji yang akan aku dapat kelak aku sudah bekerja nanti (kebahagiaan, bukan kebaha-GIA-an yaa … Haha).

Persempit lagi yuk ruang judul yang ada disini. Semisal mengenai ‘gadget’. Ada beberapa penilaian mengenai ketiga gadget yang diakui di dunia sangat menjadi rival satu sama lainnya. Yap. Apple, Android, dan Blackberry. Temanku yang ini, Febri, sepertinya akan memilih salah satu dari ketiga jenis gadget ini dikarenakan kebanyakan teman-teman kantornya memiliki tipe yang sama. Begitupun dengan Yakub, yang hanya saja berbeda pilihan dengan yang (mungkin) akan dipilih Febri nanti. Aku??? Heemmm ……. Pengen dua dari salah ketiga gadget yang ditawarkan diatas. Soalnya aku pun belum tega untuk meninggalkan gadget kesayanganku yang satu ini. Teman-teman di kontak masih banyak, dan satu-satunya fungsional yang tidak ada di tipe gadget yang lain membuatku semakin tidak tega untuk melepas handphoneku yang satu ini. Dan kalian tahu itu apa?? Yap. Blackberry. Hehehehe …. :D


Demikianlah diskusi santai dari A. Y. Indrayana mengenai sebuah Ekspektasi.

Tadi aku sudah menceritakannya. Kamu semua sudah tahu akan ekspektasiku. Ini ekspektasiku, mana ekspektasimu????