http://aryasupang.files.wordpress.com |
Assalammu’alaikum wr. Wb.
Pasti banyak yang bertanya-tanya yaa kenapa hampir seluruh komentarku di blog teman-teman terselip kalimat "maaf" di akhir kolom komen semuanya?? Hehehe.... Iyaa betul. Aku mau minta maaf sebelumnya buat temen-temen blogger yang udah lama banget gak aku kunjungin blognya dan komen karena kesibukan disini yang aku gak mengira akan harus membengkalai kegiatan blogwalking yang sangat aku cintai ini. Pokoke minta maaf banget dari aku yang sedalam-dalamnya....
Lain kapan aku share-share deeh kenapa aku bisa dengan lamanya ninggalin dunia blog ini. Huhuhuu :'(
Alkhamdulillah … akhirnya bisa kembali berada disini untuk menuliskan posting lagi setelah lagi-lagi hampir seminggu terbengkalai. Huffh… huffhh… Kali ini, aku igin cerita mengenai kisah nyata dari hidupku yang sudah pernah aku janjikan kepada Mas Rawins beberapa saat lalu ketika ia pernah memposting tentang seorang pejuang reformasi keislaman, yakni Sekar Madji Marijan Kartosoewiryo. Hmm.. ada apakah gerangan??
Pasti banyak yang bertanya-tanya yaa kenapa hampir seluruh komentarku di blog teman-teman terselip kalimat "maaf" di akhir kolom komen semuanya?? Hehehe.... Iyaa betul. Aku mau minta maaf sebelumnya buat temen-temen blogger yang udah lama banget gak aku kunjungin blognya dan komen karena kesibukan disini yang aku gak mengira akan harus membengkalai kegiatan blogwalking yang sangat aku cintai ini. Pokoke minta maaf banget dari aku yang sedalam-dalamnya....
Lain kapan aku share-share deeh kenapa aku bisa dengan lamanya ninggalin dunia blog ini. Huhuhuu :'(
Alkhamdulillah … akhirnya bisa kembali berada disini untuk menuliskan posting lagi setelah lagi-lagi hampir seminggu terbengkalai. Huffh… huffhh… Kali ini, aku igin cerita mengenai kisah nyata dari hidupku yang sudah pernah aku janjikan kepada Mas Rawins beberapa saat lalu ketika ia pernah memposting tentang seorang pejuang reformasi keislaman, yakni Sekar Madji Marijan Kartosoewiryo. Hmm.. ada apakah gerangan??
Ok. Mari kita berhenti berspekulasi terlebih dahulu.
Intermezzo kali ini adalah, mohon maaf kepada sahabat blogger yang belum sempat
aku BW selama hari ini yaa… Maaf, maaf bangeettt….. Kondisi fisik yang kurang
baik ditambah dengan manajemen waktu yang kurang teratur menyebabkan kegiatan
blogging jadi agak terganggu. Maaf… sekali lagi maaffff bangeeetttt. Hehehe…
Mungkin aku akan cerita mengapa aku bisa jadi sesibuk ini dalam posting
selanjutnya yah…
Yap. Back to the topik…
Baru ini kali aku rasanya ketir-ketar dalam menjalankan
hidup yang menurutku kurang sesuai porsi kenyamanannya. Mau dibilang enak
memilih posisi ini, takut dibilang salah. Eh giliran mau memilih posisi lain,
takut disangka pengikut pemikiran orang. Begitupun juga dengan topik yang akan
kita diskusikan ini. Entahlah aku tidak mau mengecap apakah yang pernah
kutempuh ini salah atau benar, tetapi yang pasti ini semua sudah terjadi dan
aku tidak bisa mengulang waktu yang sama hanya karena aku ingin mengembalikan
sejarah hidupku menjadi normal seperti biasa, karena langkah yang pernah
kutempuh ini pernah membuat hancur berantakan keharmonisan dalam keluargaku.
Ehh.. Kok begitu???
Yap. Negara Islam Indonesia. Aku terinspirasi dari posting
yang pernah diangkat oleh Mas Rawins dalam judul “Kartosoewiryo” nya beberapa
saat lalu. Sekaligus teringat masa yang pernah kualami akibat dari negara
besutan beliau tersebut, aku ingin sharing kepada sahabat blogger semua agar
kita bisa memilih sendiri, dan menilai sendiri yang manakah yang harus kita
sikapi dan yang mana pula harus kita jauhi. Tetapi kalau bisa, jauhilah langkah
yang satu ini.
Pendiri Negara Islam Indonesia, atau selanjutnya kita sebut
saja NII, menekankan pada visi dan misi menjadikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) menjadi Negara Islam. Yap. Negara yang total 1000 persen
Islam, mulai dari rakyatnya, pemimpinnya, hukumnya, aturannya, hingga sampai ke
ujung-ujung hal yang kecil semuanya diislamkan. Dasar mulanya simpel, karena dahulu
kala Nabi Muhammad SAW pernah hijrah dari Makkah menuju Madinah, dan beliau
membangun kehidupan baru yang lebih baik disana. Atas dasar inspirasi itulah
mereka para missionaris NII semakin gencar dalam mengajak masyarakat luas untuk
hijrah kependudukan (bukan hijrah = terbang ke luar negeri) dari identitas NKRI
menjadi NII.
