Dear Blogger …
Assalammualaikum … Lagi-lagi si penulis kecil Indrayana
menuliskan sebuah artikel kembali untuk sobat blogger. Lewat tiga hari saja
rasanya dalam hati … seperti gimana gitu. Hehe … Kali ini aku akan mengulas
sedikit cerita pelesiran singkatku mengenai sebuah tempat wisata yang tak kalah
dengan yang lainnya. Sarat edukasi, namun penuh akan hal yang menyenangkan.
Dimanakah itu? Hehe .. nanti dulu bung/mbak. Juga, pada point utama kali ini
aku akan sedikit mengulik sebuah inspirasi yang datang dari grup yang
sehari-harinya mencari nafkah demi menghidupi masing-masing dari mereka. Penasaran
apa? Yuk kita simak yang berikut ini …
Okei. Langsung pada point intermezzo terlebih dahulu. Ketika
sobat blogger lelah dalam beraktivitas dan merencanakan akan pergi ke suatu
tempat yang menyenangkan dan menyegarkan pikiran sobat blogger semua, ada
banyak tempat referensi yang tersedia untuk dikunjungi. Salah satunya adalah
Situs Museum Purbakala Sangiran yang pernah aku posting beberapa waktu lalu,
dan yang kedua … inilah dia. Wisata Kota Tua. Jeng jeng jeennggg…
*bunyikeyboard* :D
Bagi yang sudah cukup lama bermukim di DKI Jakarta pasti
sudah mengenal lokasi wisata yang satu ini. Yap … tidak lain dan tidak bukan
adalah Museum Fatahillah. Eitt … tunggu dulu. Tidak perlu berkecil hati
mendengar kata ‘museum’ yang satu ini yaa. Meskipun namanya museum, namun
tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi. Karena tak hanya berisi tempat
bersejarah peninggalan jaman Belanda saja yang ada disini. Bila kita melihat
seisi lapangan di sekitar Fatahillah ini, kita akan menemukan banyak jasa
penyewaan Sepeda Onthel yang bisa kita sewakan, atraksi unik dari para
komunitas atau grup, museum seni rupa, Pelabuhan Sunda Kelapa, hingga jajanan
souvenir unik khas Jakarta.
Bicara tentang ongkos marongkos, pergi berwisata ke tempat
yang sudah lama diresmikan oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin ini
terbilang cukup terjangkau. Untuk berkeliling si sekitar lapangan dan sekadar
foto-foto kita bisa dengan bebas melakukannya. Untuk masuk ke Museum Fatahillah
kita cukup membayar Rp. 3000 per orang untuk tanda registrasi. Bila kita ingin
merasakan uniknya naik sepeda zaman Batavia kita hanya mengambil kocek sekitar
Rp. 10.000 per sepeda untuk satu jamnya. Terjangkau, bukan?
![]() |
Sugeng, ketua Grup Komunitas di sebelah kiri |
Kuda Lumping Singoludro dan aktivitasnya
Yup. Setelah berlebar panjang bicara mengenai Kota Tua tadi,
kini saatnya mengulik tentang grup yang bisa dibilang sudah lama bermain di
tempat wisata ini. Ada yang menarik bila kita mengunjungi kawasan ini setiap
hari Jum’at, Sabtu dan Minggu. Siapakah mereka? Mereka adalah sekelompok ‘pengamen’
yang biasa mangkal di hari-hari weekend ini. Hmm … tunggu dulu. Bukan ‘pengamen’
seperti yang ada di sekitaran umum itu yaa.
Melainkan mereka adalah Grup Kuda Lumping Singoludro. Grup
yang didirikan sejak tahun 1969 itu banyak menyuguhkan beragam atraksi atau
debut yang sering ditampilkan di sini, diantaranya adalah Kuda Lumping dan Makan
Beling. Kuda lumping itu sendiri diperankan oleh anak kecil berusia lima tahun, dibungkus pakai kain kaffan dengan panjang sekitar 50 meter dikafer dengan kain putih lagi. Selain itu, atraksi lainnya ada Manusia Makan Api, Manusia Akrobat Topang Harimau, Manusia masuk Tong dengan
kuda lumping makan beling. Kurang lebih seperti ini atraksinya …
![]() |
pembungkusan anak kecil berusia lima tahun dengan kain kaffan - Foto Catatan Indrayana |
![]() |
Foto Catatan Indrayana |
![]() |
Foto Catatan Indrayana |
![]() |
saat atraksi - Foto Catatan Indrayana |
![]() |
saat bersiap makan api.. Foto Catatan Indrayana |
![]() |
saat penyemburan api ... Hrrr. siapa yang mau coba? Haha ... Foto Catatan Indrayana NOTE : DON'T TRY that at HOME !!!! |
![]() |
di zoom lebih dekat ... Foto Catatan Indrayana NOTE : DON'T TRY that at HOME !!!! |
Mereka tak hanya beraksi secara umum di hari minggu akhir
saja lho sobat blogger, tetapi mereka memprioritaskan target pemenuhan undangan
atau perkawinan, peresmian gedung, hajatan, peresmian kantor, dan lain-lain.
Selebihnya, mereka berkeliling kampung untuk menunjukkan aksi kebolehan mereka.
Jadi, setiap hari mereka tidak pernah diam di rumah saja.
Juga, prioriti utama dari grup yang dipegang oleh pria asal
Surabaya, Jawa Timur ini adalah bagaimana mereka menarik mata para pengunjung
dan banyaknya saweran yang mereka terima. “Kami murni mencari nafkah dengan
cara ini, mas. Sebisa mungkin kami tunjukkan atraksi yang sekiranya bisa
menghibur masyarakat,” ujar Sugeng, yang juga dimaksud dalam sapaan majemuk
Pria asal Surabaya, Jawa Timur tadi.
Sugeng menambahkan harapan utama dijalankannya kegiatan
seperti ini agar budaya Kuda Lumping bisa terus maju, dan ada perhatian dari
Pemerintah. “Kita memang kerjanya seperti ini. Menghibur dan menyenangkan
orang,” tambah ketua grup Kuda Lumping Singoludro itu.
Bagaimana kawan. Tertarikkah sobat melihat atraksinya?