Senin, 16 Juli 2012

Email sebagai alat komunikasi pengganti surat


Bismillahhirahmanirrahim. Atas restu dari sang Khaliq yang Maha Mencipta Apapun, aku diizinkan kembali untuk bernafas, hidup, dan mengetikkan beberapa untai kalimat di blogger ini. By the way, apa kabarnya nih sahabat blogger yang akan bersiap menjalani bulan suci Ramadhan minggu depan? Tak perlu latihan fisik lah ya, sepertinya… Hehehe. Tetapi kekuatan iman dan keinginan menahan hawa nafsu bisa jadi modal utama dalam menjalani bulan yang dikatakan penuh rahmat ini. Betul bukan?

Yes. Sebelumnya aku pernah mem-posting sharing articles mengenai apa aja yang aku dapatkan di Pekan Jurnalistik Pers Didaktika selama 4 hari yah (tapi baru selesai 2 hari saja :p) dalam judul pekan jurnalistik seminar 2012 (part 1)). Hmm… menanggapi reaksi dan komentar positif dari sahaabt blogger ingin rasanya aku melanjutkan kembali apa yang harus aku bagi kepada sahabat semuanya di hari ke-3 dan ke-4. Hehehe… Tetapi penuls pending dulu yaa… karena ada postingan yang harus, wajib, dan harus dikerjakan oleh aku. Wah, blogging bisa menjadi wajib juga yah hukumnya. Hahaha :D

Heetdaah… tunggu dulu. Khusus di postingan ini memang menjadi wajib bagi aku untuk segera men-share kepada sahabat blogger semua, terutama untuk bu guru dosen aku di kampus Mercubuana, Ibu Gustina Romaria, dosen New media and Society. Loh kok jadi dosen???

Yap. Beliau menyuruh para mahasiswanya (termasuk aku) untuk membuat tugas kampus berupa postingan artikel yang berisikan pertanyaan dan jawaban untuk kemudian dinilai sebagai nilai tugas semester. Kendati demikian, sahabat blogger tetap bisa sharing pendapat mengenai artikel ini kok. Dan judul dari artikel ini aku beri nama “Email, sebagai alat komunikasi pengganti surat”. Jadi, lanjutan sharing articles mengenai Pekan Jurnalistik LDPM Didaktika UNJ Part 2 nya masih menyusul yaa. Hehe.. penasaran kann… akan ada banyak ilmu jurnalistik yang ingin aku share lho. Hehehe :)

Kita bahas sedikit mengenai artikel ini yuk. E-mail, atau surat elektronik (disini aku sebut “surel” yaa), adalah media elektronik yang banyak dipakai orang di seluruh penjuru dunia untuk mengirimkan pesan, data, atau invitasi dengan waktu cepat. Tetapi permasalahannya disini, bagaimana bila ketika media surel disalahgunakan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab, yang dapat berakibat buruk bagi kita? Bagaimanakah manajemen waktu yang tepat antara mengurus email dan kehidupan nyata? Selengkapnya akan dijawab di point-point dibawah ini yaa :)

Yup, demikianlah intermezzo khusus dari aku. Sekarang tanpa perlu berlebar-panjang lagi, aku akan menuliskan artikel berisi jawaban yang dikasihkan dari Ibu Guru Dosen New Media beberapa minggu silam. Bagi sahabat blogger yang ingin juga menanggapi, silakan melalui dinding komentar yaa :)

1. Bila Anda memperoleh email yang tidak memiliki subject, apakah anda akan membukanya?
Pasti akan selalu aku buka. Karena kita tidak akan pernah tahu apa isi didalam surat tersebut. Ibaratnya dapat hadiah ulang tahun, bungkusan tidak akan dapat kita tebak sebelum kita membukanya, kan? Hanya saja, jika isinya dianggap tabu dan mencurigakan (bukan silet lho :p) ya lebih baik dihapus saja. Surat yang tidak sehat dapat berakibat buruk juga bagi kita.

2. Curigakah anda terhadap email yang tidak jelas?
Bila dikatakan curiga, yaa… bisa jadi iya. Karena tidak pelak, sumber komunikasi email menjadi wadah yang paling bermanfaat bagi para hacker, junkmailer, dan virusmaker dalam menyebarkan link-link berbahaya yang dapat merusak komputer kita.

3. Apakah anda akan membaca email yang berasal dari sumber yang anda tidak kenal?
Itu harus. Membuka berarti harus membaca. Seperti dilansir aku pada nomor 1, setiap email yang masuk kita harus membukanya kalau kita ingin tahu apa isinya. Betul? Terlepas apakah konten dalam surat itu positif atau negatif, dengan membaca terlebih dahulu membuat kita menjadi tahu apa isi yang ada didalamnya. Masalah reaksi selanjutnya, tergantung dari kita. Mau selanjutnya dibuang atau dibuat junk. Begitu.

