Assalammu’alaikum … Samparsun Rampes … (adaptasi lagi salam
dari kang Cilembu Thea. Hehe). Gimana kabarnya sahabat blogger semua… Pembuka
Oktober pasti juga jadi pembuka semangat baru bagi sobat blogger dalam
menjalani aktivitasnya. Iya kan? Nah untuk posting kali ini, ada baiknya kalau kita jalan-jalan
sejenak ke sebuah lokasi museum yang berada di pertengahan ujung timur Jawa
Tengah ini. Yap, tempat ini dinamakan Museum Situs Purbakala Sangiran.
Penasaran ada apa aja didalamnya? Yuk kita jalan-jalan bersama …
Setelah sebelumnya menemukan dua sobat blogger yang aku
kunjungi beberapa waktu tadi, membuat aku jadi terinspirasi untuk menulis
postingan sejenis laporan reportase. Tak ingin kalah dari kang
Zachronisampurno, sahabat blogger yang sekarang merangkap posisi sebagai
seorang wartawan. Dan, mengikuti posting demi posting dari si Gia Sitti Ghaliyah, yang ingin sekali pergi ke museum-museum, menarik minat aku untuk memposting
tulisan spesial edisi jalan-jalan untuk kali ini.
Sebenarnya kunjungan aku ke museum ini sudah dari satu tahun
yang lalu, tepatnya saat keluarga besar aku tengah mudik, dan menyelesaikan
rangkaian agenda wajib yang dicanangkan keluarga aku selama aku berada di
kampung tercinta, di Solo, Jawa Tengah. Tapi gak apa-apa yah kalau aku posting
sekarang.... ^ ^
Perjalanan ‘start’ bermula dari kediaman keluargaku di
Kampung Nirbitan, Tipes, Solo, Jawa Tengah pada pukul 08.00 pagi. Bersama satu
rombongan menaiki bus mini berangkatlah kami ke tempat tujuan. Lokasinya pun
bisa dikatakan lumayan jauh, bisa memakan waktu hingga dua jam lamanya. Tak ada
yang dapat dilihat, selain rerumputan sawah, para ilalang, dan rumah-rumah ala
gubuk dalam jarak yang ada hingga hitungan 100 meter satu sama lain.
Sampai di Sangiran, situs yang berlokasi di Kabupaten
Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu, kami
disambut sapa oleh sebuah batu besar hitam berada tak jauh di depan aku. Ini
fotonya …
Okee. Mari kita masuk ke dalam sekarang. Dengan biaya seribu
rupiah kita sudah bisa melihat situs yang isinya, benda-benda peninggalan masa
kuno pada zaman manusia purba. Woow… Kita akan menemukan temuan sisa-sisa
kehidupan masa lampau yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari.
Salah satunya ini. Homo Erectus. Hal yang sangat menarik adalah berdasarkan penelitian bahwa
manusia purba jenis Homo Erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran sekitar
lebih dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta
tahun. Dan ternyata jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba
yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang
ditemukan di dunia.(Widianto,et.al.,1996). Namun tidak hanya itu, kandungan
batu yang pernah digunakan oleh manusia purba itu pun sangat banyak, sehingga
kita bisa secara jelas mengetahui ataupun mengungkap kehidupan manusia purba
beserta budaya yang berkembang saat itu.
manusia purba sangiran |
ALAT-ALAT HOMO ERECTUS ....
Koenigswald, pertama kali menemukan alat-alat batu Sangiran
di Perbukitan Ngebung. Namun alat-alat batu ini sulit ditentukan usianya karena
merupakan temuan permukaan, sehingga hilanglah sudah konteks sebenarnya. Pada
tahun 1990 diadakan penggalian secara sistematis di Ngebung untuk mengetahui
usia pasti kebudayaan Homo Erectus di Sangiran. Ekskavasi ini menghasilkan
temuan spektakuler berupa sisa manusia, sisa fauna, dan artefak batu secara
in-situ, yang memiliki suatu kesamaan dengan temuan Koenigswald. Semua temuan
ini berada pada lapisan fluviovolkanik anggota Formasi Kabuh yang berusia
sekitar 700.000 tahun yang lalu. Huuu….woow. Penggalian di Dayu menyingkap
temuan alat-alat batu pada lapisan grenzbank berusia tidak kurang dari 800.000
tahun yang lalu. Setelah dilakukan penggalian yang lebih dalam lagi, pada
lapisan lempung hitam Formasi Pucangan yang berusia 1,2 juta tahun yang lalu
ditemukan konsentrasi alat-alat serpih dalam jumlah yang banyak.
itulah himpunan alat-alat Homo Erectus
paling tua di Indonesia
FAUNA PURBA KALA PLESTOSEN
Selain potensi akan kandungan fosil manusia dan artefaknya,
di Sangiran juga sangat banyak menyimpan fosil-fosil fauna. Fosil-fosil ini
berada pada seluruh tingkatan stratigrafi tanah Sangiran sehingga cukup berbeda
dengan fosil-fosil manusia dan alat-alatnya yang ditemukan pada lapisan tanah
tertentu. Eksistensinya dapat ditemukan kembali pada tingkatan stratigrafi dari
Formasi, Kalibeng, Pucangan, grenzbank, kabuh, dan Notopuro.
Crocodilus (Buaya) |
Gavialus Bengawanensis (Buaya Sungai) |
![]() |
gading gajah |
![]() |
kepala kerbau purba |
Sayang saja foto-foto yang lainnya telah hilang oleh karena proses installasi Windows beberapa waktu silam. Hmm....
Demikianlah cerita pelesiran ala Indrayana. Muga kiranya dapat menjadi inspirasi jalan-jalan buat sobat blogger semua ... ^ ^
Ingin lain waktu ke sana lagi ... rasanya ^ ^
Demikianlah cerita pelesiran ala Indrayana. Muga kiranya dapat menjadi inspirasi jalan-jalan buat sobat blogger semua ... ^ ^
Ingin lain waktu ke sana lagi ... rasanya ^ ^