Dear Blogger …

Beberapa saat sebelum posting ini ada, aku sempatkan diriku
untuk blogwalking dulu. Aku menemukan postingan baru dari Ocha Rhoshandha,
Zachronisampurno, dan yang terakhir … Vpie Mahadhifa. Nah… yang terakhir inilah
yang membuat kedua bola mataku terbelalak memantengi layar bening laptopku akan
isi dari postingnya kali ini. Hmmph … bagi yang sudah melihat apa isi
postingnya pasti sudah tahu lah yaa apa akar permasalahannya. Tetapi jika
masalah ini sudah terungkit kedua kali, bagaimana? Haruskah kita menunggu
masalah itu blowing untuk yang ketiga, keempat, sampai yang kelima kalinya?
Tidak kan… ? Oleh karena itu … aku coba untuk berdiskusi mengenai hal ini
karena aku nilai ini cukup serius. Dampaknya, bisa jadi kesenjangan pertemanan
antar blogger, hingga yang paling parah … Permusuhan!!! Nauzubillahhi min
Dzalik …
Yup. Ada diferensi pemaknaan diksi yang menjadi akar masalah
disitu. Bagi beberapa orang, hal itu mungkin menjadi penilaian wajar atau
bahkan sebuah kebiasaan. Tetapi untuk sebagian orang lagi, hal itu bisa jadi bahkan
sangat sensitif. Betul gak sobat blogger?
Gak percaya? Aku coba referensikan pengalaman pribadiku yang
kasusnya hampir menyerupai perseturuan antara Vpie Mahadhifa dengan Miz Tia di
postingan terkininya yaa. Bukan dalam kehidupan blogger kawan, tetapi dalam
status Facebook. Immanuel Laurens Morenzzo, demikianlah nama yang nanti akan
aku samarkan menjadi kata ganti orang “dia” nanti.
Ceritanya begini. Ada salah satu status yang dibuat oleh si
dia, beberapa waktu lalu. Kira-kira statusnya kayak menggalaui sesuatu gitu. Nah,
karena dulu aku juga merasa dekat dengan dia, aku pun coba menimbrungkan diri
komentar di status seorang mantan pengajar Taman Ceria Negeriku itu namun
dengan maksud bercanda. Dan sobat blogger tahu apa yang terjadi selanjutnya???
Jawaban dari komentar balasan itu justru malah menghina aku dengan perkataan
yang tidak sedap!! Kira-kira kurang lebih seperti ini lah :
Hei kau. Gak usah ikut campur urusan saya yaa. Pernah sekolah
kan jangan kayak ***** (maaf sensor)
Aku yang melihat balasan komentar itu seketika langsung “JLEBB”.
Aduuhhh … nusuknya tepat banget. Sakiiitttt …… padahal maksudku hanya bercanda,
yaa semacam kalimat galau lah yaa. Maka seterusnya dari yang dulu kami sempat bersahabat
sekarang saling menjauh karena perkataan demi perkataan dia yang aku nilai ‘kurang
bersahabat lagi’.
Ada hikmah yang aku petik disini, dari kasusku dulu
dengannya dan kasus perseturuan Dhifa dengan seorang blogger itu. Apa itu? Yap.
Menyikapi Arti Bahasa Tulisan.
Sebuah tulisan, dalam faktanya hanya dapat diartikan sebagai
satu lajur kesepahaman yang general sebenarnya. Kalau menilik pengalamanku yang
tadi, aku menilai ada perbedaan tanggapan mengenai makna dari tulisanku itu. Dari
hematku aku komentar sebagai tanda bercanda, dalam hematnya dia bisa jadi
menganggap itu sebuah ejekan. Naahhh …. Sama kasusnya dengan Mbak Mahadhifa
ini. Mungkin menurut ‘orang yang kini sedang berseteru dengannya’ ini,
pemanggilan akrab nama tertentu masih dianggap wajar bahkan mungkin kebiasaan.
Heitt tapi ingat … ada juga yang beranggapan itu menyinggung lho. Iya kan … ?
Jelas sekali sebenarnya ini ‘murni kesalahpahaman’. Oleh
karena itu aku mengajak seluruh sahabat blogger apabila komentar yaa gunakan bahasa
yang wajar-wajar sajalah, yang sopan secara umum dan dapat diterima masyarakat
beretika. Pasti mengerti lah maksud harfiah yang aku katakan itu. Kalau kedua
belah pihak masing-masing dapat menerima bahasa yang enak, yakinlah takkan ada ‘teguran
dari mereka’ lagi. Setuju gak semua … ???
![]() |
www.thecolor.com |
Nah untuk sahabat bloggerku yang sangat aku nanti
kedatangannya untuk komentar ini, Mbak Mahadhifa … maafkanlah dia. Maafkanlah orang-orang
yang mungkin kamu nilai itu sebagai perendahan terhadap dirimu. Kita pun harus
mengerti, mungkin itu sebuah kebiasaan dari mereka untuk menyambut teman
barunya. Hmm … Bukan berarti aku membela dia juga lho. Tidak ada yang aku bela,
karena aku yakin antara kamu dan dia sebenarnya tidak salah. Ini murni
kesalahpahaman saja.
Dan untuk Miz Tia, mungkin coba untuk lebih bijaksana lagi
menanggapi keadaan. Karena blogger itu sangat heterogan mbak. Mau tidak mau,
suka tidak suka, kita harus memahami perbedaan diantara kita dan jangan sampai
perselisihan menjadi nuansa tidak sedap bagi blogger yang lain. Takutnya ada
yang kecipratan pemahaman, akhirnya jadilah hal yang tidak diinginkan. Mungkin
begitu saja diskusi hari ini. Semoga tali silaturahmi blogger bisa tetap baik
dan jangan ada lagi perselisihan apapun alasannya.
Ohya, aku secara pribadi juga ingin mengucapkan :
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1433 HIJRIYAH sahabat blogger
semua …