Salam Blogger …
Ketika rintihan air mata tak mampu lagi menanggulangi betapa
banyaknya rasa penyesalan yang ada dalam diri, maka bukan lagi sesal yang dapat
ku rasakan. Hanya tetesan kebahagiaan yang bisa menghapus semua rasa bersalah
itu sedikit demi sedikit. Analoginya adalah sebuah batu. Jika terus-menerus
ditetes air maka batu yang tadinya keras itu akan pecah dengan sendirinya. Dan
ketika kebahagiaan telah mampu menghapus semua ingatan kesalahan yang pernah
dibuat oleh kita, maka kita bisa menilai sendiri. Cinta, akan kembali menghapus
rasa benci.
Dan apa yang ada dalam benak dan hasrat ini, disaat kamu
mencoba untuk meluluhkan semua rasa bersalahku padamu, di saat itu juga aku
semakin merasa nyaman bersama kamu. Sikap egoisme yang kerap kali melanda kita,
seringkali membuat atmosfir di antara kita seperti awan mendung yang hendak
meniupkan angin badai dalam sebentar saja. Hingga di bawah sadar kita
berteriak, mempertahankan keinginan bak dua kucing jantan yang sedang beradu
karena sepotong makanan. Lalu pada akhirnya, salah satu di antara kita mengalah
dan kembali berdamai lalu hubungan kami berjalan sebagaimana mestinya.
Aku sadar secara penuh, bahwa cinta memang tidak bisa
dipaksakan. Tetapi menjaga cinta yang sudah kita bina pasti bisa kita lakukan.
Tidak perlu menimang seberapa besar cintamu untuknya. Cukup dibuktikan … baik
melalui lisan, tulisan, atau perbuatan terhadap dirinya. Lalu lakukanlah
perhatian rutin akan dirinya sebagai tanda bahwa kita memang benar-benar
mencintainya.
Adalah dia. Seorang gadis yang cukup mampu membuat hidupku
berputar setengah haluan. Seorang gadis yang baik, penuh cinta, perhatian, dan
sayang kepadaku. Aku bisa merasakan itu. Dalam setiap sentuhan tanganmu,
harmoni damai hati seperti dua burung merpati yang saling membelai satu sama
lain dalam sebuah sangkar kecil. Yang sangat kurindukan, dan yang sangat
kunantikan … Ketika kamu tersenyum kepadaku disaat ku butuh kasih sayang
darimu. Alangkah bahagianya aku bisa memiliki perempuan sebaik dirimu.
Setelah apa yang sudah kita lalui, kini kita semakin terikat
seperti dua daun yang menuruni aliran air yang turun menuju hilir dengan
banyaknya bebatuan yang menghalangi mereka turun dari atas hulu. Kamu memberiku
arti, sebuah cinta yang bisa aku terapkan dalam diri. Menyelesaikan masalah
demi masalah dengan tenang dan saling pengertian layaknya beberapa ekor semut
yang dengan cepatnya bertoleransi akan keberhasilan rekannya yang sudah
mendapatkan makanan terlebih dahulu. Kita tak lelah dalam menumbuhkan rasa
sayang yang teramat dalam seperti kupu-kupu yang dengan lelahnya mengepakkan
sayapnya demi menggapai bunga untuk dihisap madunya. Sekarang, aku dan kamu
sudah tidak ada alasan lagi untuk berpisah, kecuali takdir Tuhan yang
menentukan segalanya…
It's just for You ... :)
*bersambung*
(sequel continues on Seperti Perumpamaan Analogi …(Part 2) : Lanjutan)
*bersambung*
(sequel continues on Seperti Perumpamaan Analogi …(Part 2) : Lanjutan)