![]() |
19 Januari 2013 lalu, aku menyempatkan diri untuk foto didalam Jalan Tol. Foto Catatan Indrayana |
(Catatan Indrayana)
Selamat malam Fellas… Hiatus
lebih dari sebulan membuat aku kembali
kangen buat blogging lagi. Ingin coba angkat tema diskusi yang menarik, suka
bingung sendiri mau ngangkat apa. Hehehe… Tapi sekarang agaknya aku sudah
menemukan tema yang cocok buat kita diskusiin deh. Ehya, tema yang akan aku
angkat ini semoga juga mewakili perasaan beberapa orang yang termasuk dalam aku
lhoo. Yap. Betul sekali. Ketika sepeda motor masuk Jalan Tol. Wuaduuh……
Yap. Sentak membuat perasaanku
terkaget-kaget ketika ada wacana pemerintah berencana memperbolehkan Sepeda
Motor masuk Jalan Tol. Apaaahhhh……. BENARKAH?????? Eitts… tunggu dulu. Ini baru
wacana lho. Realisasinya masih sangat jauh dari sebatas harapan. Yaah gigit jari
gigit jari laah, karena masih banyak orang diluaran sana yang berpendapat tidak
perlu ada sepeda motor masuk jalan tol atau bahkan dengan blak-blakkan
menolaknya dengan beragam alasan. Huhh… tidak adil.
Siapa sih pencetus ide yang
kontroversial itu? Yap. Dialah Bapak Dahlan Iskan, sang Penguasa manajemen BUMN
yang juga atasan tertinggi di Media Harian Post sekaligus jadi bos besarnya
Kang Asep Haryono. Hehehehehe…. Ehya bicara sedikit tentang Dahlan Iskan,
beliau adalah orang kedua yang paling kukagumi lhoo setelah Jokowi, karena
beberapa kebijakannya yang alim banget sama rakyat kecil.
#siapa yang nanya…. #
Okeee. Kita mulai diskusi ini
yaa…
Kita berintermezzo dulu yuuk. Teman-teman masih ingatkah sama peristiwa bencana banjir besar yang melanda hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta pertengahan Januari lalu? Yap. Banjir terparah sepanjang sejarah yang hampir menenggelamkan wilayah Kampung Melayu serta Bundaran HI itu memberikan imbas kepada roda perekonomian di Jantung Negara ini. Bahkan tidak hanya itu, rumah-rumah warga juga banyak sekali yang terendam akibat hujan yang saat itu hampir 24 jam tidak berhenti-berhenti. Salah satunya aku, saat hendak sholat jum’at bagian bawah lantai di masjid yang aku sambangi harus terkena imbas luapan air karena posisinya yang berada di dekat sungai. *baca posting aku di http://catatan-indrayana.blogspot.com/2013/01/doa-untuk-jakarta.html
Kita berintermezzo dulu yuuk. Teman-teman masih ingatkah sama peristiwa bencana banjir besar yang melanda hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta pertengahan Januari lalu? Yap. Banjir terparah sepanjang sejarah yang hampir menenggelamkan wilayah Kampung Melayu serta Bundaran HI itu memberikan imbas kepada roda perekonomian di Jantung Negara ini. Bahkan tidak hanya itu, rumah-rumah warga juga banyak sekali yang terendam akibat hujan yang saat itu hampir 24 jam tidak berhenti-berhenti. Salah satunya aku, saat hendak sholat jum’at bagian bawah lantai di masjid yang aku sambangi harus terkena imbas luapan air karena posisinya yang berada di dekat sungai. *baca posting aku di http://catatan-indrayana.blogspot.com/2013/01/doa-untuk-jakarta.html
![]() |
masjid kebanjiran ... |
![]() |
masjid kebanjiran... |

Atas dasar sebab itulah, aku yang pada saat itu (19/1/2013) sedang berada di tengah perjalanan pulang harus terhenti langkahku karena di depan macet yang sangat panjang. Saat itu aku sedang berada di wilayah Tomang, Jakarta Barat, hendak melewati jalan Arjuna Utara yang masuk melalui akses parkir Mall Taman Anggrek. Namun aku tidak bias melewati jalan itu karena deretan mobil dan motor arah Grogol tidak bergerak sama sekali. Ampun-ampunan macetnya.