4. Realita nyatanya, saat ini banyak virus yang berasal dari email, dan jika suatu email dibuka maka virus akan tersebar di komputer (seperti aku lansir di nomor dua). Lalu, apakah anda menjadi takut dan tidak membuka email lagi?
Ooh tidak tidak. Jangan harap bisa membuat aku menjadi takut ber-email ria dikemudian hari. Hahaha (sedeng dikit :D). Maksud aku, email masih menjadi wadah andalan aku dalam berbagi informasi dan mengirimkan data apapun, kapanpun, dimanapun, dan berapapun. Email masih sangat penting bagi aku. Terutama dalam hal notifikasi adanya komentar dari blog aku. Setiap ada komentar masuk, pasti ada bunyi “celing” dari handphone blackberryku. Hehehe :D

5. Apa yang anda lakukan ketika menemui email sepertri itu? Jelaskan!
Penjabaran sederhananya aku akan tetap membuka surel itu, dan mengetahui apa isinya. Jika didalamnya berisi tautan alias link yang mencurigakan dan berbahaya, langsung aku hapus. Sebuah email tidak akan langsung menyebarkan virus jika kita tidak mengklik tautan yang dituju.

6. Tidak jarang, email menjadi media untuk saling mengejek, menghujat atau untuk memuat lelucon buruk. Kadang, saat melakukan transaksi bisnis, email digunakan untuk hal yang tidak sepantasnya (cth: tidak sabar menunggu jawaban sehingga terus menerus mengirim email). Apakah Anda bisa menyebutkan bahwa dengan kondisi ini sudah dalam kondisi kemajuan?
Ya memang. Dalam sebuah media pasti memiliki plus minusnya. Betul bukan sahabat blogger? Terlebih, media internet seperti email itu kecendrungan dipakai oleh se-heterogen manusia di seluruh dunia. Tidak ada filter khusus, jadi hal seperti itu sangatlah memungkinkan. Kendati demikian, harus diakui bahwa dalam kondisi ini sebenarnya justru adalah semuah kemajuan tersendiri dalam hal berkomunikasi jarak jauh. Tanpa adanya insiden seperti ini, kita tentu tidak akan pernah menilai seberapa tangguh media email ini sebagai wadah penyebar informasi yang efektif.

7. Bagaimana sifat "agresif" mempengaruhi kecepatan, isi, dan nada pesan elektronik e-mail?
Seimbang tidaknya antara elemen agresifitas dengan kecepatan, isi, dan nada pesan surel itu ditentukan dari masing-masing individu yang menjalankannya. Seagresif apakah orang itu dalam mengirimkan email, berikut penantian feedbacknya. Namun bila bicara peranan dari agresifitas itu terhadap ketiga elemen email tadi, menurut aku kecepatan dari media surel tersebut telah mewakili rasa agresifitas dari individu yang memakainya.

8. Apakah Anda setuju dengan saya bahwa e-mail telah menjadi "sebuah gangguan tak henti-hentinya, kewajiban nonstop, dan sumber pembuat stres dan kecemasan"? Mengapa dan mengapa tidak?
Ooh tidak. Itu berlebihan bu. Sebab, tidak selamanya email menjadi sumber bala alias bencana baik buat komputer maupun kita sendiri. Mengenai gangguan yang berkepanjangan, sebaiknya kita buat alamat email baru dan mulai menerapkannya pada teman-teman kita. Antisipasi dari awal juga penting demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

9. Rata-rata, berapa banyak waktu yang Anda habiskan menulis dan menjawab e-mail setiap hari?
Tergantung. Seberapa banyak email yang masuk dan harus aku balas. Tetapi aku adalah orang yang tidak terlalu sering dalam berurusan melalui email. Hanya pakai ketika perlu dan penting saja. Intensitasnya, bisa 3 kali dalam 3 hari.

10. Apakah Anda menganggap bahwa Anda sudah menggunakan waktu dengan baik?
Menurut saya sudah bu. Waktu aku telah teroganisir dengan baik. Lagipula, untuk mengirim dan membalas sebuah surel itu tidak memerlukan waktu lama. Media smartphone yang aku miliki dengan fitur push emailnya sangat membuat waktu aku lebih efisien dan gak ribet.



Bagaimana sahabat blogger menanggapi kesepuluh pertanyaan itu? Apakah sahabat blogger memiliki pandangan lain?? Share bersama disini yuk ^ ^