Senin, 01 Oktober 2012

Journey to the Sangiran site …

Assalammu’alaikum … Samparsun Rampes … (adaptasi lagi salam dari kang Cilembu Thea. Hehe). Gimana kabarnya sahabat blogger semua… Pembuka Oktober pasti juga jadi pembuka semangat baru bagi sobat blogger dalam menjalani aktivitasnya. Iya kan? Nah untuk posting kali ini, ada baiknya kalau kita jalan-jalan sejenak ke sebuah lokasi museum yang berada di pertengahan ujung timur Jawa Tengah ini. Yap, tempat ini dinamakan Museum Situs Purbakala Sangiran. Penasaran ada apa aja didalamnya? Yuk kita jalan-jalan bersama …

Setelah sebelumnya menemukan dua sobat blogger yang aku kunjungi beberapa waktu tadi, membuat aku jadi terinspirasi untuk menulis postingan sejenis laporan reportase. Tak ingin kalah dari kang Zachronisampurno, sahabat blogger yang sekarang merangkap posisi sebagai seorang wartawan. Dan, mengikuti posting demi posting dari si Gia Sitti Ghaliyah, yang ingin sekali pergi ke museum-museum, menarik minat aku untuk memposting tulisan spesial edisi jalan-jalan untuk kali ini.


Sebenarnya kunjungan aku ke museum ini sudah dari satu tahun yang lalu, tepatnya saat keluarga besar aku tengah mudik, dan menyelesaikan rangkaian agenda wajib yang dicanangkan keluarga aku selama aku berada di kampung tercinta, di Solo, Jawa Tengah. Tapi gak apa-apa yah kalau aku posting sekarang.... ^ ^

Perjalanan ‘start’ bermula dari kediaman keluargaku di Kampung Nirbitan, Tipes, Solo, Jawa Tengah pada pukul 08.00 pagi. Bersama satu rombongan menaiki bus mini berangkatlah kami ke tempat tujuan. Lokasinya pun bisa dikatakan lumayan jauh, bisa memakan waktu hingga dua jam lamanya. Tak ada yang dapat dilihat, selain rerumputan sawah, para ilalang, dan rumah-rumah ala gubuk dalam jarak yang ada hingga hitungan 100 meter satu sama lain.

Sampai di Sangiran, situs yang berlokasi di Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu, kami disambut sapa oleh sebuah batu besar hitam berada tak jauh di depan aku. Ini fotonya …



Okee. Mari kita masuk ke dalam sekarang. Dengan biaya seribu rupiah kita sudah bisa melihat situs yang isinya, benda-benda peninggalan masa kuno pada zaman manusia purba. Woow… Kita akan menemukan temuan sisa-sisa kehidupan masa lampau yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari.

Salah satunya ini. Homo Erectus. Hal yang sangat menarik adalah berdasarkan penelitian bahwa manusia purba jenis Homo Erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran sekitar lebih dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Dan ternyata jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di dunia.(Widianto,et.al.,1996). Namun tidak hanya itu, kandungan batu yang pernah digunakan oleh manusia purba itu pun sangat banyak, sehingga kita bisa secara jelas mengetahui ataupun mengungkap kehidupan manusia purba beserta budaya yang berkembang saat itu.

manusia purba sangiran


ALAT-ALAT HOMO ERECTUS ....

Koenigswald, pertama kali menemukan alat-alat batu Sangiran di Perbukitan Ngebung. Namun alat-alat batu ini sulit ditentukan usianya karena merupakan temuan permukaan, sehingga hilanglah sudah konteks sebenarnya. Pada tahun 1990 diadakan penggalian secara sistematis di Ngebung untuk mengetahui usia pasti kebudayaan Homo Erectus di Sangiran. Ekskavasi ini menghasilkan temuan spektakuler berupa sisa manusia, sisa fauna, dan artefak batu secara in-situ, yang memiliki suatu kesamaan dengan temuan Koenigswald. Semua temuan ini berada pada lapisan fluviovolkanik anggota Formasi Kabuh yang berusia sekitar 700.000 tahun yang lalu. Huuu….woow. Penggalian di Dayu menyingkap temuan alat-alat batu pada lapisan grenzbank berusia tidak kurang dari 800.000 tahun yang lalu. Setelah dilakukan penggalian yang lebih dalam lagi, pada lapisan lempung hitam Formasi Pucangan yang berusia 1,2 juta tahun yang lalu ditemukan konsentrasi alat-alat serpih dalam jumlah yang banyak.




itulah himpunan alat-alat Homo Erectus paling tua di Indonesia




FAUNA PURBA KALA PLESTOSEN

Selain potensi akan kandungan fosil manusia dan artefaknya, di Sangiran juga sangat banyak menyimpan fosil-fosil fauna. Fosil-fosil ini berada pada seluruh tingkatan stratigrafi tanah Sangiran sehingga cukup berbeda dengan fosil-fosil manusia dan alat-alatnya yang ditemukan pada lapisan tanah tertentu. Eksistensinya dapat ditemukan kembali pada tingkatan stratigrafi dari Formasi, Kalibeng, Pucangan, grenzbank, kabuh, dan Notopuro.

Crocodilus (Buaya)

Gavialus Bengawanensis (Buaya Sungai)



gading gajah

kepala kerbau purba




Sayang saja foto-foto yang lainnya telah hilang oleh karena proses installasi Windows beberapa waktu silam. Hmm....

Demikianlah cerita pelesiran ala Indrayana. Muga kiranya dapat menjadi inspirasi jalan-jalan buat sobat blogger semua ... ^ ^


Ingin lain waktu ke sana lagi ... rasanya  ^ ^