Akibat dari itu semua, motorku
dialihkan oleh polisi masuk ke Jalan Tol dan DIPERBOLEHKAN. Waahhhh…..
pengalaman pertama motor masuk sepeda tol. Saat itu aku masuk ke dalam Tol
Jakarta – Merak, dan rasanya pertama kali masuk tol ituuu… Wuuuuu……..
manteepppp bangeettttt :D
Sayangnya mungkin pengalaman
pertamaku masuk Tol melalui motor tidak akan terulang kedua kali karena memang
Jalan Tol yang khusus hanya diperuntukkan bagi kendaraan Roda Empat atau lebih,
tidak terbuka, dan harus berkecepatan tinggi. Lalu pertanyaanku adalah, kenapa
sepeda motor gak boleh masuk jalan tol?
Beberapa pengamat mengatakan
indikasi kecelakaan akan meningkat jika benar sepeda motor masuk jalan Tol, dan
mereka juga menilai motor masuk jalan tol bukan solusi yang tepat untuk
menangani kemacetan di Ibukota. Benarkah demikian?
Motor kerap kali jadi barang
penilaian negatif bagi sebagian orang di luaran sana, terlebih motor gede. Suka
ngebut, ugal-ugalan, dan tidak mau kalah sudah jadi stigma yang melekat kuat di
pikiran khalayak luas. Maka tak jarang, motor juga menjadi penyebab tertinggi
kecelakaan yang tercatat di catatan kepolisian dibanding mobil. Lalu, apakah
itu alasan mengapa motor tida boleh masuk jalan tol?
Aku bukannya orang yang ‘pro’
akan keberadaan sepeda motor masuk jalan tol, tapi juga tidak ‘kontra’ apabila
sepeda motor benar-benar boleh masuk jalan tol. Hanya saja, terlihat
diskriminasi kendaraan bermotor di lalu lintas kasat mata sekali rasanya. Bila
rekan-rekan blogger sering lihat berita Jokowi di Metro TV, sempat disinggung
pula aksi kontra rakyat kecil yang menolah 6 ruas tol dibangun di Jakarta yang
membuat Jokowi (yang dulu sempat menyetujui) sekarang jadi pikir-pikir lagi.
Kurasa sependapat denganku, karena jalan Tol hanya diperuntukkan bagi kendaraan
roda empat atau lebih saja.
Dan lagi, proyek Jalan Non-Tol
Antasari (Blok M – Cipete), yang baru aja jadi beberapa bulan lalu, hanya
diperuntukkan bagi kendaraan roda empat saja. Pikirku, ini jalan tol juga bukan. Yap, lagi-lagi pertanyaannya balik lagi ke yang tadi. Mengapa sepeda motor tidak boleh masuk jalan Tol? Apakah sebegitu fatalnya risiko kecelakaan sehingga Peraturan Menteri yang sempat diatur dalam Undang Undang itu tidak diindahkan oleh pemerintah kita?
diperuntukkan bagi kendaraan roda empat saja. Pikirku, ini jalan tol juga bukan. Yap, lagi-lagi pertanyaannya balik lagi ke yang tadi. Mengapa sepeda motor tidak boleh masuk jalan Tol? Apakah sebegitu fatalnya risiko kecelakaan sehingga Peraturan Menteri yang sempat diatur dalam Undang Undang itu tidak diindahkan oleh pemerintah kita?
Seperti kita tahu. Naik motor itu
panas, dingin kalau musim dingin, basah kalau kehujanan, dan sederet dilema
para pengguna motor lainnya. Dan sepertinya memang tidak akan pernah ada solusi
yang tepat bagi para pengendara roda dua ini untuk menimati perjalanan yang
nyaman. Disini aku pun sekalian berdo’a, semoga tahun 2016 mendatang Jokowi dan
Ahok dapat benar-benar merealisasikan MRT dan Monorailnya yaa. Entah kenapa
untuk yang kali ini aku kok percaya yah sama beliau-beliau berdua itu? Mungkin
emang mereka berdua bener-bener kerja nyata untuk rakyat kali yaa. Hehehehe…
P.s. : yang terakhir itu bukan
kampanye lhoo :P