Senin, 17 Desember 2012

Seperti Perumpamaan Analogi …

Salam Blogger …


Ketika rintihan air mata tak mampu lagi menanggulangi betapa banyaknya rasa penyesalan yang ada dalam diri, maka bukan lagi sesal yang dapat ku rasakan. Hanya tetesan kebahagiaan yang bisa menghapus semua rasa bersalah itu sedikit demi sedikit. Analoginya adalah sebuah batu. Jika terus-menerus ditetes air maka batu yang tadinya keras itu akan pecah dengan sendirinya. Dan ketika kebahagiaan telah mampu menghapus semua ingatan kesalahan yang pernah dibuat oleh kita, maka kita bisa menilai sendiri. Cinta, akan kembali menghapus rasa benci.


Dan apa yang ada dalam benak dan hasrat ini, disaat kamu mencoba untuk meluluhkan semua rasa bersalahku padamu, di saat itu juga aku semakin merasa nyaman bersama kamu. Sikap egoisme yang kerap kali melanda kita, seringkali membuat atmosfir di antara kita seperti awan mendung yang hendak meniupkan angin badai dalam sebentar saja. Hingga di bawah sadar kita berteriak, mempertahankan keinginan bak dua kucing jantan yang sedang beradu karena sepotong makanan. Lalu pada akhirnya, salah satu di antara kita mengalah dan kembali berdamai lalu hubungan kami berjalan sebagaimana mestinya.

 

Aku sadar secara penuh, bahwa cinta memang tidak bisa dipaksakan. Tetapi menjaga cinta yang sudah kita bina pasti bisa kita lakukan. Tidak perlu menimang seberapa besar cintamu untuknya. Cukup dibuktikan … baik melalui lisan, tulisan, atau perbuatan terhadap dirinya. Lalu lakukanlah perhatian rutin akan dirinya sebagai tanda bahwa kita memang benar-benar mencintainya.



Adalah dia. Seorang gadis yang cukup mampu membuat hidupku berputar setengah haluan. Seorang gadis yang baik, penuh cinta, perhatian, dan sayang kepadaku. Aku bisa merasakan itu. Dalam setiap sentuhan tanganmu, harmoni damai hati seperti dua burung merpati yang saling membelai satu sama lain dalam sebuah sangkar kecil. Yang sangat kurindukan, dan yang sangat kunantikan … Ketika kamu tersenyum kepadaku disaat ku butuh kasih sayang darimu. Alangkah bahagianya aku bisa memiliki perempuan sebaik dirimu.


Setelah apa yang sudah kita lalui, kini kita semakin terikat seperti dua daun yang menuruni aliran air yang turun menuju hilir dengan banyaknya bebatuan yang menghalangi mereka turun dari atas hulu. Kamu memberiku arti, sebuah cinta yang bisa aku terapkan dalam diri. Menyelesaikan masalah demi masalah dengan tenang dan saling pengertian layaknya beberapa ekor semut yang dengan cepatnya bertoleransi akan keberhasilan rekannya yang sudah mendapatkan makanan terlebih dahulu. Kita tak lelah dalam menumbuhkan rasa sayang yang teramat dalam seperti kupu-kupu yang dengan lelahnya mengepakkan sayapnya demi menggapai bunga untuk dihisap madunya. Sekarang, aku dan kamu sudah tidak ada alasan lagi untuk berpisah, kecuali takdir Tuhan yang menentukan segalanya…



It's just for You ...   :)



*bersambung*
(sequel continues on Seperti Perumpamaan Analogi …(Part 2) : Lanjutan)