Cerita bermula dari aku yang dulu pernah ikut training kerja
di Bursa Efek Indonesia Berjangka (BBJ), aku berkenalan dengan seorang gadis
yang sangat cantik sekali. Yap, dia cantik banget. Hehehe… (Uhuk.. :p). Setelah berkenalan kita, beberapa hari
aku dan dia makin akrab saja. Sipplah… Pada saat itu aku mikirnya masih yang
simpel-simpel, yakni berteman aja dulu, tar juga tiba waktunya #halaahhh..
apasih :D
Tak lama setelah beberapa hari, ia mengajakku ke sebuah
rumah yang terletak di kawasan Balekambang, Condet, Jakarta Timur, tepatnya di
Jalan Masjid Al-Mabruk (hanya saja aku lupa nomor rumahnya). Aku diperkenalkan
dengan seseorang yang mengaku-ngaku sebagai guru les Bahasa Jepang. Keysia,
bukan nama sebenarnya, demikianlah ia kenalkan dirinya kepadaku saat itu.
Setelah aku diajak masuk ke dalam rumahnya, setelah sebelumnya aku pernah
diajak untuk belajar Bahasa Jepang olehnya. Namun apa teman-teman, bukan
pelajaran Bahasa Jepang yang aku peroleh, tetapi diskusi kritis tentang kondisi
Indonesia dan bedah Al-Quran. Waduhhh…
Aku paham betul ilmuku dalam membedah Al-Quran bahkan belum
ada seperkecilnya, tetapi aku tahu tatanan hidup beragama dan bertoleransi
sehari-hari yang aku pegang dalam sebuah keyakinan yang aku teguhkan sendiri,
termasuk dalam mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani, meyakini hari
Valentine sebagai hari kasih sayang yang bukan untuk dirayakan tetapi untuk
dirasakan, dan masih banyak lainnya. Sampai” aku harus berbeda pendapat sama
Mbak Dini.. Hehe, tetapi yang namanya keyakinan dan pendapat, yaaa….. sudahlah.
Toh, ini pendapat saya sendiri.
Tetapi dalam diskusi yang aku hampiri di kediaman Keyshia di
Condet itu merelevansikan ketidakseimbangan hidup dengan hukum dan dalil
Al-Quran. Semuanyaaaa. Disitu aku tidak disuruh untuk membaca huruf arabnya,
tetapi aku disuruh untuk memahami artinya. Karena menurut mereka, bisa baca
arabnya tetapi tidak paham betul sama maknanya tak ubahnya seperti orang bule
yang berbicara bahasa Indonesia tetapi tidak tahu arti dari kalimat yang ia
ucapkan itu.
Kemacetan Jakarta, korupsi, pembunuhan, penculikan,
pemerasan, pokoknya semua yang jelek-jelek yang sering terjadi di Indonesia
mereka menuding karena hukum yang negara kita pakai saat ini, KUHP, tidak cocok
dengan negara kita, tetapi hanya cocok menggunakan hukum Islam alias Al-Quran.
Juga, mereka sempat membawa-bawa sedikit isu SARA bahwasanya negara yang
memiliki 5 agama dalam satu negara (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha)
tak ubahnya seperti Pohon Pinang. Pohon yang dikenal sebagai pohon berbuah
heterogen itu diyakini akan mudah sekali jatuh ke bawah tanah. Diidentikkan
dengan mereka kondisi Indonesia saat ini yang banyak sekali hutang dari Bank
Dunia pasti akan jatuh dan tak terselamatkan lagi.
Memang pada prinsipnya mereka para missionaris NII itu
menentang sistem Liberalian yang ada saat ini di negara kita. Tapi ini tidak
ada kaitannya dengan Bapak Kebebasan JIL atau Jaringan Islam Liberal dengan
pendirinya Mister Ullil Abshar Abdalla. Sama sekali tidak ada, hanya para
missionaris NII ini menginginkan negara kita Indonesia negara yang tidak hanya
mendepak jauh-jauh sistem Liberalian ini, tetapi juga menjadikan negara yang
berhukum pedoman Al-Quran, dan menjadikan seluruh rakyatnya beragama Islam.
Tapi berbicara tentang menjadikan seluruh rakyat Indonesia
beragama Islam, itu tidak akan pernah terjadi. Mau bagaimanapun caranya dan
apapun strateginya, mau tidak mau dan suka tidak suka itu urusannya sudah
keyakinan. Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa agama lain adalah salah karena
mereka para penganut agama lain memiiki dasar dan kitab yang mereka yakini
sendiri sebagai penuntun hidup hingga akhir zaman nanti.
Nah, kalau sudah begini, masihkah mereka para Missionaris
menjalankan tugasnya yang mereka yakini diri mereka sebagai “Pejuang Islam”
tersebut????
Lalu bagaimana dengan aku yang sudah pernah terjun ke dalam
sana??? Apa saja pengalaman yang aku dapat????
Mengapa aku harus mengklaim langkah aku masuk ke NII adalah
langkah yang SANGAT SALAH????
Tunggu kelanjutannya dalam posting “Kesalahan Terbesar …
(Part 2) : NII dan Ceritaku” yaa…….